Hai semuanya....
Apa kabar nih? Dah pada vaksin belum?
Semoga sehat-sehat selalu yaaa.
Oh iya, I'm also sorry for the late update, yes, this is all because of the piled up tasks, I'm also busy with UTS.
Thank you guys.
-----------------------------------------------------------
Sudah sekitar lima belas menit yiren terus menangis di samping bangkar jaemin. Wanita itu meminta maaf di tengah tangisnya, dan tentu saja hal itu membuat yang lain bingung. Sebenarnya, ada apa dengan yiren dan jaemin.
Sedangkan seseorang di belakang yiren begitu menyita perhatian bagi saeron. Ia terus menerka-nerka siapa lelaki itu. Dan tentunya pertanyaan tentang bagaimana yiren bisa tahu kalau jaemin kecelakaan.
"Tadi gua yang nelpon sae, karena gua yakin ini ada sangkut pautnya sama dia" bisik renjun.
Sepertinya ia tahu bahwa saeron sedang kebingungan.
"Kayaknya gua udah mulai paham alurnya ya, Lee felix?" Jeno tersenyum miring menatap felix.
"Jadi lo, alesan kenapa jaemin kecelakaan?" Sarkas Jeno.
"Maksud lo ngomong gitu apa? Lo nyalahin gua atas kecerobohan temen lo ini?" Felix menunjuk Jaemin yang terbaring lemah.
"Dia sendiri yang nyetir, tapi yang disalahin gua. Ck, ga ngotak" balasnya lagi.
Namun jeno tetap diam dengan senyum remehnya.
"Gua tau kali kalo lo sama yiren mulai deket lagi belakangan ini. Sunwoo udah cerita semuanya ke gua, dan dia bilang lo berantem sama jaemin hari ini"
"Itu sebabnya, muka lo juga bonyok. Gua ga salah kan, Felix?"
Suasananya hening, tidak ada satupun dari yiren maupun felix yang menjawab pertanyaan sarkas jeno barusan.
Sedangkan sebagian dari mereka masih bertanya-tanya, apa maksud perkataan Jeno tadi. Termasuk saeron, banyak hal yang tak ia mengerti.
"Jen, plis jangan salahin felix, dia ga mulai duluan perkelahian itu, gua mohon. Jaemin lagi kayak gini, jadi bisa kita bahas nanti?" Yiren buka suara.
Jeno terkekeh.
"Ya itu karna lo sendiri yiren, lo lupa sebenci apa Jaemin sama ni orang? Hah? Lo, gua, jaemin, renjun itu satu SMP ren. Kita semua tau persis gimana hubungan Jaemin sama Felix"
"Lo ga inget dulu perjuangan jaemin demi bisa jauhin lo dari cowok bajingan kayak dia? Lo lupa?"
"Ga inget lo pernah dijadiin taruhan sama dia dan waktu itu lo hampir di lecehin temennya, lupa lo sama semua itu? Bahkan disaat itu jaemin yang nyelamatin lo yiren"
"Dia rela babak belur demi nyelamatin lo waktu itu, dan sekarang? ckckck, ga abis pikir gua sama lo" Sarkasnya lagi.
"Jen udah, sabar" Yuna mencoba menenangkan emosi kekasihnya itu.
"Harusnya kalo lo punya harga diri, lo juga punya malu untuk main di belakang jaemin" Imbuhnya tajam.
Yiren diam, ia termenung mendengar ucapan sarkas Jeno, dan ya, lelaki itu tidak salah. Yiren memang tidak cukup tau diri dengan sikapnya sekarang. Tapi, ia juga melakukan ini karena suatu hal.
Ia rasanya ingin menjerit, memberitahu semua orang kalau dirinya juga terpaksa seperti ini, tapi lagi-lagi itu hanya angannya.
Gadis itu berdiri dari duduknya, ia menghela napas lalu terdiam sejenak. "Yang lo omongin itu semuanya bener Lee Jeno, gua memang gak tau diri. Maaf, karna udah jadi penyebab Jaemin kayak gini, gua pamit"
"Ren," Saeron mencoba mencegah kekasih tunangannya itu, namun yang ia dapatkan hanya senyuman yiren, dengan sebuah perkataan, "Sae, maaf karna udah ambil Jaemin dari lo, jagain dia buat gua ya?" Pintanya sebelum pergi.
"Yiren, Jaemin butuh lo, dia butuh lo untuk ada disampingnya" Ucapan Saeron membuat yiren menghentikan langkahnya.
Ia berbalik, menatap lamat wajah Saeron yang nampak lelah, "Jaemin ga pernah bener-bener butuh gua Sae. Karna pada dasarnya, dalam hubungan gua dan jaemin, cuma gua yang butuh dia."
Yiren tersenyum, ia coba mengingat, tentang bagaimana Jaemin selalu membutuhkan Saeron, "Jaemin sama sekali ga butuh gua untuk ada, dia cuma butuh lo untuk terus bertahan"
Ya, inilah fakta yang hanya di ketahui oleh Yiren. Rasa butuh Jaemin terhadap Saeron. Selalu bersama dengan Jaemin membuatnya sadar kalau lelaki itu membutuhkan Saeron ketimbang dirinya, namun Yiren tetap buta akan fakta itu. Pada saat itu, ia hanya mau Jaemin hanya untuknya.
"Mungkin menurut lo omongan gua ini hanya omong kosong Sae, tapi itu yang gua rasakan setiap gua lagi sama Jaemin. Makanya, gua minta lo jaga dia" Yiren langsung melenggang pergi setelahnya.
Gadis itu pergi bersama Felix, meninggalkan sejuta tanya dalam benak Saeron, begitupun yang lain. Semuanya bertanya, tentang maksud perkataan Yiren tadi.
Mata Saeron menangkap Jaemin dalam netranya, ia melihat lelaki itu masih setia memejamkan mata.
Saeron menggenggam tangan Jaemin, berkata pelan pada lelaki itu, "Bangun Jae, Yiren pergi. Lo harus bangun dan kejar dia."
***
Tak terasa sudah sekitar sepuluh hari dari kedatangan Yiren waktu itu, dan sekarang wanita itu tak pernah muncul lagi. Bahkan jinjoo bilang bahwa Yiren sudah pindah sekolah.
Ternyata, perkataannya tentang pergi bukan hanya sekadar pergi biasa. Kini, wanita itu menghilang seiring berjalannya waktu, tak ada yang tau dimana ataupun alasan mengapa Yiren memutuskan pindah sekolah.
Dan Jaemin, ah, lelaki itu masih setia tidur dan belum sama sekali membuka mata. Namun Saeron sama sekali tak mengeluh, ia dengan sabar terus menunggu Jaemin di rumah sakit, mengajak lelaki itu bicara.
Tangan Saeron tergerak untuk mengusap Surai lelaki itu lembut, "Jae, kapan mau bangun? Lo ga kangen sama temen-temen? Atau, Yiren? Lo gak kangen sama yiren, jae? Dia pergi, lo terlambat untuk nahan dia" ujarnya.
Saeron tersenyum masam, lagi-lagi ia hanya bicara sendiri tanpa respon Jaemin. Gadis itu menatap tangannya sendiri, ada beberapa garis merah disana.
Ya, itu semua hasil kerja ibunya, wanita tua itu mencengkeram kuat lengan Saeron kemarin. Memarahinya habis-habisan karena tak bisa menjaga Jaemin.
Ia sendiri heran, kenapa ibunya bisa semarah itu. Padahal, orang tua Jaemin tak sampai semarah itu, mereka hanya bisa pasrah dan terus berdoa untuk kesembuhan anaknya.
Jam menunjukkan pukul satu siang, Saeron mendesah pelan. Ia rindu sekolah, gadis itu terus berpikir apa yang sedang dilakukan teman-temannya saat ini?
Ya, walaupun mereka sering datang berkunjung, tapi tetap saja Saeron merindukan sekolah. Ia rindu seragamnya, rindu suasananya.
Ia menguap kecil, merasakan kantuk yang mulai datang. Gadis itu menatap Jaemin sejenak, lalu meletakkan kepalanya di ranjang tempat Jaemin tidur.
Namun rasa kantuk itu berganti kaget saat ia melihat tangan Jaemin yang bergerak sedikit, "J-jae?" panggilnya. Dan keterkejutan Saeron bertambah saat ia melihat Jaemin mulai membuka matanya perlahan.
Gadis itu tersenyum senang.
______________________________________
Haiiii semuaaa, part ini cukup sampe sini dulu yaaa?
Jangan lupa voment yaa!!
![](https://img.wattpad.com/cover/233871758-288-k938151.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
~love is sadness~ [ON GOING]
Fanfictioncerita baru, typo bertebaran⚠️ beberapa part ada yang ga maksud, tapi kalo tertarik ya gapapa. langsung baca aja cusss!