Saeron mengusap kasar wajahnya. Aneh. Perasaannya sungguh tidak enak sekarang, seakan-akan ada hal besar yang sudah terjadi.
Tapi, apa?
Wanita itu sudah sampai di apartment sekitar satu jam yang lalu setelah renjun dan eric mengantarnya pulang.
Ia mendudukkan dirinya ke sofa, mencoba menenangkan diri sendiri.
"Sae, lu kenapa sih, kenapa? Tenang, gaada hal buruk yang terjadi"
Ia mengacak rambutnya, frustasi dengan perasaannya yang tak karuan.
Drrrt.
Saeron mengambil ponselnya, melihat ada sebuah panggilan masuk disana.
Jeno.
"Napa ni orang?"
Ia mengangkat telpon tersebut, "halo jen, napa? Tumben nelpon"
Namun tak ada suara dari sebrang sana, ia hanya mendengar helaan napas dan sedikit suara bising.
"Jen? Ini lu ga kepencet kan?"
Tetap tidak ada suara atau jawaban apapun.
'ga sengaja kepencet kali ya?'
"Jen gua matiin ya, lu kayaknya ga sengaja nelpon gua nih ya?"
"E-eh, sae"
Saeron menatap ponselnya, "lu kenapa? Kok suaranya gitu? Ada apa lee jeno? tinggal bilang aja astagaaa"
Ia jadi kesal sendiri.
"Sae..."
"Hm? Apaan? Suara lu kenapa gugup banget sih? Berantem lu sama Yuna?"
"Sae, jaemin..."
Saeron mematung.
Wanita itu langsung terdiam saat jeno menyebut nama Jaemin.
Anehnya perasaan seperti tadi kembali muncul bahkan lebih parah.
Entah firasat dari mana, tapi saeron yakin ada hal buruk yang tengah terjadi pada lelaki itu.
"Jae..min? D-dia kenapa jen?"
Namun jeno kembali terdiam, tanpa jawaban.
"Jawab Jeno, Jaemin kenapa?" Tuntut saeron.
"Jaemin, dia di rumah sakit" Jeno berhenti bicara. Dan kalimat selanjutnya membuat nafas saeron tercekat.
"Dia kecelakaan sae..."
Deg.
Saeron terdiam, mendadak pikirannya kosong.
Tangannya bergetar dan membuat ponselnya jatuh ke sofa.
Otaknya terus mengulang perkataan Jeno barusan.
Kecelakaan? Jaemin?
Air matanya menetes tanpa suara. Samar, saeron mendengar Jeno terus memanggil namanya dari sebrang sana.
"Sae, saeron dengerin gua, oke? Gapapa. Jaemin pasti gapapa. Sekarang, lo pesen taxi. Jaemin ada di rumah sakit Seoul"
"Gua sama Yuna nunggu disini kok, jadi lo jangan terlalu khawatir, oke? Sekarang lo siap-siap"
Tutt.
Saeron tersadar saat telpon sudah terputus. Dengan pikiran kalut ia segera berlari ke kamar, mengambil tas-nya.
Ia berhenti di depan kamar, menghapus air matanya yang sedari tadi turun tanpa henti.
Hatinya sakit, pikirannya kalut. Jaemin memang terlalu jahat untuknya, tapi saeron tidak menginginkan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
~love is sadness~ [ON GOING]
Fanfictioncerita baru, typo bertebaran⚠️ beberapa part ada yang ga maksud, tapi kalo tertarik ya gapapa. langsung baca aja cusss!