Saeron kini tengah membantu Jaemin untuk berkemas, tadi pagi dokter menyatakan kalau lelaki itu sudah boleh pulang.
Tidak ada percakapan di antara keduanya. Saeron yang sibuk merapikan barang dan Jaemin yang asik dengan ponselnya.
"Lo kemaren kenapa?" Tanya Jaemin membuka topik pembicaraan mereka siang ini.
Tangan Saeron yang semula sibuk kini terhenti, ia menoleh sedikit ke arah Jaemin yang tengah menatapnya.
"Gak papa." Jawabnya berbohong, suara decihan Jaemin terdengar di telinganya.
"Gua tau Lo ke rumah orang tua lo, jadi gak usah bohong. Lo gak sepinter itu." Ujar Jaemin yang terdengar mengejek.
Saeron mengacuhkan Jaemin, ia tetap fokus pada pekerjaannya.
"Lo diapain lagi sama perempuan itu?" Tanya Jaemin lagi.
Diam, Saeron tetap diam. Ia bahkan tidak tahu harus apa sekarang. Lidahnya kelu untuk mengungkapkan semuanya pada Jaemin.
"Gua nanya kenapa ga dijawab?" Saeron terkejut saat mendengar suara itu di telinganya, matanya membulat ketika melihat Jaemin yang kini berdiri sangat dekat di hadapannya.
Wajah lelaki itu datar, namun tersirat kekhawatiran di sana.
Saeron memalingkan wajahnya.
"Jangan sok peduli, bersikap kayak biasanya Lo aja." Ini adalah kali pertama Saeron berkata dingin kepada Jaemin.
Lelaki itu terkekeh pelan, "Gua gak peduli, cuma kasian ngeliatnya. Hidup Lo emang gak pernah bahagia ya?" Saeron meremas tangannya sendiri.
Gadis itu memejamkan matanya, perkataan Jaemin terdengar begitu menyakitkan di hati Saeron.
Namun Saeron tak membalas apapun, ia berusaha menulikan telinganya.
"Siang!" Saeron dan Jaemin menoleh pada sang pemilik suara.
Jaemin tersenyum senang, dan berjalan mendekati gadis itu. Memeluknya.
Iya, Yiren.
'Udah balikan ya?' Tanya Saeron dalam hati.
Ia melihat wajah senang Jaemin yang terlihat jelas. Gadis itu ikut tersenyum.
Ya, sesederhana itu.
Jaemin salah, Saeron pernah merasa bahagia. Tepatnya sekarang.
Ia akui bahwa dirinya bodoh. Bahagia ketika melihat orang yang disayang bahagia. Sama saja menyakiti diri sendiri.
Terlalu bodoh dan polos.
"Sae, Lo ga papa kan?" Yiren berjalan mendekati Saeron. Gadis itu menggeleng.
"Syukurlah, gua kaget banget ngeliat Lo kemaren, mana Lo nangis lagi." Lanjut Yiren penuh perhatian.
Saeron tersenyum lembut, "Iya Ren, gua gak papa" Ujarnya.
"Hayyy epribadehhh, Haechan is bekk!" Teriakkan itu memenuhi ruangan.
Senyum Saeron tampak merekah ketika ia melihat teman-temannya yang baru saja datang.
"Chan, ih! Buat malu aja Lo! Gak usah ikut lah Lo besok-besok." Sungut Lana kesal.
"Tau nih si Haechan, kandangin aja deh Joo, gak usah dibawa-bawa dia mah." Timpal Jeno, Haechan hanya mendengus.
"Gua lagi, gua lagi. Lorang gak ada niatan ganti subjek gitu buat dibully. Noh si Chenle noh, apa Jisung gitu, kenapa gua mulu sih? Kan pusing pala Haechan." Katanya sembari meletakkan kepalanya di bahu Jinjoo.
"Yee modus aja Lo Chan!" Yuna mendorong kecil kepala Haechan.
"Alah kek Lo yang enggak aja sama Jeno." Cibirnya tak mau kalah.
"Beb belain aku dong beb, aku gak mau berantem sama cewek." Haechan menarik-narik kecil baju Jinjoo.
"Apasih!? Males ah, capek gw belain Lo terus!!" Ujar Jinjoo kesal, Haechan langsung terdiam.
"Udah, makanya diem aja." Kata Jisung sambil mengelus lembut kepala Haechan.
"Lorang ngapain sih kesini? Mana berisik lagi!" Ujar Jaemin malas.
"Yeee si kadal, kita nih mau jemput Lo, karna udah pulang dari rumah sakit." Jelas Chenle yang diangguki oleh teman-temannya.
"Ck, serasa pulang dari penjara, pake dijemput segala." Sungut Jaemin.
"Udahlah Jae, weekend juga gini, sekalian kumpul bareng." Ucap Yiren yang membuat Jaemin terdiam.
"Giliran Yiren aja yang ngomong diem lu langsung ya." Ejek Jinjoo memutar bola matanya.
"Renjun mana?" Tanya Saeron, karena ia memang tidak melihat Renjun datang.
"Ceilah, ada kita nyarinya Abang Renjun. Napa? Kangen Lo?" Pertanyaan Rain langsung membuat semua orang ikut mengejek Saeron.
Kecuali Jaemin yang hanya terdiam datar.
"Yang abis dari pantai bedua mah beda, gk ngajak-ngajak lagi." Lanjut Jisung. Saeron hanya bisa melempar senyumnya.
"Bukan ga ngajak kalian, kemaren tuh ga sengaja ketemu Renjun di taman, terus dia ngajakin gua jalan, udah gitu doang." Jelas Saeron.
"Ga papa, biasanya yang gak sengaja malah yang jodoh" Timpal Yuna.
"Ga papa Sae, Lo sama Renjun dapet restu gua kok, tenang aja." Imbuh Jinjoo.
Saeron menggeleng pelan melihat kelakuan teman-temannya, "Iya deh semerdekanya kalian aja, gua sebagai orang yang paling waras mah ngalah aja." Kata Saeron menyudahi.
"Ya udah yuk, ini udah beres juga barangnya. Katanya mau kumpul kan? Emang mau kemana?" Tanya Saeron.
"Oh ini, main aja ke villa keluarganya Renjun yang ada di Jeju, Renjunnya dah disana nunggu kita." Jawab Jeno, Saeron membulatkan mulutnya.
"Yodah ayok." Ajak Rain, mereka semua mulai keluar dari ruangan.
"Eh, tapi gua ga bawa baju. Gimana dong? Kita kan mau langsung kesana." Ujar Saeron pada Lana yang berjalan di sampingnya.
Lana memutar bola matanya, "Ya kita ga nginep lah Sae, emang Lo ga mau sekolah? Inget, Lo tuh udah beberapa hari gak masuk gegara ngurusin Jaemin yang gak penting itu." Ujar Lana sambil menatap sinis Jaemin yang berjalan di depannya.
Saeron terdiam, ia melihat Jaemin yang tengah menggandeng tangan Yiren, keduanya tampak berbincang ria.
Perkataan Nyonya Park kemarin terlintas di pikiran nya. Ya, ia memang harus terus di samping Jaemin. Hanya itu satu-satunya cara agar Mamanya senang.
Walaupun ia sendiri tahu betapa bencinya Jaemin setiap berada di dekatnya. Ia tahu itu dari mata Jaemin.
"Sae, kok Lo diem aja sih? Gua salah ngomong ya? Maaf ya Sae." Ucapan Lana membuat Saeron tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum kecil sambil menggeleng.
"Gak papa Na, santai aja. Gua cuma kepikiran sesuatu aja." Jawab Saeron lembut.
Gadis itu mengambil ponselnya yang bergetar singkat, pertanda bahwa ada pesan masuk.
Nomor tak dikenal?
Saeron berpikir sejenak, ia benar-benar tidak tahu nomor siapa ini. Gadis itu membuka pesannya. Pupil matanya membulat sempurna.
xxxxxxxx-
|Hai
|Gimana kabar Lo sekarang?
|Udah nemuin kebahagiaan yang dulu Lo cari?Senyum gadis itu mengembang, ia tahu jelas siapa yang mengiriminya pesan.
Ia tidak mungkin lupa dengan orang yang paling mengetahui sisi kelam dalam hidupnya.
Dan, disisi lain, seorang pria tampan tampak mendorong kopernya di bandara. Ia tersenyum manis menatap ponselnya.
"Apa kabar Sae, gua balik."
- L O V E I S S A D N E S S -
KAMU SEDANG MEMBACA
~love is sadness~ [ON GOING]
Fanfictioncerita baru, typo bertebaran⚠️ beberapa part ada yang ga maksud, tapi kalo tertarik ya gapapa. langsung baca aja cusss!