Saeron masih terdiam di ambang pintu, ia sedikit kecewa melihat Jaemin yang perhatian kepada Yiren, gadis itu tersenyum pahit.
"Ngapain Lo kesel sih? Lo gk liat apa Yiren lagi sakit." ucap Saeron pada dirinya sendiri.
Gadis itu menutup pintu apartemen. Ia melihat Jaemin yang kini tengah menidurkan Yiren di atas sofa. Saeron bisa menangkap jelas tatapan khawatir dari netra lelaki itu.
Dengan sedikit keberanian Saeron berjalan ke arah Jaemin, ia memegang pundak Jaemin.
"Jae... jangan di tidurin di sofa, di kamar gua aja." pinta Saeron.
Jaemin tak membalas, lelaki itu kembali mengangkat Yiren.
"Buka pintu kamar Lo!" Perintah Jaemin, Saeron tersenyum sambil mengangguk, dengan cepat ia langsung membuka pintu kamarnya.
"Jagain dia, gw mau mandi dulu." Jaemin menutup pintu kamar Saeron dan pergi dari sana.
Kini hanya ada Saeron dan Yiren. gadis bermarga Park itu memerhatikan Yiren. Lalu tersenyum kecut.
"Wanita beruntung." gumam Saeron.
'Eunghh' Saeron langsung mengecek keadaan Yiren ketika ia mendengar suara lenguhan dari bibir wanita itu.
"Lo udah bangun? Apa yang sakit Ren?" Tanya Saeron.
Yiren tidak menjawab, gadis itu duduk perlahan dibantu Saeron, lalu melihat ke sekelilingnya.
"Jaemin bawa gua ke sini ya?" Tanya Yiren sambil memegangi perutnya.
"Kenapa? Perut Lo sakit?" Yiren menganggukkan kepalanya.
"Iya, Jaemin bawa Lo ke sini." Jawab Saeron lembut.
"Maaf ya ngerepotin, di rumah gua lagi ga ada orang, terus tadi tiba-tiba perut sakit banget rasanya." Jelas Yiren dengan tatapan tak enak.
"Iya ga papa, gua ga keberatan sama sekali Yiren. Jadi jangan ngerasa ga enak gitu." Jawaban Saeron membuat Yiren tersenyum.
"Perut Lo kenapa?"
"Cuma nyeri kok, biasa masalah cewek." Saeron mengangguk paham.
"Oh iya, bentar ya gua ambil sesuatu dulu." Saeron langsung pergi keluar kamar.
Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Jaemin yang tertidur di sofa.
"Jae...Vbangun, katanya mau mandi, kok malah tidur." Ujar Saeron sambil menepuk pelan bahu Jaemin.
Lelaki itu langsung membuka mata. Dan tanpa bicara apa-apa, Jaemin malah masuk ke kamar Saeron.
Saeron melangkah pergi ke arah dapur, setelah membangunkan Jaemin. Mata gadis itu mencari sesuatu di rak Tupperware.
Saeron mengambil sebuah botol minum besar dan langsung mengisi air hangat ke dalamnya.
Ia kembali ke kamarnya, namun tidak berani masuk saat melihat Jaemin yang tengah mengobrol ria dengan Yiren. Gadis itu memejamkan matanya, kembali merasa sesak.
"Sori, Maaf ganggu." Ucap Saeron sambil melangkah masuk, ia melihat sebentar ke arah Jaemin, lelaki itu sedang menatap datar ke arahnya.
"Ini Yiren, perut Lo di kompres dulu aja pake air hangat, biasanya kalo gua bisa mendingan sih, coba aja dulu ya." Saeron memberikan botol berwarna hijau tosca itu kepada Yiren.
"Makasih ya Sae." Ujar Yiren sambil tersenyum manis, Saeron mengangguk.
"Ini gua ga papa tidur di kamar Lo?" Tanya Yiren.
"Ga papa, santai aja kali. Oh iya, kalo mau ganti pakaian juga bisa ambil aja punya gua. Jangan sungkan."
Setelah mengatakan itu Saeron langsung saja berjalan keluar. Tak mau mengganggu pasangan kekasih itu. Apalagi melihat tatapan dingin Jaemin padanya.
Ia berjalan menuju balkon apartemen, Saeron langsung menutup pintu penghubung antara ruangan dan balkon. Gadis itu melihat ke arah langit. Lalu tersenyum pilu.
Ah, nasib hidupnya terlalu buruk, bukan? Selama ini, yang ia lakukan hanya mencoba baik-baik saja dan tersenyum kuat. Hingga mungkin Saeron lupa bagaimana caranya senyum dengan hati yang lega.
Saeron bisa merasakan sesak di dadanya, tak apa, ia sudah terbiasa seperti ini, walau ia masih belum terbiasa dengan rasa sakit yang selalu menjalari hatinya. Setidaknya ia sudah bisa menyemangati dirinya sendiri.
Saeron terus saja menatap langit, malam ini sangat cerah, bulan sabit, bintang yang berhamburan, kota Seoul yang tenang.
"Plis Sae jangan nangis lagi! Lo harus kuat! Lo bisa! Ga apa-apa!" lagi-lagi Saeron menguatkan dirinya sendiri.
Dan tak lama dari itu, ia sudah bisa mengendalikan perasaannya. Mengurangi rasa sesak di dada.
"Kenapa dunia bisa setenang ini, di saat gua lagi terluka? "
"Gua bener-bener pengen nyerah, tapi, gimana Mama? Gimana hidup gua? Gua masih belum bisa."
"Jae, kalo suka sama Lo ternyata sesakit ini, harusnya gua selalu berdoa supaya ga pernah dipertemukan sama orang kayak lo."
"Yiren beruntung, dia gadis yang paling beruntung."
Saeron tak henti-hentinya bicara sendiri sambil menatap pemandangan kota Seoul dari balkon apartemen nya.
Hatinya sudah hancur untuk yang kesekian kali.
Ada perbedaan dan kesamaan antara gua dan Lo, Yiren. Kita sama, sama-sama menyukai lelaki bernama Na Jaemin. Tapi bedanya Lo bisa mendapatkan hatinya sedangkan gua ngga.
Dan untuk yang kesekian kalinya, Saeron benar-benar berharap bahwa ia bisa lebih sedikit egois tentang perasaanya. Tapi Saeron terlalu lemah. Ia tega menyakiti dirinya demi kebahagiaan orang lain.
"Kenapa sih Lo suka banget nangis? "
Saeron tersentak kaget.
Hingga akhirnya, bersamamu aku telah lupa caranya tersenyum tanpa menyembunyikan banyaknya rasa sakit. sometimes I need the word fine, the word I say most often with you.
KAMU SEDANG MEMBACA
~love is sadness~ [ON GOING]
Fanfictioncerita baru, typo bertebaran⚠️ beberapa part ada yang ga maksud, tapi kalo tertarik ya gapapa. langsung baca aja cusss!