Saeron menghempaskan tubuh mungilnya ke sofa, gadis cantik itu baru saja pulang dari sekolah. Ia tersentak kaget saat melihat pintu kamar Jaemin terbuka.
"Jae? Lo udah pulang?" Tanyanya masih sedikit terkejut, bukannya menjawab Jaemin malah pergi ke dapur.
"Ada hubungan apa Lo sama Mingyu?" Tanya Jaemin yang tiba-tiba sudah duduk tak jauh dari Saeron.
Gadis bermata coklat itu menatap bingung ke arah Jaemin, masih sedang mencerna setiap pertanyaan lelaki itu.
"Gue...sama...Mingyu?" Saeron menunjuk ka arah dirinya sendiri.
"Yah, ga penting sih. Kenapa Lo mau tau? Tumben nanya ke gua." Ujar Saeron bingung.
"Yiren, dia yang nanya." Jawab Jaemin dengan wajah datarnya.
Saeron menghela napas. Sebenarnya ia sudah berharap bahwa Jaemin akan kesal.
"Harus ya?" Pertanyaan Saeron membuat langkah Jaemin berhenti, lelaki itu menatap Saeron yang kini sudah menunduk menatap lantai.
"Harus banget Yiren tau? Segitu sukanya ya Lo sama dia? Sampe Lo nurutin semua permintaannya?" Saeron meremas tangannya sendiri, butuh keberanian yang besar baginya untuk menanyakan itu pada Jaemin.
"Iya, sesuka itu gua sama dia, sampe gua mau nyakitin Lo." Jawab Jaemin santai. Saeron mulai merasakan sesak seperti biasa.
"Lo sadar semua sikap Lo selama ini nyakitin gua?" Tanya Saeron lagi, nafasnya tercekat, setiap pertanyaannya ia ucapkan dengan berat.
"Gua kan udah pernah bilang ini sama Lo, pergi. Cuma itu satu-satunya cara, supaya Lo bisa bebas dan gua bisa bahagia, karena ngeliat Lo itu beban tersendiri buat gua." Jaemin langsung pergi begitu saja setelah menyelesaikan kalimatnya yang terdengar menyakitkan untuk Saeron.
Membiarkan gadis itu terdiam dengan pikirannya sendiri. Lagi, air mata itu jatuh. Saeron mengusap kasar pipinya yang sudah basah karena air mata. Ia segera masuk ke kamarnya. Lelah.
Ia benar-benar lelah. Kadang Saeron bertanya sendiri, kenapa ia tidak pernah bisa di terima selama hidupnya. Ibu yang membencinya, Jaemin yang membencinya. Semuanya begitu rumit.
Saeron menangis di lantai kayu apartemen nya, ia terduduk di samping kasurnya.
Semuanya memutar menjadi satu, perkataan ibunya tujuh tahun yang lalu, perkataan pedas Jaemin untuknya.
"KAMU BUKAN ANAK SAYA, JADI BERHENTI MEMANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN IBU!!"
Kenyataan paling pahit saat ibunya sendiri berkata seperti itu, ya, Saeron memang bukan anak kandung dari keluarga Park, gadis itu di adopsi oleh Tuan Park saat berumur lima tahun, dan saat itu Nyonya Park tidak pernah setuju, maka dari itu ibu angkatnya itu selalu saja menyiksa Saeron sewaktu masih kecil, bahkan sampai sekarang.
Bukan tanpa alasan, pada saat itu Tuan Park mengadopsi Saeron karena gadis itu hampir saja tertabrak mobil Tuan Park yang sedang melintas, karena kasihan, akhirnya Tuan Park mengajak Saeron ke rumahnya dan mengadopsinya sebagai anak. Dan sampai saat ini, Saeron bahkan masih belum tahu siapa orang tua kandungnya, karena sedari kecil dia memang sudah di asuh oleh Hyun Hwa, wanita tak berperasaan yang menjadikan anak-anak sebagai bahan penghasil uang.
Dan satu lagi fakta, alasan kenapa ia bisa bertunangan dengan Jaemin, itu semua karena Keluarga Park yang merasa berhutang budi pada Keluarga Na yang telah membantu bisnis mereka hingga bisa berjaya seperti saat ini. Saeron masih ingat betul, pada saat itu, Ibunya, Nyonya Park. Wanita itu bilang akan menjadikan Saeron sebagai imbalannya. Wanita itu menyuruh Saeron agar mau menjadi pembantu di keluarga Na.
KAMU SEDANG MEMBACA
~love is sadness~ [ON GOING]
Fanfictioncerita baru, typo bertebaran⚠️ beberapa part ada yang ga maksud, tapi kalo tertarik ya gapapa. langsung baca aja cusss!