#27

28 11 2
                                        

Hari ini Saeron memutuskan untuk berkunjung ke rumah orang tuanya, gadis itu bahkan sudah membawa beberapa makanan yang sempat ia masak.

Entah, semenjak Jaemin tidak ada, rasanya benar-benar kosong.

Tidak ada yang memancing kesabarannya, tidak ada lagi orang yang biasa adu mulut dengannya. Rasanya terlalu sepi untuk dirinya yang memang sudah kesepian.

Tak terasa, kini sudah memasuki bulan ketiga semenjak Jaemin amnesia. Lelaki itu kian membaik, bahkan hubungannya dengan Jaemin yang semula sedikit canggung, saat ini sudah mulai mencair.

Jaemin memang masih sama dinginnya, tetapi lelaki itu jauh lebih banyak bicara dari yang dulu. Mungkin juga karena teman-temannya yang selalu mengajak lelaki itu bicara.

Disamping itu, Saeron juga merasa bersyukur. Teman-temannya begitu menjaga Jaemin dan selalu ada disaat Saeron tidak bisa. Saeron sangat berterimakasih untuk itu.

Selesai dengan riasannya, kini Saeron sudah siap untuk pergi. Tangannya menenteng sebuah rantang makanan yang sudah ia siapkan.

***

Saeron memandangi rumah besar di depannya. Tempat dengan segudang penderitaan bagi Saeron. Tempat yang selalu ia takuti sedari dulu, namun juga memiliki sebuah kehangatan kecil di dalamnya.

Ia melangkah cepat, memasuki rumah yang nampak terlihat sepi.

"Permisi, Saeron pulang." Sapanya ketika baru memasuki rumah.

Ia melangkah masuk ke dalam, namun langkahnya terhenti ketika ia mendapati sang Mama tengah asik menonton televisi. Senyumnya mengembang.

"Ma."

Tak ada jawaban. Yeon So sama sekali tak mempedulikan kehadiran Saeron disana. Matanya fokus menatap televisi yang tengah menampilkan sebuah drama.

Senyum itu berubah sendu, "Ma, ini Saeron tadi masak buat mama."

"Ck, apasih? Bisa ngga, ga usah ganggu saya? Ngapain sih datang lagu ke rumah ini? Kayak ga punya rumah aja kamu!"

Memejamkan matanya sejenak, Saeron berusaha menganggap perkataan itu sebagai sebuah angin lewat.

"Papa mana Ma?" Tanyanya.

Yeon So nampak kesal, kedatangan Saeron membuat amarahnya muncul.

"Mama! Mama! Kamu pikir kamu siapa!? Berani panggil saya Mama! Inget ya Saeron! Kamu itu hanya alat, alat untuk membayar hutang!"

"Lebih baik kamu pergi sekarang! Muak saya liat wajah kamu!"

Saeron terhenyak, ia bahkan belum duduk ataupun memberi makanan yang dimasaknya. Tapi ia malah sudah mendapat pengusiran.

Ia menghela napas sejenak, "Iya Ma, aku bakal pergi kok, tapi mau ketemu papa dulu, papa mana?"

Dirinya sedikit tersentak ketika melihat Yeon So berdiri dengan wajah penuh amarah. Perlahan, wanita itu berjalan mendekat kearahnya.

"Kamu! Kalo saya bilang pergi ya pergi! Ga ngerti banget kalo dikasih tau! Ga ada yang mau ketemu kamu!"

"Suami saya lagi ga ada di rumah, jadi lebih baik sekarang kamu pergi daripada saya nambah emosi!"

"Iya, tapi ambil ini ya Ma." Dengan takut Saeron menyerahkan rantang yang ia bawa.

Senyumnya kembali saat melihat tangan Yeon So bergerak untuk mengambilnya. Tetapi, hal itu malah berbanding terbalik.

Semuanya tak sesuai harapan. Kini, rantang itu sudah terhempas kasar di lantai. Bahkan, isinya pun sudah tercecer keluar.

Netranya menatap sedih pada makanan yang jatuh sia-sia itu.

~love is sadness~ [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang