"Saeron...." Gadis itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya, ia tersenyum kecil.
Ia tersentak kaget saat teman-temannya memeluknya erat secara tiba-tiba. Saeron melihat Renjun, Chenle, Haechan, Jisung dan, Jeno yang juga ikut datang.
"Eh udah dong peluknya, ini yang sakit Jaemin bukan gua. Sesek tau." Ujar Saeron kesal.
"Lo kok baru ngabarin sih Sae? Kita pada bingung tau Lo nggak masuk sekolah, sama Jaemin juga lagi." Ujar Yuna dengan bibir yang sudah maju dua senti. Saeron terkekeh pelan.
"Ga usah alay deh, Jaemin juga baru di pindahin ke sini." Jawab Saeron sambil menjitak kecil kepala Yuna.
"Jaemin ga papa kan Sae? Nafasnya masih teratur kan?" Tanya Haechan yang membuat Saeron gemas sendiri.
"Haechan ganteng, Jaemin cuma demam, bukan mau mati! Doanya parah Lo Chan!" Ujar Saeron tak habis pikir, Haechan hanya cengengesan tak jelas.
"Tau, malu ah gua bawa Lo, pulang nanti jauh-jauh dari gua, lima meter!" Sinis Jinjoo pada Haechan. Lelaki itu langsung terdiam dengan wajah kesalnya.
"Dah yok masuk, tapi jangan berisik ya, Jaemin masih belum sadar." Ajak Saeron pada teman-temannya.
Mereka semua masuk ke dalam ruangan Jaemin, memperhatikan lelaki yang masih setia menutup mata.
"Udah berapa lama Sae pingsannya?" Tanya Rain. Saeron tampak berpikir sejenak.
"Gua juga kurang tau, soalnya waktu gua cek di kamarnya dia udah ga sadar." Jawab Saeron.
"Lo udah telpon orang tua Jaemin?" Saeron menoleh pada Jeno.
"Udah, cuma... orang tua nya lagi di Belanda, ada urusan pekerjaan, nanti kalo udah pulang katanya bakal langsung ke sini." Jelas Saeron sembari membenahi posisi kepala Jaemin.
"Oh iya, kalian kok ga sama Yiren? Dia sekolah kan? Soalnya gua telponin ga di angkat." Saeron menatap bingung pada teman-temannya.
"Dia ga masuk hari ini." Jawab Haechan yang kini sudah duduk di sofa berwarna coklat itu.
"Kenapa emangnya?" Tanya Jisung.
"Kurang tau sih Sae, emang kenapa dah?"
"Nggak, ga papa, cuma aneh aja pacarnya sakit tapi dia ga tau. Kalo gitu ntar gua aja deh yang bilang ke dia " Ucap Saeron sambil memandang wajah Jaemin yang terlihat tenang.
"Iya, ntar kalo kita ketemu di sekolah gua kasih tau." Ujar Lana dengan senyum cantiknya, Saeron ikut tersenyum.
"Ada yang mau beli es ga? Gua haus nih, lagi kepingin minum yang dingin-dingin." Tawar Renjun.
"Jauh ga belinya?" Tanya Rain pada Renjun.
Lelaki itu mengangkat bahunya, "Ya mana gua tau, belinya di kantin kok, paling sepuluh menit jalan nyampe." Jawab Renjun.
"Lah emang Lo sangka sekolahan ada kantinnya! Norak Lo Jun!" Ejek Haechan sembari tertawa renyah.
Suasana mendadak hening, kecuali tawa Haechan yang mendominasi.
"Eh kampung! Ada juga Lo yang norak! di rumah sakit mah emang ada kantin ya anak monyet!" Balas Renjun tak terima. Suara tawa langsung memenuhi ruangan, kecuali Haechan yang diam terhenyak.
"Udahlah Joo, putusin aja yang kayak Haechan mah." Ujar Rain di sela tawanya.
"Tau, masih banyak yang bagus. Yang modelannya ga kek Haechan, lebih berkelas." Sambung Lana memanasi.
"Ih jangan gitu dong sama bebeb gua, langka nih gini-gini juga." Bela Jinjoo sembari memegang lengan Haechan membuat lelaki itu tersenyum bangga.
"Tumben Lo belain dia, biasanya juga malu " Ujar Jisung memperhatikan Jinjoo yang tidak biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
~love is sadness~ [ON GOING]
Fanfictioncerita baru, typo bertebaran⚠️ beberapa part ada yang ga maksud, tapi kalo tertarik ya gapapa. langsung baca aja cusss!