#15

77 15 2
                                    

Saeron dan teman-temannya baru saja sampai di villa keluarga Renjun setelah tiga jam perjalanan. Gadis itu berdecak kagum saat melihat bangunan yang berada di depannya.

Terlihat sangat mewah.

"Lo sih Jaem, ga mau gantian nyetir sama gua, pegel kan nih badan, duh!" Keluhan Haechan itu sama sekali tidak ditanggapi.

"Itu kan mobil Lo, jadi Lo yang bawa lah, lagian gua baru sembuh." Jawab Jaemin santai.

"Udahlah Chan, itung-itung sebagai tanda maaf Lo ke kita-kita. Lo gak tau kan seberapa sabarnya kita selama ini ngehadapin lo." Ujar Rain sembari menepuk pelan pundak lelaki itu.

"Kasian juga Jaemin baru sembuh Chan, ikhlas napa ikhlas." Timpal Lana.

Saeron hanya diam memperhatikan teman-temannya, ia masih memikirkan pesan yang ia terima tadi.

Ia yakin kalau itu memang benar-benar orang yang selama ini dicarinya.

Orang pertama yang berkata padanya bahwa hidup itu bukan untuk di keluhi, orang pertama yang mau menjadi sahabatnya.

Saeron masih mengingat jelas senyum lelaki itu, caranya memandang Saeron, caranya berbicara. Ia ingat, dan sangat merindukannya.

"Kok gak pada masuk?" Suara familiar itu merusak lamunan Saeron. Gadis itu tersenyum saat melihat Renjun yang datang.

Entahlah, Saeron juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, ia selalu senang melihat Renjun, aura yang dipancarkan lelaki itu sangat bagus sehingga Saeron betah dekat-dekat dengannya.

Namun jangan salah, Saeron seperti itu bukan berarti ia menyukai Renjun, dihati gadis itu hanya ada seorang Na Jaemin.

Dan itu belum berubah.

Bahkan setelah banyak luka yang lelaki itu tinggalkan di hatinya.

Bodoh memang.

Saeron tersenyum manis kepada Renjun. Lelaki Huang itu menghampiri Saeron dan mengelus lembut puncak kepalanya.

"Duh, duh! Gak kuat nih jomblo liatnya, jan kek gitu dong, kasian nih gua." Teriak Lana sembari menutup kedua matanya. Saeron terkekeh.

"Dalem hati Saeron, rambut yang diusap, hati yang berantakan, ciaaa!"

"Udahlah jadi aja lorang sana, tenang Jun Lo dapet restu gua kok." Ujar Jinjoo.

Renjun menggeleng dan menghela pasrah.

"Ga ah, pawangnya galak." Ujar Renjun santai, sedangkan Saeron menatap Renjun bingung.

"Ck, tenang aja gak ada pawangnya si Saeron mah, sikat ajalah Jun." Ucap Yuna dengan menatap Jaemin, namun lelaki itu tampah acuh.

"Udahlah ga usah dibahas, masuk yok." Ajakan Renjun langsung menyudahi topik pembicaraan mereka. Sebenarnya, Saeron masih bingung dengan ucapan Renjun tadi.

Pawangnya galak? Hey, bahkan Jaemin saja mungkin tidak peduli ia hidup atau tidak.

Namun gadis itu tak mau ambil pusing, ia menghela napas dan mengikuti teman-temannya yang sudah masuk ke dalam.

Kini semua orang tampak asik mengobrol ria di ruang santai, Saeron dan teman-temannya yang asik menggosip, Jeno dan teman-temannya yang asik bermain game.

Sangat tidak bisa disebut sebagai liburan.

Setelah berjam-jam asik dengan obrolannya, Saeron mulai menyadari satu hal. Ketidakhadiran Yiren.

"Yiren mana ya?" Tanya Saeron mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Mungkin dia agak canggung kalo mau gabung ke kita, ya gak sih?" Saeron membenarkan ucapan Jinjoo.

~love is sadness~ [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang