03. Rumah

7.1K 967 185
                                    

"kenapa kamu melakukan itu??"

"Hm? Tentu saja supaya semua orang tahu hubungan kita." Ucap Sanzu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Leanna meringis. "Bukankah kau tahu bahwa semua orang disekolah ini membenciku? Mereka akan semakin benci padaku sekarang."

Sanzu tersenyum dan memainkan rambut panjang Leanna. "Memangnya kenapa? Toh mereka tidak akan mengganggumu lagi."

"Aku yakin mereka akan menggangguku... Terlebih banyak sekali perempuan yang menyukaimu, mereka pasti tak akan terima."

"Bukankah sudah kukatakan tadi? Setiap orang yang menganggumu akan habis ditanganku." Sanzu menyeringai.

"Mari kita lihat bagaimana nasib dari seseorang yang berani menganggumu nanti."

Leanna menunduk pelan, sejujurnya ia masih cukup takut dengan lelaki itu, sekarang saja ia berusaha mati-matian untuk berbicara pada lelaki itu.

"Kenapa kau melakukan itu?"

"Kenapa lagi? Aku ini kan pacarmu."

Sanzu mendekat kearah Leanna dan memojokkan perempuan itu pada dinding.

"Jika ada yang berani menganggumu beri tahu saja padaku, kupastikan dia akan menderita." Ucap Sanzu sambil menyeringai yang berhasil membuat Leanna merinding.

Sekali lagi Leanna mengutuk nasibnya yang benar-benar sial.

"Sebenarnya apa tujuanmu melakukan ini?" Ucapnya dengan berani tak perduli resiko apapun yang akan ditanggungnya nanti.

"Hm... Iseng saja?"

Leanna ingin menangis saja, keisengan lelaki itu rasanya membuat hati nuraninya tertusuk.

~

Dengan langkah yang disengaja dibuat lambat, Leanna berjalan menuju rumah Sanzu. Ia bahkan sudah menulis surat wasiat untuk berjaga-jaga jika nantinya ia malah dibunuh dirumah itu.

Leanna terkejut setengah mati ketika tahu-tahu ia sudah sampai dirumah Sanzu, maksudnya rasanya ia baru saja berjalan kenapa sudah sampai saja? Sial sekali kakinya terasa bergetar.

Dengan perasaan berkecamuk Leanna menekan bell pintu rumah Sanzu. Seketika pagar itu terbuka secara otomatis.

Leanna berdigik ngeri. Namun ia tetap masuk kesana, Leanna ingin menangis rasanya ia seperti datang mengunjungi mautnya sendiri.

Leanna sampai pada pintu baru ingin mengetuk namun pintu sudah terbuka dan menampakkan seorang lelaki dengan pakaian santai.

Sanzu tersenyum sambil mempersilahkan Leanna masuk kedalam rumahnya. Dengan perasaan enggan Leanna ikut masuk.

"Ja-jadi kenapa kau memanggilku kerumahmu...?"

"Aku bosan." Jawab Sanzu.

"Ya memangnya kenapaaa???" Batin Leanna.

"Lalu apa yang harus kulakukan?" Tanya Leanna.

"Temani aku," Sanzu menarik pergelangan tangan Leanna dan membuat gadis itu terduduk disampingnya.

"Lakukanlah sesuatu agar aku dapat tertidur." Ucapnya seenaknya lalu tidur diatas pangkuan Leanna.

Leanna terlihat berpikir. "Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus mendongeng untukmu?"

"Ya mendongenglah."

Leanna mulai mendongeng, sedangkan Sanzu bukannya tertidur ia malah menatap Leanna dengan serius sambil mendengarkan dongeng itu.

"Lalu apa yang terjadi dengan mereka berdua?" Tanya Sanzu.

Leanna memandang kebawah, kearah lelaki itu. "Apa lagi? Jelasnya lelaki terus menderita, dan perempuan itu pergi ketempat yang sangat jauh."

"Orang-orang yang terlibat dengan cinta itu memanglah idiot."

"Perkataanmu itu bisa jadi bumerang untukmu nantinya."

"Maksudmu?"

"Bisa saja suatu saat kamu juga mencintai seseorang kan?"

Sanzu terlihat berpikir. "Hm... Kalau begitu bagaimana kalau aku mencintaimu saja?"

"A-apa??? Kau benar-benar blak-blakan!"

"Bukankah wajar seorang kekasih itu saling mencintai?"

Leanna diam, ia tak tahu harus menjawab apa.

Sanzu memainkan rambut panjang Leanna. "Aku jadi teringat beberapa saat yang lalu ketika mengakhiri nyawa sepasang kekasih, mereka terlihat begitu saling mencintai. Aku dongkol jadi kuakhiri saja mereka, dan saat menemuimu sepertinya aku jadi ingin merasakan cinta seperti sepasang kekasih yang kubunuh itu."

Sanzu mencium rambut Leanna. "Jadi Leanna mulai sekarang belajarlah untuk mencintaiku."

"Dan aku pun akan melakukan yang sebaliknya haha!"

Leanna gemetaran ia rasanya mati kutu kini, ia yang tadinya merasa tenang dan santai tiba-tiba saj dihujani rasa takut.

-
Tbc

Sudah aing bilang ini tuh agak susah jalaninnya mo meleyot syಥ‿ಥ

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang