Leanna terduduk di sisi kasurnya, bisa ia rasakan seluruh tubuhnya seperti remuk. Ia sangat kesulitan untuk bergerak, duduk saja tadi rasanya benar-benar menyakitkan.
Leanna mengingat kejadian semalam rasanya cukup mengerikan. karna Sanzu... Lelaki itu benar-benar gila, ia seperti hewan buas semalam.
Tapi... Leanna akui bahwa ia cukup menikmati perbuatan lelaki itu semalam. Tidak bukan karna apa hanya saja ia merasa seperti ini bukan pertama kalinya itu terjadi padanya.
Yah memang bukan pertama kali.
Leanna merasa bahwa semua sentuhan lelaki itu terasa familiar, ia terus-menerus merasakan dejavu.
Hal ini jadi membuat dirinya meragukan semua perkataan Rindou kepadanya, ia jadi ragu mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang jujur dan mana yang bohong.
Ia sangat kebingungan, Leanna berpikir dengan keras mencoba untuk mengingat apa yang telah ia lupakan namun bukannya mendapat ingatannya kepalanya malah terasa begitu sakit.
Leanna terhuyung ke depan, sedikit lagi tubuhnya akan terjatuh ke lantai namun dengan cepat Sanzu menangkapnya.
"Apa ini? Kau mencoba bunuh diri dengan jatuh ke lantai?" Celetuk Sanzu yang entah mengapa terdengar begitu menjengkelkan.
Leanna mendorong tubuh lelaki itu agar menjauh darinya.
"Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku...?" Tanya Leanna dengan lemah serta suara yang serak.
Tanpa menjawab Sanzu hanya mencium bibir tipis wanita itu. Leanna ingin memberontak namun tubuhnya terlalu sakit dan tak bertenaga sehingga ia hanya bisa pasrah membiarkan lelaki itu melakukan sesukanya saja.
Sanzu mengusap pipi Leanna sembari menatapnya dengan dalam. Ia terus-menerus menatap Leanna seakan-akan ia takkan pernah bosan untuk menatap wajah wanita itu.
Rasanya kepala Leanna bisa berlubang hanya karna tatapan itu.
"Berhenti menatapku." Gumam Leanna pelan.
Sanzu terkekeh lalu memeluk Leanna dengan erat. "Kau tahu? Aku sangat merindukanmu."
"... Semuanya terlalu membingungkan..."
"Cukup percaya padaku Leanna, Rindou lah yang berbohong."
"Apa kau punya buktinya?"
"Punya,"
Sanzu melepas pelukannya ia lalu menautkan jari-jarinya pada jari Leanna.
"Bukankah tiap aku menyentuhmu seperti ini kau merasa familiar?"
Leanna mengangguk.
"Lalu apa kau yakin apa Rindou yang kau anggap kekasihmu itu... Kau yakin kau mencintainya?"
Leanna ingin menyergah itu namun seketika ia terdiam, ia merasa senang berada disamping Rindou. Tentu saja lelaki itu memperlakukannya dengan sangat baik perilakunya juga sangat hangat layaknya memang seorang kekasih yang baik.
Tetapi... Setelah apa yang diucapkan oleh Sanzu barusan membuatnya ragu. Ia goyah apa memang benar ia mencintai Rindou?
Sanzu membawa tangan Leanna untuk menyentuh dadanya. "Kau merasakannya bukan? Jantungku selalu berdetak sekencang ini saat bersamamu."
Sanzu lalu menaruh punggung tangan Leanna diatas dada Leanna.
"Bukankah detak jantungmu juga sama?"
"... Jujur saja... Aku merasa detak jantungku ini hanya terpacu karna aku merasa takut padamu... Bukan karna cinta." Ucap Leanna dengan takut-takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Psychopat ||Sanzu Haruchiyo
Lãng mạn"kau sudah melihatku mengakhiri nyawa seseorang." "aku akan tutup mulut soal itu." "tidak ada jaminan, sebagai gantinya kau harus menjadi kekasihku." ditulis pada 26 September 2021