Sejak hari itu Leanna sudah tak pernah lagi masuk ke sekolah ia hanya terdiam dikamarnya dan tak pernah keluar sama sekali dan hal itu sudah berlangsung selama 3 hari lamanya.
Gadis itu hanya terus terduduk dikasurnya sambil menatap kosong kearah tv didepannya.
Kehidupannya jadi terasa hampa, ia tak tahu harus melakukan apa. Semuanya terasa begitu kelam.
Selama ini ia dibully dan dijauhi oleh semua orang itu bukanlah masalah besar untuknya tetapi... Kehilangan orang yang begitu berharga untuknya itu membuatnya benar-benar ingin gila rasanya.
Leanna membaringkan dirinya pada kasur, lantas menghadap kesamping. Awalnya ia hanya termenung namun tak lama setelahnya ia pun menangis dalam diam.
Dan tanpa Leanna sadari ada seseorang yang sudah diam-diam masuk kedalam kamarnya. Orang itu menyandarkan dirinya pada jendela.
"Kenapa kau tak kesekolah?"
Leanna seketika tersentak ia pun segera bangun dan menatap orang itu.
Seketika Leanna tertegun, namun itu bukanlah hal yang terlalu mengejutkan.
Leanna tak akan bertanya bagaimana atau kenapa bisa lelaki itu ada dikamarnya kini.
Leanna memilih untuk kembali membaringkan dirinya dan menganggap lelaki itu adalah makhluk ghoib saja, toh apa gunanya ia menganggap lelaki itu lagi? Lelaki itu adalah sumber kesengsaraannya kini.
"Jadi sekarang kau mengabaikanku?"
"... Pergilah."
"Pergilah Sanzu... Aku tak ingin melihatmu." Lanjut Leanna dengan lirih.
Sanzu mendekat kearah Leanna dengan langkah pelan, lantas ia pun duduk disamping Leanna.
"Aku mencintaimu Leanna."
Leanna diam, ia tak ingin berbicara lagi pada lelaki itu.
"Tidakkah kau juga mencintaiku?"
Namun Leanna tetap diam.
"Baiklah, aku akui aku bersalah. Aku tahu aku egois tapi kau tahu? Aku selalu memiliki hasrat yang besar kepadamu, aku ingin memilikimu seutuhnya. Aku ingin hanya aku satu-satunya orang yang berharga untukmu. Aku ingin hanya aku yang kau pikirkan tiap saat."
"Kau gila... Kau gila Sanzu..." Ucap Leanna dengan suara yang bergetar.
Sanzu tertawa. "Pada dasarnya aku memang gila Leanna, bahkan sebelum bertemu denganmu aku sudah gila."
Sanzu lantas menaruh kedua tangannya pada samping kepala Leanna, dan tak lama setelahnya ia bergerak dan menindih perempuan itu.
"Lihat aku." Ucap Sanzu pada Leanna yang terus memalingkan wajahnya dan enggan untuk menatap kearah Sanzu.
Leanna meneteskan air matanya dalam diam, ia ingin sekali mendorong lelaki yang sedang ada diatasnya itu namun tubuhnya tak bisa bergerak.
Bukan tak bisa tapi memang ia memang tak mau, di lain sisi ia membenci Sanzu yang sudah merenggut bibinya namun di lain sisi juga ia sangat mencintai lelaki itu.
"... Aku minta maaf Leanna." Ucap Sanzu pelan.
Tangis Leanna semakin deras. "Sanzu... Aku," leanna berujar dengan suara yang gemetaran. "Aku sangat mencintaimu, tapi kamu sudah merenggut bibi ku... Dia sudah merawatku sejak kecil, dia sudah seperti ibuku... Bagaimana bisa kau merenggutnya dariku...?"
"Aku melakukannya karna mencintaimu."
Dengan cepat Leanna menatap Sanzu yang juga sedang menatapnya. "Jika rasa cintamu itu hanya bisa membuatku kehilangan orang-orang yang kusayangi lebih baik kau tidak usah mencintaiku Sanzu."
"Definisi cintamu itu terlalu gila untuk kuterima... Aku tak sanggup." Lanjut Leanna sebelum Sanzu sempat berbicara.
"... Sekarang, aku... Sudah tak berpikir bahwa jika kita bersama kita akan bahagia."
"Yang bisa kulihat kedepannya hanyalah kesengsaraan jika aku tetap denganmu."
"Jadi apa yang kau inginkan?" Tanya Sanzu dengan pandangan datar serta cara bicara yang dingin, berbeda dengan tadi.
"Tinggalkan aku. Berhentilah mencintaiku..."
Leanna diam sejenak, ia memejamkan matanya sembari menahan rasa sesak pada dadanya.
"Dan jangan pernah lagi muncul dihadapanku."
~
Sejak hari itu, Sanzu benar-benar sudah tak pernah lagi terlihat dihadapan Leanna. Lelaki itu benar-benar menuruti perkataan Leanna dengan sempurna.
Keseharian Leanna kembali seperti biasa, ia kembali bersekolah. Awalnya ia berpikir bahwa orang-orang akan kembali menganggunya tetapi diluar dugaan sekarang semua orang malah semakin segan padanya, mereka seolah-olah takut jika bahkan mereka berani menyentuh Leanna barang sedikit mereka bisa kehilangan nyawa saat itu juga.
Leanna tak tahu mengapa tapi ia tak begitu perduli, yang ia perdulikan hanyalah Leia, sekarang perempuan itupun tak pernah lagi membullynya seperti biasa.
Leanna tak tahu apakah ia harus senang atau tidak akan hal itu.
Dan setidaknya sekarang ia tidak terlalu kesepian karna Senju dan Takeomi selalu mengajak Leanna untuk bersama.
"Leann." Panggil Takeomi.
"Ya?"
"Apakah kau mau keluar denganku hari minggu ini?"
"Kemana?"
"Ke toko bunga, ada toko bunga baru yang ketemukan kemarin dan disana benar-benar indah, mungkin kau bisa merasa tenang dengan menghirup wangi bunga disana nanti."
Leanna terlihat berpikir sejenak, itu bagus... Tak ada alasan untuknya menolak itu, toh ia juga tak melakukan apa-apa dirumah.
"Ba-"
Belum sempat menjawab dengan ceoat Senju memotong ucapan Leanna.
"Toko bunga?? Sepertinya seru! Ajak aku juga."
Takeomi mendelik tak suka kearah Senju. "Tak usah, nantinya kau hanya akan menganggu."
"Enak saja, aku bertanya pada Leanna bukan kau."
"Boleh kan?" Tanya Senju pada Leanna.
Leanna tentunya mengangguk sembari tersenyum tipis kearah Senju yang membuat Takeomi menghela nafas jengah sembari menatap malas kearah Senju yang kegirangan.
Diam-diam leia mendengar semua itu secara diam-diam dari meja depan, ia pun melirik kearah mereka bertiga dengan datar.
"Menyebalkan."
—
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Psychopat ||Sanzu Haruchiyo
Romansa"kau sudah melihatku mengakhiri nyawa seseorang." "aku akan tutup mulut soal itu." "tidak ada jaminan, sebagai gantinya kau harus menjadi kekasihku." ditulis pada 26 September 2021