18. Orang baru

2.7K 374 49
                                    

"Keadaannya sudah stabil, tapi entah kapan dia akan bangun."

Leanna menghela nafas karna ucapan dokter barusan.

"Tengkoraknya retak, dan pendarahan pada kepalanya benar-benar parah. Kenyataan bahwa ia masihlah hidup saja itu sudah cukup menakjubkan, saya yakin dia orang yang kuat."

Dokter itu berucap untuk menenangkan Leanna yang air wajahnya terlihat pucat.

Leanna hanya bisa mengangguk. Dokter itu keluar dari ruangan itu meninggalkan Leanna dan Leia berdua saja didalam sana.

Sanzu tetap diluar, ia bilang ia akan menunggu Leanna diluar saja. Ia tak suka kamar rumah sakit itu mengingatkannya pada kenangan buruknya di masa lalu.

Leanna menatap Leia yang tengah memejamkan matanya, hal itu membuat Leanna benar-benar gusar. Entah kapan perempuan itu akan bangun Leanna tak tahu... Ia hanya bisa menunggu.

"Cepatlah bangun... Sebentar lagi hari kelulusan."

"Bukankah kau ingin mencari pekerjaan yang layak??" Lirihnya.

"... Aku sudah membayar semua biaya rumah sakit ibumu... Aku tak menyangka kau tak pernah memakai uang sepeserpun dariku..."

"Aku minta maaf Leia."

"Memang... Akulah yang membunuh ayahmu tetapi... Saat itu aku masihlah kecil... Aku hanya mencoba menyelamatkan diriku."

"Saat kau bangun nanti, aku akan meminta maaf lagi padamu. Dan setelah itu ayo perbaiki hubungan kita."

Leanna tersenyum simpul. "Aku menantikan hari dimana kita bisa berbaikan lagi."

Leanna mengingat kenangannya ketika kecil, ketika hubungannya dengan Leia masih sangat baik. Mereka sangat akur dan sudah seperti saudara kandung. Mereka selalu bersama kemanapun. Hingga insiden itu terjadi...

Semuanya hancur sejak itu, entah kenapa Leia mulai menjauhinya, selalu menatapnya dengan tatapan jijik, serta selalu mendorongnya menjauh.

Awalnya ia tak mengerti tapi ketika diingat lagi ia telah membunuh ayah perempuan itu tepat didepan matanya... Jadi bagaimana mungkin Leia tidak membencinya?

Leanna yakin saat itu Leia menatapnya dengan ketakutan. Tatapannya seperti melihat monster.

Leanna tak menyalahkan Leia, toh semua itu memang salahnya. Ia harus menanggungnya.

"Aku minta maaf..."

Leia... Perempuan itu menangis, menangis sembari menutup matanya.

Leanna yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis, sembari mendoakan agar perempuan itu akan segera bangun dan membuka matanya lagi.

"... Aku juga berterimakasih... Kau sudah sering menolongku, aku benar-benar berterimakasih akan itu..."

"Dan untuk selanjutnya... Akulah yang akan menolongmu."

~

Leanna menggelengkan kepalanya dengan canggung ketika ada seorang lelaki yang menawarkan cemilan kepadanya. Lelaki itu sangat berisik dan cerewet, ia terus mengocehkan banyak hal kepada Leanna.

Hanya saja Leanna khawatir bagaimana Sanzu nanti akan menyiksa lelaki itu jika ia tahu.

Skenario terburuk yang bisa Leanna pikirkan saat ini hanyalah sisa waktu hidup lelaki itu mungkin hanya... Beberapa hari? Ah tidak. Mungkin beberapa jam lagi.

Sungguh sial nasibmu. Batin Leanna.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Lelaki itu.

Leanna menatap lelaki itu dengan sendu. "Aku khawatir akan gigi dan juga kukumu, atau mungkin matamu." Gumam Leanna dengan perasaan merinding.

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang