13. Toko bunga

3.6K 512 34
                                    

Dan disinilah mereka bertiga sekarang, ditoko bunga yang dimaksudkan oleh Takeomi kemarin.

Mereka masuk kedalam toko bunga itu sembari berbincang kecil, dan bisa Leanna rasakan harum bunga yang begitu menenangkan tercium begitu ia masuk.

Itu benar-benar toko bunga yang bagus, bukanlah pilihan yang salah ia datang kesana.

"Leanna, kami berdua akan keatas." Ucap Takeomi kepada Leanna, Leanna mengangguk dan berjalan sendiri di bawah sembari mencari bunga yang sekiranya akan cocok ditaruh dirumahnya nanti.

Leanna terhanyut aroma-aroma bunga yang menguar disepanjang toko itu membuatnya jadi mengingat bibinya, kasih sayang yang selalu bibinya beri padanya. Semua hal tentang bibinya, ia jadi ingin menangis lagi.

Leanna jadi berpikir lagi, mengapa nasibnya begitu malang? Mengapa ia harus melalui segalanya sendirian seperti ini? Satu persatu orang yang ia sayangi mulai meninggalkannya. Ia takut, ia takut ia tak akan kuat menghadapi semua itu untuk kedepannya.

Leanna menatap lurus kearah bunga mawar didepannya, melihat bunga itu Leanna jadi teringat seseorang.

Seseorang yang ia cintai sekaligus ia benci.

Mawar itu indah, namun berduri. Seperti itulah penggambaran Sanzu untuknya.

"Ha... Miris sekali."

"Leanna." Panggil seseorang yang tiba-tiba saja berdiri disamping Leanna.

Leanna terlonjak kaget hingga tangannya pun tak sengaja tertusuk duri dari mawar tersebut.

"Le-leia?" Pekik Leanna.

Leia merotasikan bola matanya malas lantas menarik tangan Leanna keluar dari toko bunga itu.

"Bukankah sudah kukatakan untuk tidak dekat dengan Senju??"

"Memangnya kenapa?? Aku tak mengerti."

Leia menghela nafas jengah. "jelasnya dia bukanlah orang yang bisa kau ajak berteman kau tahu itu."

"Tidakkah kekasih gila mu itu memperingatkanmu?" Lanjut Leia sembari menyandarkan bahunya pada tembok.

"Kami sudah selesai."

"Apa?"

"Aku dan Sanzu tidak memiliki hubungan apapun lagi."

Untuk sesaat Leia terlihat terkejut namun tak lama setelahnya ia pun memasang ekspresi muak pada wajahnya.

"Tidak usah berbohong."

"Aku tak berbohong! Kami memang susah selesai."

"Lantas kenapa ia masih terus melindungimu saat disekolah?"

"Apa?"

Leia tertawa remeh. "Jangan bilang kau tak tahu bahwa semua yang mencoba menganggumu berakhir mengenaskan ditangan lelaki gila itu?"

"Apa maksud-"

"Sudahlah, itu tak penting. Jelasnya lebih baik kau mendengarkanku jangan mendekati Senju."

"Aku tak mengerti, setidaknya beri tahu aku kenapa???"

Leia merotasikan bola matanya malas, ia pun mendorong Leanna. "Tidak bisakah kau mendengarkanku saja!! Semenjak dengan lelaki gila itu sekarang kau semakin melunjak hah?!" Bentaknya.

"Hanya saja Leia, aku membutuhkan jawaban yang jelas."

Leia memijat pelipisnya pusing, lantas ia pun melirik keatas.

"Kau benar-benar menyebalkan Lea- minggir!!!" Pekik Leia sembari mendorong Leanna.

Leanna terkejut setengah mati ketika Leia mendorongnya hingga terjatuh tetapi ia lebih terkejut ketika ada sebuah pot bunga yang jatuh dan menimpa Leia.

Nafas Leanna memburu, bisa ia lihat darah mulai menguncur keluar dari kepala Leia.

"Le-leia!!!!" Teriaknya lantas segera mendekat kearah Leia.

"Siapapun!!" Teriaknya sembari menoleh ke kana dan ke kiri namun tak ada siapapun. Hingga ia pun menoleh keatas.

Betapa terkejutnya ia... Ketika melihat, Senju yang sedang memandanginya dengan datar.

~

Sanzu menatap langit dengan pandangan teduh, langit kala itu sedang mendung.

Sanzu, dia begitu merindukan Leanna, dia sangat-sangat merindukan perempuan itu. Namun ia tak bisa muncul lagi dihadapan perempuan itu.

Sanzu menghela nafas, semuanya menjadi rumit. Ia tak sanggup jika harus seperti ini, hatinya selalu gelisah setiap harinya.

Ia tahu semua itu karna Leanna hanya saja, kini perempuan itu sudah membencinya dan kenyataan itulah yang membuatnya tak bisa mendekati perempuan itu lagi.

"Sekarang aku harus apa Leanna?" Gumamnya.

Sanzu berjalan pelan, entah kemana ia tak tahu, ia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah kini. Dengan pikiran kosong Sanzu menatap lurus kedepan.

Ia bahkan tak perduli ketika hujan mulai turun dengan deras, ia tetap melangkah.

Dan tahu-tahu lelaki itu kini malah sampai disebuah rumah, lelaki itu tersenyum miris. "Lihatlah, saking rindunya aku padamu... Tanpa sadar pun aku sampai disini." Lirihnya pelan.

Sanzu diam untuk waktu yang lama didepan pintu rumah itu, ia tak bergeming sedikitpun. Ia sedang memperdebatkan banyak hal didalam pikirannya.

Hingga akhirnya ia memilih berbalik dan melangkah menjauh dari rumah itu.

Namun baru sepuluh langkah Sanzu terhenti dan menyerngit pelan, hatinya entah mengapa terasa sakit. Persetan dengan segalanya Sanzu kembali berbalik ke rumah itu dan segera menekan belnya.

Pintu terbuka, dengan pandangan lega serta teduh Sanzu pun memeluk sosok yang baru saja membuka pintu itu.

"Jangan campakkan aku... Aku tak sanggup jika seperti ini."

Awalnya Sanzu berpikir ia akan didorong atau bahkan ditampar, namun nyatanya... Perempuan itu malah membalas pelukannya dan bahkan mengusap punggungnya.

"Sanzu..."

"Maafkan aku."


Tbc

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang