-Naif. Salah satu kata yang menggambarkanmu.
Sejak kapan ya... Semuanya jadi seperti ini? Sejak kapan jadi sehancur ini?
Kapan terakhir kali aku menangis untuk seseorang...? Tidak. Apa sebelumnya aku pernah menangis untuk seseorang?
Sepertinya tidak pernah, tapi kini aku menangis... Menangis untuk seorang wanita yang kuseret paksa masuk ke dalam hidupku dengan alasan yang sepele. Wajahnya sangat mirip dengan ibuku yang dulunya ku bunuh dengan tanganku sendiri.
Awalnya aku ingin membunuhnya tapi karna wajahnya mirip dengan ibu aku jadi ingin mempermainkannya, karna itu aku memaksanya untuk menjadi kekasihku. Aku tidak terlalu perduli ataupun bersimpati padanya. Bahkan ketika melihatnya di pukul dan di bully oleh temannya pun aku hanya diam sembari menonton hingga akhir.
Aku berniat membunuhnya ketika menyuruhnya datang ke rumahku, tapi ketika bersamanya entah mengapa terasa nyaman dan hangat. Karna itu aku mengampuninya untuk saat itu dan membiarkannya tetap hidup. Toh aku masih punya banyak waktu jika cuma untuk membunuh gadis rapuh bak gelas kaca yang bisa hancur hanya karna ku genggam itu.
Hari demi hari aku semakin dekat dengannya rasa ingin membunuhku terhadapnya oun perlahan-lahan mulai menghilang digantikan dengan perasaan cinta.
Aku tidak menyangkalnya. Aku bukanlah tipe yang akan menyangkal perasaanku sendiri, karna itu begitu sadar aku langsung mengakui bahwa diriku sudah jatuh sepenuhnya pada wanita itu. Tapi setelah mengenal wanita itu ternyata kisahnya juga cukup menyedihkan.
Aku jadi berpikir bahwa kami memang benar-benar cocok satu sama lain.
Tapi terkadang aku berpikir sepertinya wanita ini jauh lebih mencintaiku lebih daripada aku mencintainya. Karna itu aku berlaku sesukaku saja, tapi tentunya aku memperlakukannya dengan baik layaknya seorang kekasih.
Aku paling benci ketika ada seorang cecunguk yang berani mendekatinya, aku benar-benar tak bisa menahan hasratku untuk membunuh cecunguk-cecunguk itu. Beruntungnya Leanna tak mempermasalahkan hal itu. Hanya saja ia berpesan bahwa aku tak boleh membunuh dengan kejam di hadapannya.
Itu hal yang mudah.
Tetapi... Semakin hari perasaanku kian membesar hingga menjadi sebuah obsesi, aku ingin hanya aku satu-satunya untuk wanita itu... Karna itu aku berencana untuk membunuh satu-satunya keluarganya yang tersisa. Yaitu bibinya.
Tapi baru ingin melakukannya aku ragu, aku berpikir jika Leanna tahu bahwa aku yang membunuh bibinya mungkin dia akan membenciku, karna itu aku berhenti ditengah-tengah. Tetapi entah bagaimana Takeomi malah datang dan merebut pedangku dan menjebakku seolah-olah akulah yang telah membunuh bibi Leanna.
Aku ingin mengatakan pada Leanna bukan aku yang membunuh bibinya tapi karna balas budi aku harus tutup mulut soal itu dan membiarkan Leanna membenciku.
Aku mencoba menjauhi wanita itu tetapi tidak bisa, aku sudah terlalu mencintainya.
Saking cintanya aku... Rasanya aku sudah kehilangan akal sehatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Psychopat ||Sanzu Haruchiyo
Romansa"kau sudah melihatku mengakhiri nyawa seseorang." "aku akan tutup mulut soal itu." "tidak ada jaminan, sebagai gantinya kau harus menjadi kekasihku." ditulis pada 26 September 2021