24. Terungkap

2.1K 300 53
                                    

Warn 15+!!
Pada chapter ini terdapat beberapa adegan kekerasan! Pembaca diharap bijak dalam memilih bacaan!

Warn 15+!!Pada chapter ini terdapat beberapa adegan kekerasan! Pembaca diharap bijak dalam memilih bacaan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sanzu menyerngit pelan ketika ia sampai dirumah sakit ia merasa sedikit aneh. Lantaran entah mengapa rumah sakit itu terasa... Cukup sepi?? Sekarang jam sudah menandakan pukul 10.23 seharusnya rumah sakit sudah sibuk pada jam seperti ini.

Namun aneh sekali hanya ada satu perawat yang ia temukan dirumah sakit itu, itupun perawat yang berjaga di resepsionis.

Memilih tak ambil pusing Sanzu terus berjalan menuju kamar yang diberitahukan padanya tadi. Kamar dimana Leia dirawat.

Sanzu menggerutu pelan ketika mencium bau obat-obatan yang begitu menyengat menyeruak pada hidungnya. Inilah alasan kenapa ia sangat benci rumah sakit.

Ia juga sangat heran sebenarnya kenapa Leanna selalu saja kabur darinya, hal itu membuatnya sangat jengkel. Tapi yah... Tidak masalah juga karna ia selalu tahu kemana pun perempuan itu pergi dan berada.

Sanzu sampai pada kamar itu, ia langsung masuk kesana. Namun yang ia temui disana bukanlah Leia maupun Leanna.

"Apa ini. Kau menjebakku?"

"Seperti biasa kau terlalu kasar haha mana mungkin aku menjebakmu?"

"Dimana Leanna?"

"Hm... Entahlah? Siapa yang tahu?"

Sanzu mendengus sebal. "Beritahu saja padaku jika kau sudah bosan untuk hidup."

Rindou terkekeh geli. "Yah pada akhirnya aku memang berniat mati ditanganmu. Tapi nanti, setelah semuanya selesai."

Sanzu merotasikan bola matanya malas, ia pun berbalik berniat untuk keluar dari ruangan itu.

"Setelah ini tidak akan ada satu orang pun yang bisa keluar dari rumah sakit ini. Semua akses keluar sudah ditutup dan banyak orang dari kemiliteran luar negeri tengah berjaga diluar."

"Aku tidak perduli. Katakan saja dimana Leanna berada."

Rindou menyeringai. "Jelasnya aku sudah memberitahumu," Rindou bangkit dari kursi kemudian berjalan mendekati Sanzu.

Ia kembali menepuk bahu lelaki itu. "Kau, aku, ataupun Leanna. Kita semua akan mati di tempat ini."

"Yahh bukankah tempat ini tempat yang bagus untuk dijadikan sebagai kuburan?"

Sanzu menggeram marah ia pun mencekik leher Rindou. "Apa lagi yang kau rencanakan bajingan?!"

"Bukan aku yang merencanakan semua ini dari awal."

Rindou tertawa pelan. "Tapi karna Senju. Adikmu yang sangatlah bodoh itu menyebabkan situasi seperti ini."

"Dia sangat bodoh dengan mempercayai temannya."

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang