Dengan gemetaran Leanna memohon kepada lelaki itu agar tidak membunuhnya.
"Kumohon... Jangan bunuh aku," isaknya.
Lelaki itu tersenyum hingga menampilkan deretan giginya. Ia meraih dagu Leanna dan mencengkeramnya dengan kuat.
"Hm... Bukankah kau anak kelas 3 Hikari Leanna?" Terkanya.
Leanna mendongak betapa terkejutnya ia ketika tahu siapa lelaki itu.
"Sa-sanzu Haruchiyo." Ujarnya tak menyangka dengan nada suara yang gemetaran.
"Hm... Jadi bagaimana ya apa aku biarkan kau hidup saja?"
Leanna semakin menangis dengan deras. "Kumohon... Biarkan aku hidup."
"Kau sudah melihatku mengakhiri nyawa seseorang,"
"Aku akan tutup mulut soal itu." Katanya dengan cepat.
"Tidak ada jaminan, sebagai gantinya kau harus menjadi kekasihku."
"A-apa???? Kekasihmu???"
Sekali lagi Sanzu tersenyum. "Itu lebih baik daripada kau mati bukan?"
Leanna mengangguk dengan takut, ia benar-benar takut setengah mati nyawanya sedang dipertaruhkan saat ini. Banyak hal yang ingin ia tanyakan namun lidahnya terlalu kelu untuk sekedar mengucapkan sesuatu lagi.
Leanna rasanya ingin menghilang saja dari dunia kenapa nasibnya bisa sesial ini? Semua benar-benar tak adil, disekolah semua orang merundungnya dan kini ia harus terjebak dengan lelaki psychopat yang kapan saja dapat merenggut nyawanya.
~
Leanna pulang dengan lunglai tubuhnya rasanya benar-benar sudah tak bertenaga namun ia paksakan dirinya.
Ia sampai pada pintu lalu mengetuk pintu. "Bibi..." Panggilnya dengan nada suara yang memelas.
Pintu dibuka, seketika Leanna langsung jatuh.
"Ya Tuhan! Apa yang terjadi padamu??" Teriak bibi Leanna begitu melihat kondisi Leanna.
Leanna pingsan, sehingga bibinya panik bukan main ia bahkan sampai memanggil dokter.
Untungnya dokter mengatakan bahwa Leanna hanya kelelahan dan stress karna belajar, itu membuat bibi Leanna lega setengah mati.
Dokter sudah pergi dan Leanna juga sudah bangun beberapa menit yang lalu.
"Maafkan aku bibi, aku terus saja merepotkanmu." Katanya tak enak.
Bibi Leanna menggeleng. "Kau tak pernah merepotkanku Leanna, kau keponakanku dan aku diberi tanggung jawab oleh kakakku untuk merawatmu. Karna itu jangan pernah berpikir bahwa kamu merepotkan."
"Terimakasih bi..."
"Kalau begitu istirahatlah, jika keadaanmu belum membaik hingga besok kau tak usah masuk sekolah dulu." Ujar bibi Leanna yang kini berada diambang pintu.
"Aku mengerti."
Pintu kamar Leanna ditutup, Leanna bernafas lega sekarang ia sudah dirumahnya ia pasti aman kan...? Dan terimakasih kepada bibi Leanna yang memperbolehkannya untuk tidak sekolah besok, ia memang sudah berencana untuk itu agar dapat menghindari Sanzu.
Tring... Tring... Tring...
Handphone Leanna berbunyi, Leanna tanpa rasa curiga sedikitpun mengangkat telpon itu.
"Selamat malam kekasihku."
Seketika Leanna mati kutu, itu adalah Sanzu.
"Hm... Kenapa diam saja? Kau tidak menyangka aku akan menelponmu malam-malam? Kau kan kekasihku biasanya sepasang kekasih akan saling menelpon hingga larut malam kan?"
"A-a-a-aku tid-ak... Tau kalau sepasang kekasih melakukan hal... Itu," jawabnya dengan nada suara yang putus-putus, ia sangat takut kini.
Bisa Leanna dengar suara tawa dari sebrang sana. "Entah kenapa aku jadi punya pikiran kalau besok kau tak ingin datang ke sekolah."
Sekali lagi Leanna terkejut bagaimana lelaki itu bisa tahu...
"Dengarkan aku sayangku, jika kau tidak datang besok aku akan menghampirimu kerumahmu."
Leanna menangis. "Aku... Akan pergi."
"Gadis pintar."
"Aku jadi menantikan hari esok."
Leanna benar-benar ingin segera mengakhiri telpon itu namun jangankan mengakhiri menjauhkan ponsel itu dari telinganya saja ia tak sanggup karna takut.
Leanna harap semua yang terjadi padanya ini hanyalah mimpi semata.
—
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Psychopat ||Sanzu Haruchiyo
Romance"kau sudah melihatku mengakhiri nyawa seseorang." "aku akan tutup mulut soal itu." "tidak ada jaminan, sebagai gantinya kau harus menjadi kekasihku." ditulis pada 26 September 2021