22. Ingatan

2.2K 335 68
                                    

Warn 15+!!

"Kau yakin tak apa-apa?" Tanya Leanna mengkhawatirkan Rindou.

Rindou menggeleng. "Tak masalah, sebentar lagi juga aku sudah bisa keluar."

"Tapi tetap saja? Bukankah dia keterlaluan? Bagaimana bisa dia mematahkan tangan dan tulang rusukmu seperti ini..." Ringis Leanna.

"Bukankah kita sekarang harus melaporkannya pada polisi?" Lanjut Leanna.

"Kamu jangan gegabah, kamu bisa celaka jika berurusan dengan Sanzu."

Leanna mendengus. "baiklah aku mengerti."

Rindou terkekeh pelan. "good girl,"

"Ngomong-ngomong kau sudah mendaftar ke sebuah universitas?" Tanya Rindou.

Air wajah Leanna yang awalnya ditekuk langsung terlihat ceria kembali. "Ya! Aku diterima," Leanna merogoh tasnya kemudian mengeluarkan selembar kertas dari sana.

"Lihat!"

Rindou terkekeh dengan sebelah tangannya yang tidak di gips, ia mengusap pelan rambut Leanna yang membuat perempuan itu tersenyum senang.

"Kau nantinya juga di univ mana?" Tanya Leanna.

"Sama denganmu."

"Sungguh?! Bagus!!" Pekik Leanna.

"Kamu senang?"

"Tentu saja... Aku bisa berada di universitas yang sama dengan kekasihku... Bagaimana aku tidak senang?"

Rindou kembali terkekeh ia pun menarik dagu Leanna dan mendaratkan kecupan singkat pada bibir perempuan itu.

Leanna yang baru saja dicium langsung menundukkan kepalanya, semburat kemerahan mulai terlihat pada pipinya. Ia malu karna tiba-tiba saja dicium seperti itu.

"Wah... Sepertinya aku datang pada waktu yang tidak tepat." Celetuk seseorang dari arah pintu yang dengan perlahan masuk sembari membawa sekeranjang buah-buahan.

"Benar. Kau datang diwaktu yang salah." Timpal Rindou.

Takeomi hanya bisa terkekeh sembari duduk disamping Leanna.

"Aku ingin pergi mencari makanan dulu." Pamit Leanna yang hanya diangguki oleh keduanya.

Leanna berjalan menuju pintu, Takeomi serta Rindou menatap kepergiannya hingga pintu benar-benar tertutup barulah mereka kembali berbicara.

"Bagaimana? Kau sudah kena batunya kan?" Ejek Takeomi.

"Seperti yang kau bilang." Dengus Rindou. "Ya... Tapi setidaknya dia mendapat ganjarannya."

"Ganjaran apa?"

"Leanna semakin membencinya." Kekeh Rindou.

"Sebaiknya kau hentikan saja semuanya kau benar-benar bisa mati."

"Kau gila ya? Hal seseru dan semenyenangkan ini? Mana mungkin aku menghentikannya~"

"Terserah kau saja jelasnya aku sudah memperingatkanmu,"

"Saat kau mati nanti akulah yang akan tertawa paling keras." Lanjut Takeomi sembari mendelik kearah Rindou.

"Yeah lakukan sesukamu. Ngomong-ngomong kapan Senju kembali?"

"Melihat dirinya tengah menghubungi seseorang dari kemiliteran sepertinya dia sebentar lagi akan sampai."

Rindou mengidikkan bahunya. "Kau harus menghentikannya dia sangat berbahaya untuk rencanaku."

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang