"Tetaplah didalam lemari ini, hingga ibu menjemputmu mengerti? Jangan pernah keluar dari sini."
"I...ibu??"
Wanita itu menangis sambil perlahan menutup lemari itu dan meninggalkan Leia.
Leia dengan perlahan sedikit membuka lemari itu, ia sangat takut didalam sana karna begitu gelap dan pengap.
Hingga akhirnya ia membulatkan matanya ketika mengintip kearah luar.
Leia menutup mulutnya, ia ingin berteriak namun suaranya tak keluar sedikitpun, air matanya pun mengalir begitu deras... Ketika melihat, ayahnya membakar ibunya hidup-hidup.
"Hah...!!! Hah....! Mimpi sialan." Umpat Leia ketika terbangun dikamarnya.
Ia memandang kesekitarnya dengan panik, Leia mengusap pelan rambutnya, tubuhnya dibankiri keringat.
Ia benar-benar sial, untuk yang kesekin kalinya ia mendapat mimpi buruk itu lagi, mimpi ketika ia masih kecil.
Ia sangat ingin melupakan kejadian itu, sehingga ia rela berdoa siang dan malam kepada Tuhan. Namun seakan-akan dicemooh, ia malah memimpikan itu setiap malam.
Leia kembali berbaring dan menutup matanya menggunakan lengannya.
"Sampai kapan aku harus tersiksa seperti ini?"
~
Leia menatap datar kearah wanita yang sedang terbaring di atas bangsal, sambil dilengkapi alat pernapasan yang sudah melekat padanya sejak 6 tahun yang lalu.
Dengan hati-hati Leia mengenggam tangan wanita itu, yang terbungkus dengan perban.
"Apa masih sakit bu...?" Tanya Leia pelan.
Leia menyerngit pelan, mengingat masa lalunya yang cukup kelam. Dengan perlahan ia bangkit dari duduknya.
"Aku akan datang lagi." Ucapnya kemudian keluar dari ruangan tempat ibunya dirawat itu.
Leia keluar dari pelataran rumah sakit, lantas memakai maskernya dan mengendarai sepedanya.
Leia mengendarai sepedanya hingga kesebuah toko ayam goreng, ia pun masuk kedalam toko itu dan mengenakan celemek yang dikhususkan untuk pekerja part time.
Berbeda dengan biasanya, kini Leia terus tersenyum sepanjang pekerjaannya, ia melayani semua pelanggan dengan sangat baik. Berbeda ketika disekolah ia akan terus memperlihatkan ekspresi datarnya, dan memperlakukan semua orang secara semenah-menah.
Bukan karna apa, ia miskin dan satu-satunya cara agar ia tidak diganggu ialah dengan berkuasa, memperlihatkan kekuatannya dan menyembunyikan setiap kelemahannya.
Selesai dengan pekerjaan ditokoh ayam itu Leia segera beralih ke taman bermain dan memakai sebuah kostum kelinci berwarna pink sambil membagikan selebaran.
Ia menghibur orang-orang disana, hingga tanpa ia sadari sudah tengah malam dan taman bermain sudah tutup.
Dengan perlahan ia melepas kostumnya dan menerima bayaran yang tak seberapa itu.
Leia menghela nafas sambil menghitung penghasilannya hari ini.
"Untuk makan saja ini takkan cukup..." Gumamnya. "Bagaimana caraku melunasi uang perawatan ibu..."
Leia duduk pada bangku di taman bermain itu sambil mengadahkan wajahnya ke langit.
"Ibu... Dunia sangat kejam, aku tak sanggup... Cepatlah sembuh, aku tak suka sendirian." Rintih Leia.
Leia membuka handphonenya dan ada notifikasi uang yang baru saja ditransfer tertera disana. Tanpa melihat siapa nama pengirimnya pun Leia tahu dari mana asal uang itu.
Leia tertawa pelan. "Leanna... Berhentilah, aku takkan pernah memakai sepeser uangpun darimu."
Leia menutup matanya. "Bencilah aku Leanna, dengan begitu aku takkan merasa bersalah."
"Dasar sahabatku yang bodoh."
~
"Kurasa akhir-akhir ini kau menghindariku," ucap Senju sembari duduk disamping Leanna.
Leanna mengangguk pelan. "Semua orang menyuruhku menjauhimu." Ucapnya jujur.
Senju mengedipkan matanya beberapa kali lalu tertawa terbahak-bahak.
"Leanna! Kau memang blak-blakan!! Hahaha!" Senju kemudian merangkul Leanna.
"Tapi itulah yang aku suka darimu." Bisiknya ditelinga Leanna.
Tiba-tiba saja Takeomi datang dan menarik tangan Senju.
"Hentikan Senju, kau membuatnya tak nyaman." Tutur Takeomi.
"Wow apa ini? Memangnya apa yang kulakukan?" Decih Senju.
"Maaf, Leanna." Ucap Takeomi kemudian menyeret Senju dari sana.
Diam-diam Leanna menghela nafas lega ketika mereka berdua sudah pergi dari sana.
Leanna yang awalnya ingin fokus pada buku pelajaran dihadapannya langsung kehilangan minat, ia pun memilih untuk ke taman saja. Setidaknya ia ingin sendiri dulu karna di kelas kinincukuo berisik.
Sesampainya di taman Leanna langsung duduk disebuah kursi dan memakai earphone untuk sekedar mendengarkan musik favoritnya.
Awalnya Leanna menikmati kesendiriannya itu dengan santai. Namun ketika handphonenya bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk.
Ia langsung pucat pasih, dan tanpa memperdulikan apapun ia segera berlari dari sana, menuju ke rumah sakit.
—
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Psychopat ||Sanzu Haruchiyo
Romance"kau sudah melihatku mengakhiri nyawa seseorang." "aku akan tutup mulut soal itu." "tidak ada jaminan, sebagai gantinya kau harus menjadi kekasihku." ditulis pada 26 September 2021