08. Kemarahan

5.5K 700 112
                                    

Senju bersandar pada tembok sembari menyesap rokoknya, ia menghela nafas pelan sambil menghembuskan asap rokok itu keudarah.

"Aku tau kau disana, Sanzu." Ucapnya pelan.

Sanzu keluar dari balik tembok dan menghampiri Senju.

"Apa yang kau rencanakan?" Ujar Sanzu sambil mengintimidasi Senju.

Senju tertawa pelan. "Memangnya apa yang aku rencanakan??" Ucapnya sarkas.

"Jangan main-main denganku Senju, jangan pernah sentuh Leanna."

"Jadi pada akhirnya kau benar-benar mencintai perempuan itu?? Pfffttt!! Lucu sekali!"

"Padahal kau sendiri tahu dengan jelas, Leanna hanya akan berada dalam bahaya jika ada di lingkup kehidupanmu, kaulah yang bersalah disini Sanzu." Senju mematikan rokoknya dan membuangnya.

"Tapi sebenarnya aku cukup curiga Sanzu, apakah mungkin kau ingin melenyapkan Leanna sebagaimana kau melenyapkan kedua orang tua kita? Ah tidak, kedua orang tua kami."

"Jaga mulutmu sialan!" Geram Sanzu sambil meraih rahang Senju dan memojokkannya ditembok.

"Ugh... Hahaha!! Sekarang aku semakin yakin!!" Senju tertawa remeh. "Kau memang menargetkan Leanna!!"

Sanzu mengeratkan cengkramannya dan menatap Senju dengan tatapan yang seolah dapat melubangi kepala Senju.

"Bunuh aku Sanzu, dengan begitu gadismu itu juga akan mati!!"

Dengan guratan emosi Sanzu menatap Senju dengan tajam namun setelah utu ia menghela nafas dan melepaskn cengkramannya.

"Hehe kenapa? Apa kau takut?" Tantang Senju.

"Aku jadi semakin penasaran Sanzu! Bagaimana akhir dari perempuan itu nanti,"

"Diam." Gertak Sanzu.

"Aku benar-benar penasaran, akan akhir dari perempuan yang wajahnya benar-benar mirip dengan ibu itu!!!"

~

Leanna berjalan pelan dengan perasaan senang, ia menenteng kotak makanan yang sudah ia siapkan untuk Sanzu.

Tadi Sanzu menelponnya pagi-pagi dan mengatakan bahwa ia sedang ingin makan masakannya, dan Leanna tentu dengan senang hati memasak untuk Sanzu.

Namun ketika ia sampai pada sebuah gang tangannya malah ditarik. Leanna tersentak ia hampir saja jatuh.

Ia mendongak melihat siapa pelaku yang sudah menariknya itu.

"Le-leia?!" Pekik Leanna.

Leia menaruh jari telunjuknya pada bibirnya mengisyaratkan agar Leanna diam.

"Jangan berisik." Bisik Leia kemudian mengintip kearah tembok sebelah.

Dan disana sudah ada seseorang dengan pakaian serba hitam serta topi dan masker, sembari memegang pisau di tangan kanan dan pistol ditangan kirinya.

Orang itu berlalu dan membuat Leia menghela nafas lega. Leia kemudian menatap Leanna dengan sinis.

"Aku menyelamatkan nyawamu, pembunuh." Desisnya.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa bukan aku yang membunuh ayahmu??" Jawab Leanna.

"Tetap saja kaulah yang membunuhnya."

Leanna mendorong Leia hingga punggung perempun itu menyentuh tembok.

"Berhentilah menyelamatkan dirimu dengan mengatakan bahwa akulah yang membunuh ayahmu!!"

"Karna kenyataannya memang karna kaulah ayahku mati!!"

Mereka berdua saling mengepalkan tangan masing-masing, guratan emosi bisa terlihat pada keduanya.

"Sampai kapan kau akan menduhku seperti ini?? Sampai kapan kau akan melimpahkan semua kesalahan ini padaku? Tidakkah cukup bagimu ketika aku dibully satu sekolah?!" Teriak Leanna.

"Kau memang pantas mendapatkan itu!" Balas Leia.

Leanna tertawa pelan. "Padahal kita pernah menjadi sahabat, Leia. Tapi lihatlah sekarang. Kau terlihat menyedihkan ketika melimpahkan segalanya padaku, padahal bukan hanya kau yang kehilangan."

Leia memicingkan matanya. "Aku menderita karnamu!"

"Kita sama-sama menderita dasar sialan!" Umpat Leanna.

Leia menundukkan kepalanya tak lama kemudian bahunya bergetar, awalnya Leanna berpikir bahwa ia sedang menangis namun ternyata ia salah. Leia perempuan itu maah tertawa.

"Ahahahah!!!! Omong kosong!!! Nyatanya kau bahagia!! Kau tetap bergelimang harta meski kedua orang tuamu sudah tiada! Sedangkan aku? Lihatlah, aku menderita." 

"Bukankah aku selalu mengirimkan uang setiap bulan padamu? Apa itu masih tidak cukup?"

Leia mendecih. "Apa menurutmu 30 juta perbulan akan cukup untukku?? Hah?"

"Itu lebih baik daripada tidak ada, kau tahu."

Leia mendorong bahu Leanna dengan cukup keras, hingga Leanna terhuyung kebelakang.

"Minggirlah jalang," ucapnya berlalu dari hadapan Leanna, "ah, dan kuperingatkan... Jauhi Kawaragi Senju."

Leanna menaikkan sebelah alisnya bingung. "Sebenarnya ada apa dengan Senju...?" Gumamnya pelan.

Leanna terdiam untuk sesaat namun ketika dilihat ada seseorang dihadapan Leia, ia merasa jantungnya berhenti berdetak ia menahan nafasnya sesaat.

Sampai ia berlari dan meneriakkan nama Leia dengan keras.

"Leia minggir!!!!"

Dor!!!


Tbc

Ayo tebak-tebak villainnya Leia atau Senju xixi🤗

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang