27. Perasaan bersalah

1.5K 225 12
                                    

-Karna pada dasarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Karna pada dasarnya... Aku berjuang bukan untuk hidup. Aku berjuang untuk mati."



.


Rindou mendecih ketika sebuah darah mengalir pada pipinya. Sialan sekali, Bajingan itu menggores wajahnya menggunakan belati.

"Sangat cocok untukmu." Ejek Sanzu.

"Kenapa? Kau juga mau?"

Tanpa aba-aba tiba-tiba saja Rindou mengarahkan sebuah belati kearah Sanzu. Sanzu sedikit tercekat, sial seandainya ia tak memiliki refleks yang bagus pasti matanya sudah tertusuk. Untung saja hanya pipinya yang tergores.

"Apa kau ingin bertarung denganku bajingan?!" Kesalnya.

Rindou mengidikkan bahunya lalu mendorong seorang pria botak yang hampir memukul kepalanya menggunakan kapak.

"Bertarung dengan pria botak itu saja. Aku duluan."

Rindou segera berlari menuju ke lantai dua belas meninggalkan Sanzu yang masih harus melawan satu orang botak yang cukup tangguh tadi.

"Kembali kau bajingan!!"

Sanzu mendengus kesal, ia kesal dengan Rindou tetapi ia lebih kesal lagi dengan pria botak yang tengah ia hadapi, mau sekeras apapun ia mencoba untuk memukul ataupun melukainya pria itu tetap menyerangnya secara membabi buta seakan-akan semuanya serangan yang ia layangkan itu tak pernah terjadi.

"You're weak." Ucap orang botak itu.

Sanzu mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya. "Kalau tangan kosong tak bisa kenapa tak coba dengan ini?"

Pria itu menatap Sanzu dengan datar, ia pun kembali meraih kapaknya. "Yeah, mari kita lihat lebih cepat tembakanmu atau kapakku ini yang mengenai kepalamu." Ucapnya dalam bahasa yang tak Sanzu pahami.

"Berisik."

Tanpa ancang-ancang pria itu melemparkan kapaknya dan saat itu pula Sanzu menembak tepat pada kepala pria itu.

Sedikit lagi maka kepala Sanzu pasti akan terbelah, seandainya ia tak segera menghindar. Begitu pula dengan pria botak itu. Tanpa ba bi bu mereka kembali saling bertarung menggunakan senjata apapun yang dapat mereka ambil dari sana. Keduanya bertarung dengan sengit, dan berakhir seri.

Sanzu terengah-engah sembari mengusap darah yang terus-menerus menguncur dari dahinya.
Pria botak itu sangatlah menyebalkan, dia begitu tangguh. Caranya bertarung pun penuh dengan kehati-hatian seakan dia memang sudah berpengalaman akan hal seperti ini. Berpikir bahwa apakah orang-orang yang ada dilantai atas sekuat atau bahkan lebih kuat daripada pria botak itu membuat Sanzu kesal dan jengkel. Semua ini takkan berakhir dengan mudah.

Takeomi memang bajingan, darimana pula ia mendapatkan orang-orang ini? Dan dimana juga dia mendapat uang sebanyak itu untuk menyewa mereka? Padahal semua harta keluarga jatuh pada dirinya bahkan Takeomi maupun Senju tak mendapat sepeserpun harta... Yah meskipun itu karna dialah yang memanipulasi surat wasiat sehingga dialah yang mendapatkan semuanya.

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang