31. Tahap kebenaran

1K 163 6
                                    

"Perasaan menjijikkan yang seakan-akan menggerogoti tubuhku dan perlahan-lahan menghancurkanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perasaan menjijikkan yang seakan-akan menggerogoti tubuhku dan perlahan-lahan menghancurkanku."




Ran bersenandung kecil ketika menaiki satu persatu anak tangga yang dibanjiri dengan darah. Ran jadi berpikir jika ini perbuatan adiknya akan sulit untuk mengeluarkannya dari penjara nanti.

Tapi jika ini perbuatan orang lain sepertinya Ran tidak terlalu perduli, toh orang lain itu orang asing yang tak ada hubungannya dengan dirinya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Ran terus menaiki tangga meski tak tahu jelasnya kemana tangga itu berakhir. Hingga ia sampai pada sebuah lantai yang cukup bersih dari darah, tapi bukan berarti tak ada darahnya. Ran melangkahkan kakinya pada sebuah lorong yang terlihat begitu kacau dengan dipenuhi beling kaca yang berserakan di lantai.

"Sepertinya ada gorila yang tadi mengamuk disini." Gumamnya yang membuat Naoto yang sedaritadi mengikutinya dibelakang mengumpat dengan kasar.

Ran semakin mendekat dan bisa ia lihat mayat Arashi yang masih tertancap pada beling kaca disana. "Kematian yang menyakitkan ya..."

"Ugh!" Naoto rasanya ingin muntah saja, sialan sekali. Kenapa ia harus mendampingi agen gila ini untuk mengungkap sebuah kasus brutal seperti ini?

Ran melirik kearah Naoto lantas tersenyum. "Naoto-san. Bagaimana jika kau menjadi wakilku? Kau bisa melihat kasus seperti ini setiap harinya, dan kau bisa terbiasa."

"Maaf, tapi aku menolak. Aku tak segila itu untuk terus bekerja dibawah orang gila sepertimu."

"Ahaha, kau bisa menolak sekarang... Tapi entah bagaimana nanti."

Tiba-tiba saja Naoto merasa merinding, "ah, sudahlah. Aku akan kelantai berikutnya."

Naoto meloyor meninggalkan Ran yang masih setia berdiri disana. Hingga sebuah mayat mengambil perhatiannya. Ia pun mendekat kearah mayat yang tengah tengkurap di lantai itu.

Ran menyeret mayat Senju hingga bersandar pada tembok, Ran menatap lamat-lamat wajah mayat itu hingga akhirnya tangannya mengusap wajah Senju.

"Aku tak mengerti,"

"Begitu banyak kematian di hadapanku... Tapi bukan ditempat seperti ini, bukan tempat yang dilindungi hukum."

Ran tersenyum tipis mengingat kenangan masa kecilnya yang hanya tentang peperangan, cara bertahan hidup, serta cara membunuh saja. Bisa ia lihat dari sebelah mata Senju yang tetap terbuka, sorot mata itu sangat tidak asing untuk Ran. Tatapan mata para pejuang yang gugur...

Tatapan yang meskipun jiwa sudah berpisah dari raga tapi penderitaannya tetap tinggal.

Jika kau tinggal di medan perang kau akan menemukan banyak orang yang tewas seperti ini, yah kematian yang sadis seperti ini adalah hal wajar ditempat seperti itu. Ran sudah terbiasa tapi tetap saja dia juga seorang manusia yang punya hati. Ia merasa sangat iba akan mayat perempuan yang berada di hadapannya.

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang