"Apa yang sudah kau lakukan?"
Rindou mengangkat kedua alisnya. "Memangnya apa yang kulakukan?"
"Jangan berpura-pura bodoh. Kenapa kau berbohong kepada Leanna dan memfitnah Sanzu?"
Rindou ber-oh ria sembari terkekeh. "Hm... Awalnya aku memang berniat merebut Leanna dan dia sendiri memberiku kesempatan untuk itu, jadi kenapa tidak? Lagipula ini sangat menyenangkan."
Takeomi memijat pelipisnya pusing. "Tapi bukankah kau terlalu licik??"
Rindou kembali terkekeh. "Licik apanya? Ini namanya memanfaatkan kesempatan yang ada, tidak mungkin kan aku menyia-nyiakannya?"
"Hah... Kalian sama saja gilanya."
Rindou tersenyum senang sembari menaik turunkan alisnya.
"Tapi kuingatkan. Berhati-hatilah karna Sanzu... Dia itu orang paling gila diantara orang gila."
"Heh... Tanpa kau beritahu pun aku sudah tahu~" jawab Rindou dengan cuek.
"Aku serius Rindou."
"Tenanglah, jika soal kegilaan bukan hanya dia yang gila."
Takeomi mengusap wajahnya dengan gusar, ia tak mengerti lagi bisa-bisanya sahabatnya itu malah mencari masalah dengan Sanzu. Tidak masalahnya Rindou... Lelaki itu sangat gila dan licik bagaimana bisa ia membohongi Leanna dengan mengaku sebagai kekasihnya??
Apa yang akan ia lakukan nantinya jika memang Leanna bisa mengingat semuanya. Memang Leanna takkan melukai Rindou, tapi Sanzu... Lelaki itulah yang sangat berbahaya saat ini.
Takeomi semakin pusing saja semuanya semakin rumit, padahal ia baru saja berhasil mengirim Senju keluar negeri tapi malah ada masalah baru lagi.
"Hah... Jadi setelah ini kau mau kemana?" Tanya Takeomi pada akhirnya.
"Kemana lagi? Tentu saja kerumah kekasihku."
"Memang bukan aku kekasih Leanna tapi mendengar itu dari mulutmu rasanya menyebalkan, bagaimana jika Sanzu yang mendengarnya...?"
Rindou terlihat berfikir. "Em... Mungkin, aku mati? Ahahahah!"
Takeomi mencibir. "Dasar gila... Padahal kau audah tahu tapi kau masih bisa sesantai ini?"
Rindou meraih pundak Takeomi dan menepuknya pelan. "Tenanglah, aku akan baik-baik saja. Toh aku memegang kelemahan terbesar lelaki gila itu,"
Takeomi sedikit berdigik ngeri, kebiasaan Rindou adalah menepuk bahu lawan bicaranya jika ia sedang merencanakan hal gila.
"Kau masih yakin bahwa Leanna adalah kelemahan terbesar Sanzu?"
"Tentu saja. Kau pikir kenapa aku masih bisa bernafas saat ini?"
"Pemikiranmu terlalu naif asal kau tahu,"
"Bukan aku yang naif Takeomi, tapi pemikiranmu yang terlalu sempit."
Rindou mengidikkan bahunya. "Saat ini Leanna menganggapku sebagai kekasihnya, satu-satunya orang yang berharga untuknya saat ini. Coba pikirkan jika memang Sanzu membunuhku akan seberapa benci perempuan itu kepada Sanzu?"
"Dan pikir saja kenapa setelah aku melakukan semua ini aku masih hidup, padahal kau tahu saudaramu itu benar-benar gila."
Takeomi mengangguk-angguk paham. "Jadi kau aman selama Leanna tetap kehilangan ingatannya."
Rindou menghentikkan jarinya. "Benar, itu maksudku."
Takeomi berdecak lantas mendecih. "Lalu saat Leanna mendapat ingatannya nanti kau mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Psychopat ||Sanzu Haruchiyo
Storie d'amore"kau sudah melihatku mengakhiri nyawa seseorang." "aku akan tutup mulut soal itu." "tidak ada jaminan, sebagai gantinya kau harus menjadi kekasihku." ditulis pada 26 September 2021