04. Impian

6.3K 843 133
                                    

Sudah 7 bulan... Waktu yang tidak bisa dibilang cukup lama namun tidak bisa dibilang sebentar juga.

7 bulan Leanna menjadi kekasih dari seorang psychopat yang bernama Haruchiyo Sanzu. Leanna yang awal-awalnya merasa sangat takut pada Sanzu pun kini sudah biasa saja dan cukup santai. Meskipun terkadang ia masih merasa merinding jika Sanzu melakukan hal yang kejam, terlebih jika lelaki itu sengaja membunuh seseorang didepannya.

Jika kalian bertanya apakah Leanna pernah menghentikan Sanzu maka jawabannya adalah tidak. Dia memang sudah cukup santai pada Sanzu namun ia tidak seberani itu untuk menghentikan hal yang mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari lelaki itu.

Dan kini Leanna sedang berada di perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang baru saja diberikan padanya. Ia cukup pusing karna tugas itu adalah pertanyaan berupa impian.

Dan Leanna tak tahu apa impiannya, ia tak pernah membayangkannya.

"Hm... Impian,"

Leanna terlonjak kaget, hampir saja ia berteriak. Sanzu terkekeh tanpa rasa bersalah sedikitpun karna telah mengagetkannya.

"Kupikir jantungku akan copot..." Gumamnya.

"Tidak mungkin." Ucap Sanzu sambil duduk disamping Leanna.

"Jadi apa impianmu?" Tanya Sanzu.

"Entahlah, aku tak tahu."

Sanzu tertawa. "Apa-apaan itu? Padahal kupikir kau memiliki banyak impian!" Ucapnya cengengesan namun tetap berbisik-bisik mengingat mereka sedang di perpustakaan.

Leanna memandang Sanzu dengan kesal. "Ha! Memangnya kau sendiri punya impian?" Ujarnya dengan geram.

"Tentu saja."

Leanna mendecih. "Paling kau akan berkata ingin membunuh semua orang disekolah." Ucapnya enteng sambil mengidikkan bahunya.

"Itu memang terdengar menyenangkan tapi bukan itu impianku."

"Lantas?"

Sanzu tersenyum penuh arti kearah Leanna. Ia menepuk pelan kepala gadis itu.

"Terjatuh dari gedung yang tinggi dan mati bersama perempuan yang kucintai."

~

"Yo!"

Sekali lagi Leanna terlonjak kaget ketika ada seseorang yang mengagetkannya dari belakang.

"Yaampun kenapa kalian sangat suka mengagetkanku?" Gerutu Leanna.

"Kalian?"

"Ya, kau Senju, dan juga Sanzu. Kalian benar-benar suka muncul begitu saja."

Seketika Senju cengengesan, "bukannya sudah pasti ya? Kami kan bersaudara."

Sekali lagi Leanna terlonjak kaget. "A-apaaa??? Tapi bukankah nama kalian berbeda?" Ucapnya tak menyangka.

"Hm... Iya itu karna Sanzu pergi dari rumah saat berumur 10 tahun dan tahu-tahu kami malah satu sekolah, namun seperti biasa dia pura-pura tak kenal." Senju mendumel jika mengingat saudaranya itu ia jadi kesal.

Mereka berdua terus berjalan sambil berbincang ringan. Sejujurnya setelah mengenal Sanzu tiba-tiba saja Senju yang berada dikelasnya pun yang awalnya tidak memperdulikannya kini malah mendekatinya.

Leanna sebenarnya curiga perempuan itu punya maksud lain, namun ia setidaknya jadi memiliki teman dikelas jadi dia tidak masalah lagi.

"Ngomong-ngomong, Leanna."

"Apa?"

"Bagaimana kau dan Sanzu bisa berpacaran?"

Leanna mengalihkan pandangannya. "Ehm... Entahlah? Mengalir begitu saja."

Senju mengangguk-angguk paham. "Aku tak pernah menyangka saudara gilaku itu bisa berpacaran."

Leanna meringis. "Ya... Awalnya aku juga tak menyangka."

"Haha. Jadi... Apa kalian sudah berciuman hm~" tanya Senju dengan nada yang menggoda Leanna.

Leanna seketika gelagapan. "Te-tentu saja tidak!" Pekiknya dengan wajah memerah.

"Ah... Membosankan."

Senju memberi isyarat pada Leanna agar mendekat. Leanna pun mendekat dan Senju membisikkan sesuatu yang berhasil membuat Leanna salah tingkah bukan main.

"Apa-apaan itu??" Desisinya dengan perasaan geli, seakan ada banyak kupu-kupu didalam perutnya.

Senju cengengesan. "Kau benar-benar polos!"


Tbc

(✿^‿^)

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang