20. Hancur

2.7K 366 119
                                    

"Menyingkir! Jangan menghalangiku."

"Tapi anda harus tetap berbaring."

"Minggir atau kubunuh kau!" Ancam Sanzu kepada perawat itu karna tak membiarkannya pergi.

Sudah seminggu berlalu sejak ia berada dirumah sakit karena kecelakaan terakhir kali yang mengakibatkan dirinya serta Leanna harus dirawat dari rumah sakit.

Entah musibah atau keajaiban perkataannya untuk mati bersama hari itu sepertinya didengar oleh Tuhan. Namun sayangnya mereka tak benar-benar mati.

Sanzu lelaki itu mengalami patah tulang pada tangan dan juga lehernya sedangkan Leanna wanita itu mengalami pendarahan pada kepalanya dan koma selama seminggu dan Sanzu mendengar kabar bahwa wanitanya itu kini sudah bangun. Tanpa memperdulikan apapun Sanzu segera bangun dan berniat menuju ruangan tempat dimana Leanna dirawat namun sialnya perawat sialan itu malah terus menghalanginya.

Namun setelah diancam akhirnya perawat itu mempersilahkan Sanzu untuk lewat.

Sanzu membuka pintu kamar Leanna dirawat, awalnya ia tersenyum namun senyumnya lantas pudar ketika apa yang ia lihat dihadapannya.

Disana sedang ada Rindou yang sedang mengenggam tangan Leanna sembari tersenyum.

Rindou dan Leanna menoleh bersamaan kearah Sanzu yang tengah berdiri diambang pintu.

"Aku akan datang lagi." Ucap Rindou.

Rindou melepas genggaman tangannya pada leanna lalu berdiri dan berjalan menuju kearah Sanzu.

"Selamat kawan, kau kehilangan kekasihmu hari ini." Bisik Rindou dan sekali lagi menepuk bahu Sanzu.

Pintu tertutup. Dengan emosi yang berkecamuk Sanzu mengepalkan tangannya. Ia bersumpah sebentar lagi ia pasti akan segera membunuh lelaki sialan itu.

Sanzu dengan perlahan menghampiri Leanna yang tengah menatapnya sembari terduduk di bangsal.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya begitu duduk disamping Leanna.

Leanna hanya mengangguk. "Yakin?"

"... Iya."

Sanzu tersenyum bahagia, ia yang awalnya dipenuhi emosi kini merasa sangat senang seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya karna akhirnya ia mendengar suara wanita yang begitu ia cintai setelah tujuh hari lamanya ia merindukan wanita itu.

Sanzu dengan perlahan memeluk Leanna. "Aku merindukanmu... Kamu tidur terlalu lama." Lirihnya.

"... Maafkan aku," ucap Leanna.

Sanzu melepas pelukannya dan menatap Leanna. "Tidak, harusnya aku yang minta maaf."

Leanna menggeleng. "... Aku minta maaf sebelumnya tapi... Kau itu... Siapa?"

Sanzu tersentak ia membulatkan matanya tak percaya. Rasanya ia baru saja disambar petir di siang hari, wanita ini pasti sedang membercandainya. Ia pasti marah karna terkahir kali ia mengajaknya untuk mati bersama dan berakhir kecelakaan. "Leanna jangan bercanda."

"Maaf... Tapi aku benar-benar tak mengenalimu."

Sanzu mencoba untuk tetap tenang. Ia pun mengenggam tangan Leanna sembari tersenyum tipis. "Leanna aku tahu aku banyak bersalah padamu tapi tidak seperti ini. Baiklah aku minta maaf, aku tidak akan mengatakan untuk mati lagi, aku akan mengurangi sifat posesifku-"

Leanna menepis tangan Sanzu. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan! Aku sungguh-sungguh tak tahu siapa kau?! Dan sebenarnya apa yang terjadi!" Bentak Leanna sembari mendorong Sanzu.

"... Leanna apa yang terjadi padamu?? Kau sungguh melupakanku? Aku ini kekasihmu kau tak ingat?"

Sanzu mencengkram kedua bahu Leanna dengan panik. "Leanna aku ini kekasihmu. Kau ingat aku kan?! Kau hanya bercanda dan berpura-pura tidak ingat kan?!"

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang