05. Petak umpet

6.1K 905 211
                                    

"Jadi apa kali ini aku harus berdongeng lagi?"

Sanzu terlihat berpikir namun tak lama ia pun tersenyum. "Tidak, Leanna bagaimana jika kita bermain saja?"

"Bermain?" Tanya Leanna bingung.

Sanzu bangun dari paha Leanna ia pun mendekatkan wajahnya pada gadis itu. "Benar... Ayo kita bermain." Ucapnya sambil menyeringai sebagaimana biasanya jika ia sedang terpikirkan hal gila.

Leanna mulai merasakan perasaan tak enak tentang itu. "Baiklah, tapi bermain apa?"

"Hehe." Sanzu bangkit ia pun menuju lemari dan mengeluarkan senjata dari sana.

Leanna jadi takut, entah hal gila apa yang akan dilakukan lelaki itu.

Sanzu menghampiri Leanna dengan membawa sebuah katana dan sebuah pistol.

"Pilihlah." Ucap Sanzu menyodorkan kedua senjata itu dihadapannya.

"Untuk apa??" Tanya Leanna dengan wajah yang mulai pucat.

Sanzu menyeringai. "Kita akan bermain sayangku, bermain petak umpet haha!!" Entah kenapa Sanzu jadi terangsang ia jadi menggebu-gebu tak sabar untuk segera memulai permainan itu.

"Lalu untuk apa senjata ini?" Tanya Leanna sambil berdigik ngeri.

"Hm~ mudah saja pilihlah satu disini dan nanti akulah yang akan berjaga dan kau yang bersembunyi sayangku." Sanzu meletakkan kedua senjata itu di meja kemudian menghampiri Leanna sambil memeluk pinggang gadis itu.

"Nanti Leanna bersembunyilah, larilah agar aku tak menemukanmu." Bisiknya pelan sambil mencium leher Leanna.

Leanna bisa merasakan geli pada seluruh tubuhnya akibat perlakuan lelaki itu.

"Bagaimana jika kau menemukanku...?"

Sanzu kembali memperlihatkan seringaiannya namun kali ini terlihat lebih menyeramkan.

"Kau mati. Aku akan membunuhmu dengan salah satu senjata itu jika aku menemukanmu."

Seketika Leanna mati kutu, tubuhnya meremang ia merinding. Lelaki itu memperlakukannya dengan sangat baik selama 7 bulan ini sehingga ia terkadang jadi lupa bahwa lelaki itu adalah seorang psychopat gila yang hobi membunuh orang.

Sanzu menyukai ekspresi Leanna kini, wajah pucat yang datar. Sanzu tahu Leanna sekarang sedang menahan rasa takutnya mati-matian dan itu benar-benar sangat menyenangkan untuk Sanzu.

"Nah~ sekarang pilihlah."

Leanna terlihat berpikir, jika ia memilih katana itu tidak bagus. Ia tak tahu cara menggunakannya dan pada akhirnya ia pun mengambil pistol itu.

Sanzu tertawa ia mendongak sambil mengusap wajahnya. "Ahaha!!! Leanna sungguh ini adalah hari yang sial untukmu!!" Ujarnya sambil meraih katana yang berada dimeja yang tidak dipilih oleh Leanna.

Sanzu menyeringai, "Tahukah kamu Leanna, katana ini adalah senjata favoritku untuk membunuh orang!"

Sanzu menyeringai, "Tahukah kamu Leanna, katana ini adalah senjata favoritku untuk membunuh orang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leanna dengan perasaan merinding ikut menyeringai. "Dan asal kamu tahu Sanzu, aku ini seorang atlet penembak." Ucap Leanna sambil mencoba menghilangkan rasa takutnya dan menatap Sanzu dengan sarkas.

Sanzu mendekat kearah Leanna. "Benar...! Benar Leanna seperti ini!" Ucapnya sambil meraih rambut Leanna lalu menciumnya.

"Kamu harus seperti ini agar aku tak bosan!"

Dengan bergairah Sanzu mengecup pelan bibir Leanna dan berhasil membuat Leanna mati kutu, ia shok ciuman pertamanya baru saja dicuri darinya.

"Sepertinya aku jatuh cinta padamu, Leanna!"

~

Permainan telah dimulai dan Leanna mati-matian bersembunyi dan menghindar dari Sanzu yang benar-benar terlihat seperti orang gila.

Leanna sambil mencoba mengatur nafasnya ia bersembunyi di loteng, Sanzu sialan ternyata pistol yang ia berikan padanya hanya berisi satu peluru. Tahu seperti itu ia akan memilih katana saja karna setidaknya ia akan sedikit lebih aman.

Leanna berdigik ngeri ketika mengingat Sanzu yang tadi hampir menemukannya, ia takut jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya. Lelaki itu hampir saja melubangi lehernya.

Saat Leanna bersembunyi di lemari tiba-tiba saja Sanzu menusukkan katana itu tepat disamping lehernya, namun untungnya lelaki itu tak menyadari bahwa ia sedang berada didalam lemari ketika itu.

Leanna merutuki dirinya, sial, sial dan sial harusnya ia tak datang kerumah lelaki itu tadi. Kini ia malah terjebak dengan permainan gila lelaki itu sambil mempertaruhkan nyawanya.

Namun tak bisa Leanna pungkiri bahwa ia cukup menikmati permainan itu, karna rasanya ia jadi dibawah kedalam film horor dan ialah yang menjadi pemeran utama disana.

Bisa Leanna dengar langkah kaki mendekat. "Hm~ Leanna, sayangku kau dimana hihi!"

Leanna mencoba menenangkan dirinya mengatur detak jantungnya agar lelaki itu tak mendengarnya, karna kepekaan lelaki itu dalam mendengar suara benar-benar bukan main.

Sanzu melirik keseluruh ruangan disana, kemudian ia tersenyum dan berbalik. Diam-diam Leanna menghela nafas lega, ia melirik kebawah dan sepertinya lelaki itu sudah pergi.

Dengan cepat Leanna masuk kedalam lorong-lorong kecil pada loteng itu, karna sepertinya ia bisa keluar dari rumah itu jika terus mengikuti arah lorong-lorong kecil itu.

Namun Leanna seketika tercekat ketika merasakan hawa keberadaan seseorang dibelakangnya, hawa keberadaan seseorang serta niat membunuh yang kuat.

"Ketemu~!"


Tbc

Otak liar sy sedang berjalan dengan lancar😀 deg-degan sih ngetiknya ahihi.

Beloved Psychopat ||Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang