2

85 11 0
                                    

"Anak ayah katanya dapet beasiswa di SMA Belamour ya?" tanya sang ayah yang tengah menyantap roti bakar.

Lantas senyum Juan melebar. "Iya, Yah." Satu hal lain yang paling membuatnya senang adalah, salah satu temannya juga akan lanjut bersekolah di SMA Belamour.

Iya, Sakhi.

"Harus kita rayain nih kayaknya. Juan mau ngapain? Makan? Jalan-jalan?" tanya pria itu.

"Hm ... Juan mau jalan-jalan aja," jawab Juan.

Pria yang Juan panggil Ayah itu pun mengusak rambutnya pelan. Kali ini rambutnya sudah lebih rapi dibanding sebelumnya. Tidak ada lagi helai rambut yang menusuk mata sehingga matanya menjadi gatal dan memerah.

"Makasih ya Juan udah bikin Ayah sama Bunda seneng," ucap Kirana. Kehadiran Juan di hidup mereka berdua sangat membuat mereka bahagia.

"Makasih juga udah jadi orangtua yang baik buat Juan," balas lelaki itu.

Tanpa kedua orang tuanya, ia bukanlah apa-apa. Ia sangat beruntung dilahirkan di keluarga yang bisa menerimanya sebagai anak dengan baik. Beberapa anak di luar sana mungkin tidak seberuntung dirinya untuk memiliki orangtua yang baik.

"Nanti Juan sekolahnya mau dianterin apa mau coba berangkat sama pulang sendiri?" tanya Rizal mengingat selama ini anaknya selalu ia antarkan ke sekolah dan dijemput oleh istrinya. Juan benar-benar dimanja oleh mereka berdua.

"Berangkat sendiri dong. Juan udah gede," ujar Juan.

"Ayah, Juan, liat sini deh. Kita ke sini yuk? Ada taman bagus baru buka, namanya Taman Kanigara," ujar Kirana sambil menunjukkan layar ponselnya yang terdapat gambar-gambar taman bunga yang baru dibuka beberapa bulan yang lalu itu.

"Namanya sama kayak nama Juan ya," celetuk Rizal.

Juan tertawa kecil mendengarnya, nama taman itu memang sama seperti nama belakangnya, Kanigara. Sedikit cerita tentang 'kanigara.' Kanigara memiliki arti bunga matahari, Kirana sangat menyukai bunga matahari sejak dulu hingga memilih untuk menamai anaknya dengan Kanigara.

"Sekarang aja ke sananya gimana? Takutnya ayah keburu sibuk," usul sang ayah.

"Oh boleh, Juan gimana? Mau sekarang aja?" tanya Kirana sambil merapikan rambut sang anak.

Juan pun mengangguk pelan dan tersenyum tipis. "Ayo, Juan lagi gak ada tugas apa-apa," ujarnya.

"Yaudah, kalian semua siap-siap. Papa juga siap-siap terus panasin mobil, oke?" ucap Rizal lalu dibalas anggukan oleh istri dan anaknya.

Juan melangkah menuju kamarnya. Ia membuka pintu lemari pakaiannya dan memilih pakaian apa yang akan ia kenakan untuk pergi ke Taman Kanigara. Karena di taman nanti akan sangat cerah, ia memilih kaus putih lalu dilapisi dengan vest berwarna merah dan kuning, untuk bawahan ia akan memakai celana panjang hitam biasa.

Setelah siap dengan pakaiannya lelaki itu menghadap ke kaca, sesekali menyugar rambutnya guna merapikan tapi pada akhirnya rambutnya akan kembali seperti semula.

Juan keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju parkiran setelah memastikan semua alat elektronik dan kompor di dapur tidak menyala. Sudah menjadi kebiasaannya untuk memeriksa semua hal itu sebelum meninggalkan rumah walaupun ia tahu orang tuanya sudah memeriksa lebih dulu.

"Ganteng banget anak bunda," sambut Kirana begitu sang anak membuka pintu mobil dan duduk di bagian belakang. Ia bisa melihat senyum tersipu sang anak. "Okee, langsung berangkat!" ucapnya penuh semangat.

Selama perjalanan, radio mobil ikut meramaikan suasana mobil yang sejak awal sudah ramai dengan suara keluarga kecil itu yang sedang berbincang satu sama lain.

KanigaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang