"Seminggu lagi Juan jadi anak SMA ya?" ucap Kirana. Lantas wanita itu mendekati sang anak yang sedang memonton film di televisi lalu memeluknya. Waktu berjalan sangat cepat, rasanya baru beberapa hari yang lalu ia merasa bahagia karena Juan bisa berbicara untuk pertama kalinya.
"Iyaa, Bunda. Bunda udah kayak kalender aja ngitung countdown Juan masuk SMA," balas Juan lalu tertawa kecil. Matanya tidak lepas dari layar berukuran 42 inch yang terletak di depan sofa ruang tengah.
"Habis bunda seneng aja, bentar lagi Juan jadi anak SMA," ujar Kirana.
"Emang bedanya sama SMP apa? Dulu Bunda gak selebay ini pas Juan masuk SMP."
Kirana melonggarkan pelukannya. "Hm? Mana ada, Bunda juga seneng kok pas Juan masuk SMP. Cuman dulu Bunda agak sibuk aja soalnya ngurusin nikahan tante kamu tuh."
Juan mengangguk. "Oh iya ya." Lelaki itu terdiam sebentar sebelum akhirnya membuka suaranya lagi. "Bun," panggilnya.
"Iya kenapa?" respon Kirana setelah memasukkan satu buah oreo ke dalam mulutnya.
"Kalo Juan udah SMA Juan boleh pacaran?"
Pertanyaan itu membuat mata Kirana berbinar. Raut wajahnya yang sudah cerah menjadi semakin cerah. "Boleh. Emang kenapa, Nak? Sekarang juga boleh. Juan udah punya pacar? Namanya siapa?" tanya wanita itu penuh semangat.
Wajah Juan menjadi merah bagaikan tomat. "Enggak, Bunda. Juan cuma nanya aja, takutnya gak boleh," ujarnya beralasan. "Yaudah kalo gitu Juan mau nonton yang tenang, bunda jangan ganggu," ujarnya berharap sang bunda tidak menanyakan hal lain.
"Ih kok gitu, pasti ada apa-apa nih." Kirana memicingkan matanya menatap anak laki-lakinya penuh curiga. "Pasti Juan lagi suka sama cewek ya? Siapa? Bunda mau tau doongg," pinta wanita itu.
"Enggak, Bunda. Juan beneran cuma nanya aja," balas Juan. Tapi wajahnya yang merah tidak bisa berbohong. Tanpa seizinnya bayangan perempuan yang ia kagumi muncul di pikirannya.
"Juan gak seru nih, yaudah deh Bunda mau masak dulu ya. Nanti kalo ayah dateng tolong bukan pintu," perintah wanita itu lalu berjalan menuju dapur untuk memasak makan malam hari ini.
Akhirnya Juan bisa bernapas lega setelah bundanya berhenti menanyakan siapa perempuan yang ia sukai. Sebenarnya bukan masalah besar jika Kirana mengetahuinya, tapi entahlah ia tidak ingin dijadikan bahan ejekan oleh orangtuanya nanti.
Baru saja 5 menit berlalu, ketenangan Juan untuk menonton televisi kembali terganggu karena notifikasi ponselnya yang lupa ia matikan. Karena khawatir ada pesan penting ia pun membuka ponselnya. Ia melihat salah satu grup chat yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
kelompok 4
08xxxxxxxxxx
|hai semuanyaa, aku Raina, aku mentor MOS kalian nanti, salam kenal yaa
|kalau ada yang mau ditanya silakan tanya ke sini ajaasalam kenal kak raina|
Sakhi
|salam kenal kak rainaa
08xxxxxxxxxx
|salam kenal juga kak rainaMelihat nama yang tidak asing di antara nomor-nomor tidak dikenal itu berada di grup yang sama dengan Juan membuatnya sedikit merasa senang.
Artinya selama MOS di SMA Belamour nanti ia akan selalu bersama dengan Sakhi. Bukannya ia tidak mau melakukan pendekatan seperti yang orang lalukan, hanya saja ia akan lebih senang jika bersama perempuan itu.Sakhi
|juannnn kita satu kelompok loh
|asik deh nanti ada temen
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanigara
Teen FictionSemua orang tentu ingin memiliki hidup yang bahagia, termasuk Juan. Ia pikir hidupnya memang sudah bahagia, tapi ternyata ia hanya belum menyadari lubang hitam yang berada tepat di belakangnya dan bersiap untuk menelan semua kebahagiaan yang ia itu...