Sudah empat bulan tahun ajaran berlangsung. Tidak banyak yang berubah sekaligus banyak yang berubah. Contohnya seperti Juan yang sekarang sedang melakukan seleksi pengurus OSIS.
"Lo mah udah pasti masuk, Ju!" ujar Sakhi sebelum Juan masuk ke dalam ruangan klub Bahasa Inggris untuk melakukan wawancara dengan anggota OSIS periode sebelumnya.
Juan tersentak mendengar gaya bicara Sakhi yang sedikit berubah, entah ia senang atau sedih akan perubahan itu. "Thanks. Gue masuk dulu kalo gitu," ujarnya setelah melihat calon pengurus yang diwawancara keluar dari ruangan klub Bahasa Inggris.
Terdapat dua meja dan satu kursi kosong yang berhadapan dengan dua pengurus OSIS. Juan mengenal dua orang itu, kakak kelasnya, Elvina dan Farrel. Padahal saat SMP sudah dua kali Juan menghadapi wawancara seleksi pengurus OSIS, tapi rasa gugupnya selalu muncul.
Wawancara berjalan dengan lancar sampai satu pertanyaan yang tidak dapat Juan jawab dengan baik. Lebih tepatnya, Farrel berhasil membalikkan jawabannya untuk menguji kemampuan Juan dalam mempertahankan jawabannya.
"Visi misi kamu memajukan dan mengembangkan sekolah? Maju sampe mana? Mengembangkan juga gimana? Pake baking power gitu biar ngembang?" tanya Farrel dengan tangan yang bersedekap.
Keringat dingin mulai membasahi pinggir wajah Juan, sebisa mungkin ia mengatur pikirannya agar tetap tenang. "Harusnya Kak Farrel ngerti apa yang saya maksud tentang memajukan OSIS dan mengembangkan potensi murid SMA Belamour, tapi sepertinya Kak Farrel gak cukup paham."
Juan berdeham. "Gampangnya gini, saya jelaskan pakai kata Kak Farrel tadi. Sama seperti cara kerja baking powder, bayangin SMA Belamour ini adonan roti dan kita pengurus OSIS adalah baking powdernya. Kita berusaha bekerja layaknya baking powder yang ingin membuat adonan roti mengembang," tutur Juan panjang lebar.
Belum selesai jawaban Juan tapi Elvina dan Farrel sudah terpukau dengannya. Terlihat dari Elvina yang semula menuliskan jawaban Juan di atas kertas memilih untuk berhenti sesaat.
"Tanpa adonan roti, baking powder gak bisa nunjukin fungsi sebenarnya. Tanpa baking powder, adonan roti jadi gak sempurna. Sama seperti murid SMA Belamour dan pengurus OSIS yang harus selalu berdampingan. Gak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah karena dua itu saling butuh satu sama lain."
Dua pengurus OSIS itu berusaha memasang wajah datar agar Juan tidak tinggi hati atas jawabannya yang sebenarnya sangat mengagumkan. Wawancara berlangsung selama 15 menit, setelah itu Juan dipersilakan untuk keluar ruangan.
Ia tidak bisa menegakkan kepalanya saat berjalan kembali ke kelas. Wawancara OSIS tingkat SMA terasa lebih mencekam dibanding saat SMP. Ditambah ia hampir diskak-mat oleh Kak Farrel.
Ia duduk di kursinya, aura suram yang ia pancarkan tidak bisa disembunyikan. Teman-temannya bergegas menghampiri Juan. "Oi, Ju! Loyo amat, diskak-mat sama si Farrel yak?" tanya Galang lantang.
"Iya," jawab Juan singkat.
"Hah?! Diskak-mat kayak gimana, Ju!" Sakhi menimbrung obrolan. Melihat Juan yang lesu membuatnya khawatir, semenyeramkan itukah anggota-anggota OSIS sampai berhasil membuat seorang Juan pesimis?
"Gapapa, Ju. Mau diskak-mat juga pasti lo bakal keterima, lo kan udah berpengalaman," ujar Januar menenangkan temannya. Ia membuka tutup botol minum milik Juan dan menyodorkannya kepada si pemilik. "Minum dulu, minum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanigara
Teen FictionSemua orang tentu ingin memiliki hidup yang bahagia, termasuk Juan. Ia pikir hidupnya memang sudah bahagia, tapi ternyata ia hanya belum menyadari lubang hitam yang berada tepat di belakangnya dan bersiap untuk menelan semua kebahagiaan yang ia itu...