17

27 2 0
                                    

"Good job, guys! Setelah ini ibu harap kalian bisa fokus untuk UAS kalian ya!"

Setelah pembubaran, Juan keluar dari barisannya dan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Perlombaan yang mereka persiapkan sepenuh hati akhirnya selesai dan berhasil membawa piala juara ke-2.

Mereka bukan yang terbaik tapi usaha mereka sudah lebih dari yang terbaik. Mereka berhak untuk bangga dengan pencapaian ini. Juan pun bangga bisa mendapatkan prestasi baru.

Pulang dari lokasi perlombaan, mereka kembali ke lapangan tempat mereka latihan dan merayakan kemenangan mereka di sana. Makan siang yang terundur jadi makan sore ditraktir oleh Bu Raya, foto bersama dengan piala yang mereka bawa pulang, serta bertukar cerita.

"Kamu dijemput atau pulang sendiri?" tanya Bu Raya seraya menepuk pundak Juan.

"Oh, saya pulang sendiri, Bu. Nanti saya pesen Go-Jek pas udah di depan," jawab Juan yang baru saja meneguk sisa Coca-Colanya.

Juan berpamitan dengan orang-orang di lapangan dan berjalan menyusuri perumahan yang masih cukup terang dibantu lampu jalanan yang mulai menyala.

Sudah sore mendekati malam, apakah ayah Juan lagi-lagi tertangkap oleh Juan sedang bersama dengan rekan kerjanya di daerah ini?

Langkah Juan terasa berat, ia tidak ingin melihat ayahnya hari ini. Ia ingin pulang dengan hati yang tenang dan mengumumkan kemenangannya kepada orangtuanya dengan hati yang riang.

Langkahnya terhenti tepat di depan pos satpam. Ia melihat wanita yang selama ini menjadi rekan kerja ayahnya tak jauh dari tempat ia berdiri. Juan menyimpulkan, kalau ada Bu Harumi tandanya ayahnya juga ada di tempat yang sama.

Juan merogoh saku tasnya dan mengambil masker serta topi yang ia gunakan untuk latihan paskibra. Ia membatalkan pesanan ojeknya dan mengikuti wanita berjaket hijau yang berjalan entah ke mana.

Juan menjaga jarak antara dirinya dan Bu Harumi. Ia sesekali menoleh ke belakang, khawatir ada seseorang yang mencurigainya atau mengenalinya. Ia mengikuti Bu Harumi yang berjalan masuk ke sebuah gang sempit yang gelap.

Pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di benak Juan. Ia terus berjalan mengikuti wanita yang sedikit jauh di depannya tapi masih terjangkau oleh pandangannya. Sebentar lagi ia akan menemukan jawabannya.

Gang kecil itu semakin lama semakin luas, bahkan Juan menemukan lapangan yang cukup luas untuk dipakai bermain bola atau sekedar latihan paskibra. Ia bersembunyi di balik tembok rumah warga saat Harumi menoleh ke belakang.

Jantungnya berdebar kencang. Ia sedang bertaruh dengan nyawanya sekarang, bisa saja ia tidak pernah boleh mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh ayahnya dan rekan kerjanya. Ia berjalan merangkak begitu Harumi pergi ke sebuah rumah tua yang kosong.

Tanpa berpikir dua kali, Juan pun berjalan menuju rumah itu dan bersembunyi di bagian belakang rumah itu. Jendelanya tidak tertutup dengan baik, Juan bisa mendengar semua suara dari dalam rumah dengan jelas.

"Rizal, I don't think we're safe now. I feel like someone followed me."

Juan menutup mulutnya rapat-rapat. Suara yang anggun itu sudah pasti suara Bu Harumi. Secara tidak langsung Juan sudah ketahuan oleh mereka dan sekarang Juan tidak tahu cara melarikan diri yang aman.

Juan mendengarkan percakapan mereka yang menggunakan Bahasa Inggris dicampur Bahasa Jepang. Juan tidak paham apa yang mereka bicarakan, usahanya mencari tahu sedikit sia-sia.

KanigaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang