35/ Salah paham

289 23 4
                                    

.
.
.

Khira masuk kedalam rumah dengan air mata yang berlinang, gadis itu tidak menghiraukan Ayah Bundanya yang tengah duduk diruang keluarga. Dia terus berjalan hingga melangkah menuju kamarnya. Lantas menguncinya.

Kedua orang tuanya saling menoleh bingung, ada apa dengan putrinya? Baru saja akan menghampiri Khira ke kamarnya, sudah ada Kavi yang masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum Bunda, Khira udah pulang?" Tanya lelaki jangkung itu.

"Khira baru aja pulang, kalian ada masalah?" Tanya Karin.

Kavi terdiam, ia yang salah sebenarnya disini. Khira salah paham melihat nya dengan Via.
"Iya Bun, Khira salah paham."

"Pantes aja pulang nya nangis-nangis gitu, udah samperin sana. Dia ke kamar, tapi ingat jangan berbuat yang tidak-tidak." Pesan Karin lagi.

Kavi mengangguk,
"Selesain kesalahpahaman kalian Kavi, jangan pake emosi." Suara Devan yang terus saja menunduk membuat Kavi mengangguk singkat dan berjalan menuju kamar Khira.

Lelaki itu mengetuk pintu kamar yang terkunci rapat.
"Khira, ini gue. Buka pintunya, gue mau jelasin. Lo salah paham." Panggil Kavi. Tidak ada jawaban.

"Khira, maafin gue. Kalo lo gak izinin gue jelasin apa-apa, gimana lo bisa tau."

"Khi, buka dong. Please, jangan marah ya."

"Khira." Panggil Kavi sekian kalinya.

Tak lama setelah itu pintu terbuka, tapi tidak ada orang yang keluar. Alhasil Kavi memberanikan diri untuk masuk ke kamar Khira.

Ia bisa melihat Khira duduk bersandar pada ranjangnya, sambil memainkan ponsel dengan wajah yang cuek.

"Sayang, kamu marah?" Khira tidak menatap Kavi. Ia memilih menatap ponsel yang seperti nya jauh lebih penting.

Kavi memilih duduk ditepi ranjang sambil memandangi kekasihnya.
"Kok wajahnya gitu sih? Dengerin dulu coba."

"Males." Satu kata yang keluar dari bibir Khira membuat Kavi tersenyum.

"Cie cemburu nih, seneng banget ada yang cemburuan." Khira menatap Kavi tajam.

"Siapa yang cemburu, lo tuh yang keganjenan jadi cowok."

"Kasar banget sih ngomong gitu."

"Via itu.....

"Oh, jadi namanya Via. Cantik ya kayak orangnya, pantes kamu selingkuh."

"Mulai, dengerin dulu bisa kan? Gak usah ngambek gitu ah. Ilang cantik nya." Khira hanya mendelik tidak suka.

"Via itu temen kampus aku, tadi lagi main TOD makanya duduk deketan gitu. Via itu anak baik kok, cuma agak rese sih. Tadi lagi bantuin temen aku jadian sama cewek yang dia suka, makanya main TOD." Jelas  Kavi membuat Khira menatapnya.

"Beneran? Awas bohong kamu."

"Enggak kok, nih telpon dia." Kavi menyerahkan ponselnya yang sudah tersambung dengan Via.

"Halo, Vindra?? Ngapain lo telpon gue malem-malem. Mau marahin gue lagi? Eh, asal lo tau ya gue gak berniat hancurin hubungan lo. Bilang sama cewek lo yang SMP itu, ngakak bener deh cewek lo masih SMP. Bener kata Andreas, cewek lo imut juga ya kalo diliat." Suara cerocosan Via dari seberang sana terdengar, membuat Kavi dan Khira sama-sama membulat kan matanya tak percaya, terlebih lagi Kavi. Baru saja ia ingin mematikan ponselnya, Khira lebih dulu mengambilnya.

"Halo kak, ini aku Khira pacar Kak Kavi."

"What's?? Ini pacarnya Kavi, eh sorry bukan gue sengaja mau ngatain lo anak SMP, habis nya lo kayak anak kecil, eh bukan gitu juga, lo kayak imut gitu kayak anak SMP. Jadi gue kira lo masih SMP, tapi Kavi lebih cocok sama gue yang modis sih, tapi enggak deh gue udah punya doi, maaf ya dek."

Romantice Boyfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang