'Waktu ialah satu-satu nya yang tak pernah berhenti walau dengan apa pun yang terjadi'
'Ririn Setianingsih'
****
Kavi berlarian menyusuri koridor rumah sakit yang panjang. Menghiraukan semua tatapan yang menatap ke arahnya dengan tatapan heran. Dia tidak perduli, karena satu-satunya yang dia perdulikan hanya lah Khira. Sampai saat ini pikirannya hanya selalu menyebut nama Khira. Rasa cemas nya membuncah mendengar Khira tidak baik-baik saja.
Perlahan dia mulai melihat orang-orang berdiri didepan ruangan Khira. Dia berjalan semakin mendekat dan melihat keluarga Khira yang menampakan ekspresi cemas dan khawatir.
"Bunda? Khira kenapa?" Tanya Kavi pada Karin yang duduk di kursi tunggu. Karin yang semula menunduk, kini menoleh ke arah sumber suara. Kavi terduduk disamping Karin sambil memegang bahu Karin.
Karin menatap ke arah manik Kavi yang menunjukan kekhawatiran.
"Khira tadi kejang-kejang." Ucap Karin lirih."Sekarang?"
"Belum tau, Dokter masih meriksa." Kavi memejam kan matanya dan mencoba menghalau air matanya. Tidak, dia tidak boleh lemah. Dia harus kuat. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan semua orang.
Dokter keluar dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Semua orang mendekat ke arah Dokter wanita itu dengan perasaan bertanya-tanya.
"Pukul 10:21 waktu kematian." Ucap Dokter itu membuat semua nya kaget sekaligus tak percaya.
"Pasien tidak bisa kami selamatkan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi....."
"Tuhan lebih menyayangi Almarhumah Khirana ...."
"NGGAK MUNGKIIN." Semua menoleh ke arah Cowok bercelana seragam abu-abu yang tengah terbaring di ruang tunggu dengan kaos putih nya.
"Kavi, kamu kenapa sayang?" Tanya Karin yang berada tak jauh dari Kavi. Kavi menatap sekitarnya dengan nyalang. Devan, Karin, Alta dan Khany sedang menatap ke arah nya dengan bingung.
Kemudian mengusap wajahnya kasar, apakah ia mimpi? Tapi kenapa terasa nyata sekali.
"Bun, Khira....." ucap Kavi tak mau melanjutkan ucapannya.Karin mendekat kemudian mengusap lembut bahu Kavi dan menenangkannya.
"Kamu mimpi buruk?" Tanya Karin."Khira gak kenapa-napa kan?" Tanya Kavi lagi.
"Khira masih didalem, Dokter gak ngasih izin masuk dulu. Tunggu beberapa jam lagi." Kavi mendengus kan nafas nya lega. Ia kira tadi benar-benar terjadi. Ternyata ia hanya mimpi. Tadi ia memang sempat tidur sebentar karena sangat mengantuk akibat menjaga Khira semalaman.
"Udah, doain aja yang terbaik buat Khira ya." Kavi mengangguk kemudian bersandar di kursi sambil memejam kan mata.
"Teman-teman Khira sama Kavi belum dateng?" Tanya Kavi setelah membuka matanya dan menatap sekitar sekali lagi.
"Lo masih ngigo ya? Mereka udah pulang dari tadi Kav." Jawab Alta yang jengah dengan sikap bucin Kavi. Memang tidak salah sih, karena cowok itu memang benar mencintai Khira terbukti dengan kesungguhannya menjaga Khira selama dirumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantice Boyfriend (End)
Teen Fiction"Kata siapa dia pacar gue?" Tanya Kavi yang masih belum melepaskan cekalan tangan nya pada tangan Khira. "Aku ngeliat sendiri tadi siang kakak senyum ke dia. Sementara sama aku.....," "Jadi, lo cemburu?" Mampus, kelaut aja sana. Mau taroh dimana ni...