.
.
.
Gak bakalan gue biarkan seujung kuku menyentuh rambut dia. Karena apa? Dia berharga. Dia gue ibaratkan berlian yang nggak ada tandingannya.####
.
.Senin kembali hadir, membuat Khira yang tengah turun dari motor matic milik kakaknya itu berlari tergesa-gesa menuju gerbang utama. Waktunya tidak banyak, ia harus menemui Diska secepatnya. Topi Diska ada padanya, ia lupa mengembalikan waktu itu.
Sementara Khany hanya santai-santai saja berjalan menuju kelas nya. Ia hanya menggeleng melihat adiknya berlari seperti orang yang dikejar rentenir.
"Diska, nih topi lo. Sorry gue lupa ngembaliin waktu itu. Maaf banget lupa ngabarin lo." Ujar Khira sambil menyerahkan topi kepada Diska.
"Huh, untung aja. Gue kira topi gue ketinggalan tadi, makasih ya Khi." Khira hanya mengangguk sebagai balasan.
"Fifi mana?" Tanya Khira sembari meletakan tasnya disamping Diska.
"Gak masuk dia, Izin ada acara." Jawab Diska.
Diska melirik jam ditangannya. Kemudian menghadap Khira.
"Lapangan yuk, dah mau bel.""Bentar." Khira mengobrak tasnya mencari sesuatu yang membuat dadanya bergemuruh. Benda itu tidak ada, bahkan seluruh isi tasnya sudah ia keluarkan.
"Nyari apa lo?" Tanya Diska yang heran.
"Mati gue Dis, gue lupa bawa topi." Panik Khira sembari kembali memasukan isi tasnya ke dalam tas.
"Hah? Kok bisa sih? Topi gue lo bawa, masa topi lo nggak kebawa sih?"
"Gak tau, tadi pas gue cek ada kok." Khira menggigit kukunya. Pasalnya ia akan dihukum jika tidak memakai atribut lengkap dan berdiri di barisan yang terpisah.
Khira tidak mau.
Kring, kring, kring....
Diska dan Khira sama-sama menoleh kaget. Kemudian mengernyit alis panik dengan tatapan.
Mati.
"Gimana dong Dis?"
"Gak tau juga gue, yaudah ke lapangan aja langsung. Nanti dari pada dikira terlambat, makin runyem nih urusan." Khira mengangguk kemudian sama-sama keluar kelas dan menuju lapangan utama HS.
Saat sudah sampai ke barisan kelas nya, Khira memilih barisan ditengah agar tidak dilihat oleh kakak osis. Untung saja ia pendek, jadi nggak bakalan keliatan oleh pengawas.
Tapi saat guru BK itu berdiri di tengah, ditempar dimana mikrofon berdiri, ia bersuara dengan suara nya yang menggelegar.
"Yang perlengkapan nya tidak lengkap, silahkan memisah diri di barisan paling ujung." Ujarnya keras membuat Khira mendesuh. Percuma berlindung, jika ini akhirnya maka Khira menyerah.
Khira celingak-celinguk menatap barisan diujung yang bertepatan dengan menghadap matahari langsung. Sudah ada dua orang siswa, sepertinya senior. Sementara dirinya masih junior dan sudah membuat ulah, apalagi cuma dia seorang yang perempuan. Tamat sudah riwayat hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantice Boyfriend (End)
Teen Fiction"Kata siapa dia pacar gue?" Tanya Kavi yang masih belum melepaskan cekalan tangan nya pada tangan Khira. "Aku ngeliat sendiri tadi siang kakak senyum ke dia. Sementara sama aku.....," "Jadi, lo cemburu?" Mampus, kelaut aja sana. Mau taroh dimana ni...