21/ Berkorban

499 35 0
                                    

.
.

Dua hari menghilangnya Khira dan Khany, sama sekali tidak ada titik terang kemana dua orang gadis itu. Devan sudah menghubungi polisi, Karin yang menangis syok dari kemarin mencari keduanya. Terlihat begitu kacau, menghilang tanpa jejak.

Sama hal nya dengan Kavi. Cowok itu tidak berhenti mencari Khira, meski masalahnya juga semakin berat ia sama sekali tidak mengeluh mencari Khira. Ia tidak menyangka ini semua terjadi pada Khira dan Kakaknya. Siapa yang sudah menculik keduanya? Atas hal apa? Kavi benar-benar terlihat frustasi.

Saat ini Kavi sedang sibuk dengan komputer nya. Mengutak-atik benda didepannya dengan serius. Begitu juga Arlan, Farel dan Alta. Eh tidak Alta hanya sebagai Pelihat, manusia satu itu sibuk mengemil sesuatu dan duduk dikursi putar sambil memutar-mutar kan kursi itu.

"Susah banget nyarinya? Kayak nya ni orang bukan orang sembarangan deh. Mana gak ada jejak sama sekali." Gerutu Arlan kesal.

"Heem, gue aja heran. Biasanya ya Kavi kalo yang kayak begini nih dia paling gercep. Eh, taunya malah sama." Sahut Farel yang sudah berhenti menggunakan Komputer didepannya.

"Tapi gue curiga sama Dewa, bukannya tuh orang pacarnya kakak Khira ya, kenapa dia gak ikut nyari sih?" Kavi yang semula sibuk mengutak-atik tiba-tiba berhenti. Kemudian menoleh ke arah Keduanya.

"Lo bener, heran gue sama tuh Cowok." Alta ikutan menyahut.

"Tuh Cowok? Emang lu cewek. Lu naksir dia ya?" Tebak Arlan membuat Alta bergidik ngeri.

"Lo pikir gue apaan dah, naksir cowok. Gini-gini gue masih suka yang bahenol kali." Jawab Cowok itu.

"Bahenol semprul, lo tuh doyan sama cewek rata datar kayak papan triplek kan? Ah selero lo emang memprihatinkan." Tambah Arlan

"Woy, sejak kapan lo bedua akur? Bukannya lo bedua kagak kenal?" Celetuk Farel.

"Tau tuh orang sok kenal."

"Lo tuh yang mulai."

"Kayaknya kita harus selidikin Dewa, gue curiga." Ucap Kavi membuat yang lainnya menatap ke arah cowok itu.

"Kayak detektif aja kita. Tapi hayo lah."

"Gue punya ide." Arlan, Farel dan Alta mendekat ke arah Kavi. Kavi mendesuh kesal.

"Gak usah deket-deket kenapa sih?" Kesal Kavi. Tanpa harus berdekatan seperti ini mereka juga pasti dengar. Karena Kavi tidak akan berbisik.

Yang lain memundurkan wajah, memberi jarak.
"Mulai hari ini kita ikutin Dewa." Kavi menatap Alta.

"Lo harus ikutin kemana Dewa pergi."

"Kok gue?"

"Gue percaya sama lo, lo gak bakal ketahuan." Ucap Kavi lagi.

"Jadi kalo dia pergi cebok gue juga ikut?" Pertanyaan tak bermutu milik Alta membuat yang lain menampol kepala Alta.

"Ya kira-kira lah."

"Ini nomer gue, lo bisa hubungin gue kalo lo liat sesuatu yang aneh." Alta cowok itu mengangguk lalu menerima kertas yang berisikan nomor Kavi.

****

Sementara di dalam bangunan tua, dua orang gadis sedang terkulai lemah dengan kedua tangan terikat. Mulut di lakban dan disandarkan di sebuah kursi. Khira dan Khany gadis itu, Khany yang baru saja sadar menatap lemah ke arah adiknya itu. Berkali-kali ia berusaha menjangkau adiknya itu, tapi tangannya tidak bisa menggapai Khira.

"Khira, bangun Khi." Panggil Khany berusaha membangunkan Khira yang tidak sadarkan diri.

Suara langkah seseorang membuat Khany menoleh ke arah pintu. Disana berdiri dua orang yang tidak Khany kenal sama sekali. Memakai jas dan yang satu lagi merupakan wanita yang sangat mempesona dengan tampilannya. Khany sama sekali tidak mengenalnya.

Romantice Boyfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang