Masih ada yang nungguin?
Maaf lama Update nya, lagi sibuk sekarang ini. Banyak pikiran, jadi belum kepikiran buat nulis.
Buat kalian yang nungguin, aku kasih👉👉 💜💜 😊
.
.Jangan Dipikirkan, tapi Dirasakan.!
"Still 17"
****
Sejak kesadaran Khira dari koma, semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Keadaan Khira juga semakin membaik, hanya ia masih dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari lagi. Keluarga nya pun selalu pulang pergi hanya untuk menjaganya.
Seperti saat ini keluarga nya sedang berkumpul di ruang inap nya. Saling sesekali melempar canda dan Khira juga tertawa sesekali.
"Khira mau makan? Bunda ambilin ya?" Tawar Karin yang duduk di samping Khira.
"Enggak Bun, Khira kenyang. Tadi kan udah makan bubur." Jawabnya.
"Yaudah, mau buah?" Khira mengangguk.
"Mau Apel." Karin segera mengambil buah Apel di nakas dan segera mengupasnya.
"Kepala Khira masih sakit?" Tanya Devan mendekati brankar Khira.
"Masih Yah, tapi nggak terlalu." Jawab nya.
Devan menatap ke arah putrinya dengan gamang. Beberapa hari sejak Khira sadar, Khira tidak pernah menanyakan Kavi Dan kavi tidak pernah datang lagi. Devan sebenarnya ingin menanyakan ini pada Khira. Tapi rasanya belum tepat untuk sekarang.
"Ayah kenapa?" Tanga Karin heran.
"Ayah kok kayak bingung gitu? Ada masalah?" Tanya Khira.
"Enggak sayang. Oh ya, kamu kan udah ingat Kak Ata, kalo kejadian setelah itu ingat nggak?" Tanya Devan memastikan.
Khira terdiam, mencoba mengingat sesuatu hal yang tak seharusnya ia ingat lagi. Kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya drop dan hampir merenggang nyawa. Khira tersenyum menatap orang tuanya dengan tenang.
"Khira ingat." Ucap nya lirih
Devan menghembuskan nafasnya sebentar,
"Jangan diingat lagi ya, kamu harus fokus untuk saat ini." Khira hanya diam tidak menjawab sang Ayah."Bun, bisa ngobrol sebentar sama Ayah?" Karin mengangguk.
Sementara Devan dan Karin keluar ruangan, Khira malah meneteskan air matanya. Ia memang mengingat kejadian itu. Semuanya, tanpa ada yang terlewatkan. Rasa takutnya bergelora, dimana kedua orang yang disayanginya pergi meninggalkannya selamanya.
"Uta, Alden. Khira takut." Lirihnya hampir tidak terdengar dengan berderai air mata.
Yah, kejadian beberapa tahun lalu yang membuat kedua sahabatnya merenggang nyawa hanya demi menyelamatkannya. Semua karena dirinya, ia sangat merasa tidak tenang karena memikirkan itu. Tapi berkat keluarganya ia bisa melewati itu semua. (Gak jelasin disini ya, Partnya spesial nanti).
Saat tengah menangis sambil sesekali menyeka air mata, tatapannya tak sengaja mengarah ke sudut jendela kamar nya. Dari sana ia bisa melihat siapa yang berdiri sambil menatapnya gamang. Dia orang yang sangat dirindukan Khira yang miris nya bukan siapa-siapa lagi. Dia Kavi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantice Boyfriend (End)
Teen Fiction"Kata siapa dia pacar gue?" Tanya Kavi yang masih belum melepaskan cekalan tangan nya pada tangan Khira. "Aku ngeliat sendiri tadi siang kakak senyum ke dia. Sementara sama aku.....," "Jadi, lo cemburu?" Mampus, kelaut aja sana. Mau taroh dimana ni...