23/ Menunggu untuk bersama

459 44 2
                                    

.
.

'Aku bertahan karena aku sayang, aku berjuang karena aku cinta. Semuanya aku lakukan karena aku tulus. Karena kamu adalah segalanya.'

♡Kavindra♡

****
Hari ini Kavi lagi-lagi bolos sekolah. Menurutnya itu merupakan hal yang biasa baginya. Jadi ia tidak perlu takut beberapa hari ini keluar lewat belakang sekolah. Yup, Kavi memang sudah keluar dari rumah sakit dari beberapa hari yang lalu. Tidak ada hal lain yang dikerjakannya selain menunggu sang mantan yang tak kunjung sadar.

Mantan? Siapa lagi jika bukan Khira nya. Kavi beberapa kali bolos sekolah hanya untuk menunggui Khira dirumah sakit. Tak jarang juga ia berpapasan dengan Karin, Devan bahkan Alta dan Khany.

Kavi melangkah santai memasuki pelantaran rumah sakit dengan seragam yang sudah keluar dari tempatnya dan seluruh kancing yang sengaja dibiarkan terbuka. Menampakan kaos berwarna hitamnya yang bertuliskan Selow.

Beberapa pasang mata menatap ke arah nya dengan kagum. Tak sedikit yang sibuk membicarakan kesempurnaan cowok berahang tegas itu. Saat hendak membuka pintu ruang rawat Khira, ia berpapasan dengan seorang Dokter dan dua orang perawat. Dadanya bergemuruh hebat takut terjadi sesuatu dengan Khira.

"Kenapa Dok?" Tanya Kavi pada Dokter wanita berjas itu. Itu Dokter yang memang merawat Khira selama gadis itu koma.

"Tidak apa-apa, kami hanya mengecek keadaan pasien. Kondisinya sudah membaik, tapi dia belum sadar dari komanya." Jelas Dokter bernametag Diana itu. Kavi mengangguk. Kedua perawat itu menatap ke arah Kavi dengan kagum. Ketampanan cowok itu memang tidak bisa diragukan.

"Mas, kakaknya pasien?" Tanya salah satu perawat dengan berani. Kemudian hanya senyum malu-malu saat Kavi balas menatapnya.

"Pacar." Jawab Kavi dengan cepat, dan segera berlalu memasuki ruangan Khira.

"Kenapa? Patah hati kalo si ganteng udah punya pacar?" Tanya salah satu perawat itu.

"Iyalah, kirain adeknya. Setia banget lagi jengukin tiap hari, kan jadi pengen saya digituin." Dokter Diana hanya menggelengkan kepala nya saja.

"Sudah lah, jangan berbicara tentang orang yang sudah punya pacar." Sahut dokter Diana sambil tersenyum. Kedua perawat muda itu hanya mengangguk, lalu mengikuti langkah sang Dokter.

Sementara Kavi duduk di kursi disamping brankar Khira. Tatapannya lurus menghadap Khira dengan raut datar. Kemudian mengusap pelan wajah Khira dengan lembut.

"Gue kangen." Lirihnya

"Lo kapan sadar?" Kavi menyentuh tangan Khira sambil mengusap perlahan.

"Pasti lo kecewa banget kan sama gue? Gue emang brengsek. Ninggalin lo sendiri di sana malam itu, tapi gue ngikutin lo kok dari belakang. Gue gak mau lo kenapa-napa. Karena gue sayang sama lo." Kavi tanpa sadar meneteskan air matanya. Cowok jika sudah menangis, berarti ia benar-benar tulus mencintai gadis nya.

"Gue tunggu lo ya, gue mau kita sama-sama lagi, Kayak dulu. Gue pastikan lo jodoh gue." Kavi sedikit terkekeh mendengar kalimatnya itu.

"Kalo enggak gimana?" Kavi menoleh kesampingnya dan melihat kearah wanita paruh baya yang baru saja memasuki Ruangan Khira. Kavi dengan cepat menghapus air matanya dan tersenyum menatap Karin.

"Kavi paksa Bun, gimana pun caranya Khira harus jadi jodohnya Kavi." Karin terkekeh mendengarnya. Lalu menatap Kavi, ia senang jika pemuda didepannya ini benar-benar mencintai putrinya dengan tulus. Ia merasa putrinya begitu berharga dimata pemuda satu ini.

Romantice Boyfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang