22/ Memaafkan?

485 40 4
                                    

Masih ada yang nungguin? Semoga aja ada, walau gak banyak gak papa. Tapi aku senang kalo masih.

Aku lama banget Update karena aku gak semangat ngelanjutin cerita ini. Karena gak banyak yang ngevote, karena udah hilang readers juga sih. Jadi gak niat lagi buat nyelesain cerita ini.

Cerita ku gak bagus, maklum aja ya aku baru pemula soalnya.

Selamat membaca😘

.
.

'Jika aku harus memilih antara hidup dan mati, maka jawabanku adalah mati. Buat apa aku hidup jika kamu juga tidak akan kembali.'

****

****

Kavi menatap nyalang ke arah depannya, tatapannya kosong. Sekitarnya juga sepi, keluarga nya sama sekali tidak ada yang menjenguk meski pun ia sudah berhari-hari berada diruang serba putih ini. Rasanya bebannya semakin bertambah dan sakit kepalanya semakin berdenging.

Pintu terbuka menampkan dua orang lelaki membawa sesuatu ditangan. Mereka masuk dan menghampiri Kavi yang terduduk dengan infus dilengannya.

"Gimana kabar lo? Udah mendingan?" Tanya Arlan sambil meletakan buah dan makanan di atas meja.

"Mendingan." Jawab cowok itu sambil melirik ke sekresek belanjaan yang tadi dibawa Arlan.

"Gue gak dibolehin makan itu." Tunjuk Kavi pada kantung yang berisi cemilan ringan dan makanan.

"Lah? Yang bawain lo siapa?" Kavi menatap tajam Farel yang tengah duduk di Sofa dengan santainya.

"Terus? Kalo nggak buat gue, buat suster gitu?" Arlan dan Farel malah tertawa.

"Ini buat kita, kita bakal jagain lo dua puluh empat jam dari sekarang. Jadi kita harus nambah extra makanan kita." Jelas Arlan membuat Kavi tertegun. Disaat-saat seperti ini memang sahabat yang paling membantu. Farel dan Arlan memang mampu membuat Kavi tidak berkutik.

"Kalian beneran?" Tanya Kavi tak percaya. Farel lebih dulu mengangguk, dan Arlan menatap Kavi yang nampak terharu.

"Ga usah lebay gitu lo, kita sebagai sahabat yang baik pasti nemenin lo lah."

"Thanks banget." Ucap Kavi tulus.

"Khira gimana kabarnya?" Tanya Kavi lagi sambil menggigit apel ditangannya.

"Masih belum sadar Kav, lo.. yang sabar ya Kav. Gue yakin Khira bakalan sadar secepatnya." Kavi mendesuh kan nafasnya tak tenang.

Bagaimana tidak khawatir, Khira nya sudah tidak sadar selama tiga hari ini. Menurut kabar yang ia dapatkan dari Farel dan Arlan, Khira sedang koma. Melewati masa kritisnya yang entah sanpai kapan. Kavi bersumpah akan menghabiskan dalang dari penculikan Khany dan Khira.

Dewa,

Ya Dewa, sampai saat ini anak itu belum juga ditemukan. Masih buronan, Kavi akan berusaha supaya cepat sembuh dan akan membalas nya pada Dewa sebelum polisi yang menemukan nya lebih dulu.

Sementara Khany memang baik-baik saja, hanya syok saat tau pacar yang sangat disayangnya menghianatinya dan malah menjebaknya sendiri. Siapa yang tidak syok dengan semua ini?

"Gue bakal pastiin Dewa mati ditangan gue." Farel dan Alan hanya saling tatap lalu mengedikkan bahu.

"Gue kasian sih sama Khany, masa Dewa tega banget kayak gitu." Sahut Arlan.

"Kan dendam bego, orang bakal ngehalalin segala cara buat bales dendam." Tambah Farel dan dibenarkan Kavi.

"Iya sih, tapi gak harus jadiin si target pacar juga. Kasian jadinya."

Romantice Boyfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang