37/ Rasa takut

246 22 2
                                    

Happy readings, readers🤗

***

Dua keluarga terlihat tengah menyantap hidangan di sebuah Caffe ternama. Tempat yang elegan dengan ruangan outdoor yang sangat luas. Dihiasi dengan tumbuhan yang diberikan lampu cantik menambah Caffe itu menjadi lebih hidup.

"Saya sudah merencanakan ini dari awal Dev, saya harap kamu menyetujuinya." Ucap seseorang lelaki dewasa yang duduk disamping Putranya.

"Itu keputusan kamu Azka, saya gak bisa apa-apa. Jika mau, Alta bisa berkerja di perusahaan saya jika dia sanggup." Alta yang merasa namanya disebut hanya menatap datar lelaki dewasa itu.

"Alta itu nyusahin Dev, mana bisa dia selamanya sama kamu. Dia juga harus berkuliah di luar negeri, karena dia penerus perusahaan saya." Ujar Azka, Ayah Alta.

"Papa mah gitu, Alta kok dinistain sih? Kan anak Papa ini." Ucap lelaki itu yang mendengar Ayahnya menyebutkan menyusahkan.

"Diam kamu Al, Papa lagi gak mau berantem." Devan terkekeh.

Dua keluarga yang terdiri dari Keluarga Devan dan keluarga Azka berkumpul di sini. Minus Khira, karena Khira sedang ada keperluan dengan Kavi.

"Sebenarnya Alta itu gak menyusahkan loh Mas, malahan kita senang, kayak punya anak laki-laki." Ujar Karin dengan lembut.

"Dengerin tuh pa."

"Kamu beneran mau dijodohin sama Khany?" Tanya Azka pada putra semata wayangnya itu.

"Dengan izin Allah, Alta siap menjadi suami dari Khanyfa Razena putry." Ucap Alta tegas. Khany yang duduk didepan Alta langsung menendang tulang kering lelaki itu dari bawah.

"Aduuuh, sakit sayang," Ringis Alta.

"Belum apa-apa udah Kdrt aja sama suami." Lanjutnya  disambut dengan cekikikan orang tua mereka. Sementara Khany menatap Alta tajam. Alta itu paling bisa mencairkan suasana. Riang dan sangat lucu.

"Khany gak mau Om sama Alta."

"Gimana dong Al, Khany gak mau tuh." Ujar Azka meledek putranya.

"Haha, Alta nih ya. Emang lucu banget, coba sja tidurnya dirumah. Pasti keluarga Bunda gak sepi, yang satu dingin, yang satu suka keluyuran, yang satu lagi suka tiduran." Sindirnya pada orang rumahnya. Memang Alta tidak tidur dirumah mereka, hanya beberapa kali makan dan main dirumah Devan. Lelaki itu lebih memilih tidur di Apartemennya.

"Ih apa sih Bunda?, Mana ada kek gitu," Ucap Khany mengerucut sebal. Sementara Devan hanya tersenyum tipis mendengar pengakuan istrinya itu.

"Yaudah, jadi gimana lebih jelasnya Dev?" Tanya Azka serius.

"Kamu tanya saya? Yang harus ambil keputusan itu kamu Azka," Balas Devan. Azka nampak terdiam sebentar, sebelum menatap ke arah kedua orang yang tak lain Khany dan Alta.

"Baiklah, saya akan memutuskan." Suasana yang tadi hangat mendadak tegang, terlebih lagi bagi Khany. Ia penasaran apa yang akan diucapkan Azka. Apalagi setelah melihat Azka menatapnya tadi.

"Saya akan memutuskan jika Altarick dan Khanyfa akan dijodohkan, setelah mereka lulus kita akan melangsungkan pernikahan dan membiarkan mereka berkuliah dimana pun tempat yang mereka inginkan. Tapi mereka harus tetap berdua dimana pun itu, dan setelah lulus Alta akan memegang saham saya yang berada di Jakarta. Jadi impaskan, Alta dan Khany akan tetap bersama kalian di Jakarta dengan mengurus perusahaan saya." Jelas Azka panjang lebar.

Khany dan Alta saling menatap, Alta menyengir sementara Khany mendengus. Kemudian gadis itu menatap ibu dan ayahnya dengan memelas.

"Bunda, Ayah." Rengeknya kemudian. Kenapa juga harus secepat ini, dirinya sangat tidak siap untuk menjadi seorang istri diusia muda. Khany belum siap untuk hatinya, ia masih sulit untuk melupakan trauma yang terjadi padanya dulu.

Romantice Boyfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang