10| Lekas sembuh, raya

12 0 0
                                    

Arkan menatap ruang rawat raya dengan tatapan kosongnya. Lelaki itu sepertinya tengah deja vu dengan kejadian 12 tahun lalu.

Raya dan kecerobohannya.

Selalu menjadi inti utama dari kekhawatiran arkan selama ini padanya. Gadis itu.. Tidak bisa menjaga dirinya sendiri.

"makasih ya bintang, udah tolong raya saat itu. Tante nggak tau lagi kalau nggak ada kamu gimana. Sekali lagi tante banyak-banyak terimakasih." andrea begitu tulus mengucapkan kata terimakasih pada bintang sampai lelaki muda di seberangnya menatap interaksi dekat keduanya dengan intens.

Lagi-lagi kenyataan pahit arkan terima. Haruskah ia mengucapkan terimakasih juga pada bintang karena sudah menolong raya-nya?

Tapi untuk apa juga? Arkan masih bisa menjaga raya lebih dari apapun. Lelaki yang bernama bintang itu jelas hanya kebetulan saja menolong raya. Arkan berfikir sampai sejauh ini masih tidak ada yang bisa menggantikan posisinya.

Bukan siapa-siapa.

Kalimat itu menjadi sentakan arkan yang tengah percaya dirinya memikirkan tentang posisinya yang begitu penting di hidup raya.

"arkan," andrea memanggil namanya.

Arkan mengerjapkan matanya beberapa kali karena kantuk mulai menyerang.

"kenapa, tan?"

Wanita paruh baya di hadapannya mengusap pelan rambut teman dari anaknya itu.

"makasih ya, udah kasih tau mama kamu tadi. Tante nggak tau lagi kalau nggak ada mama kamu yang sebegitu khawatirnya sama raya."

Arkan tersenyum lebar mendengarnya, jadi bukan hanya bintang yang menerima terimakasih dari andrea, melainkan dirinya juga dapat? Ah, jalannya pasti mulus.

"iya tante, sama-sama." balas Arkan malu-malu kucing, padahal mata hitam itu sudah melirik pada pria di sebelahnya, Bintang.

Seakan meledek, arkan menaik turunkan alisnya sombong. Bintang sampai heran di buatnya karena tidak mengerti maksud lelaki itu apa.

"cih, makin tua sih lo! jadi nggak tau sombongnya anak sekarang." gumam satria hampir tak terdengar.

Ruangan ini hanya di isi dengan 5 orang termasuk raya. Ayah dan papa arkan sedang mengurus administrasi dan  membicarakan sesuatu di luar sana.

Andrea dan gina mulai keluar dari ruangan inap raya, meninggalkan dua orang pria yang tengah memikirkan sesuatu dalam fikirannya masing-masing

"lo bintang?"

"lo arkan?"

Keduanya tersentak karena sama-sama mengeluarkan suara. Bintang melangkah mendekat ke arah di sisi ranjang sebelah kiri raya. Menatap gadis itu lekat tanpa ingin mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"dia.. Manggil nama lo,"

Arkan tidak mengerti maksud ucapan bintang padanya barusan.

"maksud lo?"

"arkan.. Iya arkan, nama lo bener arkan?" tanya bintang memastikan.

Lelaki yang tengah duduk di sofa ruang inap itu mengangguk pelan, masih menunggu ucapan bintang selanjutnya.

"dia.. Maksud gue raya, manggil nama lo terus waktu gue bawa dia sampai rumah sakit." beritahu nya saat itu juga.

Arkan membeku di tempat saat mendengar ucapan bintang, ia tidak salah dengar bukan? Raya.. Memanggil namanya?

Yang benar saja? Lelaki itu dibuat mematung mendengar fakta yang keluar dari mulut bintang barusan.

Raya ternyata masih mengingatnya. Arkan merasa bahwa ia menjadi orang pertama yang raya fikirkan saat itu.

MUSIC OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang