14| Maniac

7 2 1
                                    

Orang itu tersenyum menatapnya, lirikannya jelas sangat membuat raya risih.

"Mau gabung sama band gue?" Tawar orang yang tidak diketahui namanya itu.

Raya sangat jelas kenal dengan remaja di hadapannya sekarang. Siswa nakal yang berani memukul gurunya sendiri ketika sedang diceramahi.

"Kebetulan band gue butuh vokalis cewek, apalagi modelan kayak lo." Argantara namanya, ia menatap raya dari atas sampai bawah. Tubuhnya sempurna layaknya model, raya masuk kedalam tipe lelaki itu.

"gak minat." Jawab raya dengan singkat, nada bicaranya sangat tajam, itu yang membuat argan semakin tertantang menghadap gadis terpintar di sekolahnya.

"ayolah, cantik. Gue tau lo jago nyanyi, Kenapa nolak ajakan gue sih?"

Ia menghentikan gerakannya yang ingin beranjak keluar dari ruang musik, lalu menatap orang itu sejenak kemudian berkata,

"Jangan berurusan sama gue."

Dahi argan mengernyit tanda tidak mengerti dengan perkataan yang barusan raya keluarkan.

"Gue nggak pengin juga berurusan sama lo, cuman tawaran dari gue kayaknya harus lo ambil deh."

"gue gak bisa nyanyi." Alibi raya tiba-tiba.

Argan tertawa di tempat, menatap wajah raya dari samping.

"Tadi yang gue denger suara siapa dong kalau bukan lo?"

Raya tidak menjawab, melainkan dari matanya argan tahu pasti apa yang dia inginkan.

Segera, argan merogoh saku baju seragamnya untuk mengambil sesuatu.

Sebuah kartu nama.

"Buat lo, jangan sia-siakan kesempatan yang lo impikan sejak lama." Argan mengambil satu telapak tangan raya lalu menyodorkan kartu nama dari sebuah band yang sudah lama berdiri itu.

"Kemampuan lo bukan hanya terus belajar, Ray."

Raya termangu di tempat dengan telapak tangan yang masih terbuka, menampilkan satu buah kartu nama dari argan tadi.

Apakah ia harus mengambil tawaran dari argan?

***

"Hah? Dirumah lo?"

Sambungan telfon masih terus terhubung, raya sedang berbicara dengan Rega tentang jadwal belajar lelaki itu hari ini.

"nggak usah di jemput. lo kirimin alamatnya aja, nanti gue kesana." Putus raya saat itu juga.

Matanya sejenak berkeliaran pada gerbang sekolah, melihat satu persatu siswa/siswi yang sudah keluar dari sana.

"jadi jemput nggak sih?" Ia menggerutu kesal karena pesannya belum dibaca juga oleh Arkan.

Arkan meminta raya menunggunya saat lelaki itu mengantar raya ke sekolah tadi pagi.

"Halo? Dimana?"

"Iya, sabar."

Menghela nafasnya pelan lantas raya langsung berjalan menuju ke arah barat, dimana tempat tongkrongan anak-anak sekolahnya berada.

"Bentar dulu ya, lagi ngobrol bentar." Ujar Arkan saat raya sudah tiba di hadapannya.

Raya tidak menanggapinya sama sekali, bahkan gadis itu sudah tidak peduli dengan banyaknya laki-laki yang tengah memperhatikannya lekat.

MUSIC OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang