Arkan masuk kedalam kamar milik raya, lebih tepatnya mengendap-ngendap seperti maling disana.
Matahari belum sama sekali terbit tapi lelaki itu sudah merencanakan beberapa hal dalam otak liciknya.
Arkan butuh tape recorder gadis itu.
Langkahnya berhenti begitu saja saat melihat wajah pulas raya yang tertidur mengemaskan.
Laki-laki itu selalu tau kebiasaan tidur raya yang harus ada sesuatu di peluknya. Iya guling. Memangnya apalagi?
Lupa dengan tujuannya kemari, arkan cepat-cepat mencari benda yang di butuhkannya. Tapi hasilnya nihil. Kemana gadis itu menyimpannya? Arkan sudah sangat penasaran dengan isi dari semua hal yang raya sembunyikan.
Ia beristirahat sejenak di bangku meja belajar milik raya, matanya masih tak beranjak dari wajah raya yang tertidur pulas. Bukannya khawatir takut ketahuan, malah dengan santainya arkan melangkah mendekati ranjang gadis itu.
Refleks, dari jari-jemari arkan ia mengusap setiap jengkal wajah mulus raya dari kening hingga ke bawah dagu. Parasnya menawan, arkan selalu menyukai bentuk fisik yang dimiliki teman kecilnya itu. Rambutnya juga arkan turut mengusapnya dengan gerakan sangat amat pelan, takut raya merasakan usapannya dan mulai terbangun.
Sentuhan terakhir, kecupan yang diberikannya tepat pada kening gadis itu selalu ingin arkan lakukan di setiap harinya. Tapi sayang, arkan hanya berani Melakukannya jika raya tengah tertidur saja. Dan bahagianya, ketika pertama kali lelaki itu mencium raya walau hanya sekedar mengecup di kening.
"gemes banget gue sama lo kalau lagi tidur gini," bisiknya di sekitar kuping raya.
"tapi kalau sekalinya bangun, melebihi singa yang belum puas sama jatah makannya." lanjutnya kembali.
Arkan berdiri kembali, cukup pegal karena harus terus berjongkok di pinggir ranjang hanya untuk mengucap kata-kata manisnya pada gadis itu.
Waktunya tidak lama, arkan dengan gesit membuka satu persatu laci meja belajar raya. Beberapa saat kemudian ia terdiam, arkan sedang memikirkan sesuatu hal yang pernah raya beritahukan padanya beberapa tahun lalu.
"ar, raya punya tape recorder dong!" raya kecil tersenyum senang saat menggenggam satu buah alat perekam di tangannya.
Bocah laki-laki yang di panggil itu hanya melihat penasaran dengan alat milik anak perempuan di sebelahnya.
"apaan, tuh?" kepo arkan kecil.
"ini namanya tape recorder, raya di kasih sama mama waktu dapat peringkat 1!" serunya dengan heboh, mata cerianya seolah menggambarkan perasaan bahagianya saat ini.
"mamamu ngapain kasih benda begituan, ray?"
Anak perempuan yang ditanya hanya menggeleng tidak tahu, "enggak tau, tapi raya seneng di kasih hadiah sama mama!" ujarnya masih dengan nada ceria.
"benda enggak jelas gitu kok di kasih. Kenapa nggak mainan mobil-mobilan aja? Atau.. Kalau buat kamu mainan barbie-barbiean!"
"raya nggak boleh main barbie lagi..."
Arkan kecil menatap cepat anak perempuan yang sekarang tengah menekuk lututnya.
"loh, kenapa?!" pekik arkan dengan keras, ia merasa kesal dengan apa yang baru saja raya katakan.
Tatapan raya berubah menjadi sedih, namun sedetik kemudian raut wajahnya kembali ceria.
"arkan mau tau nggak?" raya tersenyum lebar hingga menampilkan gigi ompong yang di punyainya sejak satu tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSIC OF MY LIFE
Short StoryRaya tidak pernah merasa dirinya sehidup ini, rasanya semua beban yang menjadi tanggungannya terbuang begitu saja. Musik bukan hanya sekedar lagu yang di dengar dalam situasi tertentu saja. Tapi musik membangun dan membuat suasana perasaan manusia m...