17| Sepertinya tidak ada

8 1 0
                                    

"kenapa nggak bilang kalau mau di jemput?" arkan mengomel padanya saat ia menemukan raya di suatu taman yang tak jauh dari tempat mereka tinggal.

"gue nggak mau di jemput." Raya menjawab dengan singkat.

"Lo bolos les ya, Ray?" Lelaki itu menebak pasti raya meninggalkan acara lesnya sekarang.

Raya menggerakkan kakinya di bawah kursi taman. Matanya sama sekali tidak ingin melihat wajah Arkan.

"Gue aduin sama Tante Andrea, nih!" Ancam Arkan. Namun sedetik kemudian Arkan menyadari ada raut tidak enak dari wajah gadis itu. Ia tebak, raya akan marah dalam hitungan detik.

Tapi, perkiraannya salah besar. Raya hanya menatap tajam wajah tampannya tanpa berniat mengomel bahkan menendang tulang kering milik lelaki itu.

Arkan jadi heran sendiri, ada apa dengan raya hari ini? Terakhir kali gadis itu dijemput oleh bintang masih dengan mood yang baik-baik saja. Tapi sekarang entah kenapa raya memilih berada di bangku taman komplek ini.

Ia memposisikan duduk di samping raya tanpa ada protes darinya, Arkan meneliti wajah raya dari samping. Selalu cantik.

"Nggak usah liatin gue." Tegur raya jutek. Arkan ini setiap bertemu dengannya kenapa harus meneliti wajahnya dengan begitu intens. Raya jadinya.. malu.

"Kayaknya gue harus tanya ke om Bram, kenapa punya anak cantik banget nggak ketulungan?" Lelaki itu berusaha menggoda raya.

Sorry, sorry saja. Raya tahan banting dengan godaan yang selalu Arkan berikan padanya.

"Dih, kok nggak senyum kayak cewek-cewek lain, Ray?" Arkan mendengus melihat balasan gadis itu.

"Basi godaan lo, pasti udah pernah di pake buat godain cewek, kan?" Tebak raya pada Arkan.

Bukannya mengelak, Arkan malah tertawa kencang. "Nggak heran lagi ya."

Raya yang mendengarnya hanya tersenyum tipis tanpa Arkan tahu, sikap Arkan yang seperti tadi mengingatkannya betapa dekatnya ia dengan Arkan dulu.

"Tapi, serius. Lo kenapa bisa disini? Si bintang kejora itu nurunin lo dari mobilnya?" Matanya masih terus menatap raya intens dari samping tanpa ingin mengalihkannya sedikitpun.

"Kepo banget lo. Satu lagi, nama dia nggak pake kejora." Cibir raya.

Arkan mencebikkan bibirnya. Bintang, bintang dan bintang. Kenapa harus lelaki itu yang selalu dekat dengan keluarga raya saat ini?!

"Terserah gue lah, mau gue panggil bintang tamu kek, bintang kejora kek, itu kan cuman nama panggilan konyol aja buat dia."

"Tapi nama orang nggak boleh di ganti-ganti, Ar." Peringat raya padanya.

Arkan menunduk, menatap tali sepatunya yang lepas tanpa ingin mengikatnya kembali.

"Balik yuk, udah mau hujan." Arkan mengajak raya untuk pergi dari tempat ini.

Penolakan raya lagi-lagi membuat Arkan menarik napas panjang, emosi mulai melanda lelaki itu.

"Ray, kalau sakit gimana? Jangan ngeyel deh, om Bram nitipin lo sama gue. Kalau dia tau gue lalai jaga anaknya gimana?!"

"Gue nggak minta lo buat jagain gue!" Balas raya berseru kencang pada Arkan.

"Yaudah, pulang ya? Mau hujan." Arkan masih terus membujuk raya tanpa henti.

Raya menggeleng tegas, ia tidak ingin beranjak dari tempat duduknya sekarang.

"Ck, bebal banget. Perlu gue gendong, Ray?"

MUSIC OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang