21| Menjadi kabar baik yang pernah ada

7 1 0
                                    

"gue masih belum maafin lo!"

Raya menghela nafasnya kasar, mulutnya tidak berhenti mencibir lelaki itu dalam hatinya. Arkan menyebalkan, manusia paling raya tidak sukai di dunia ini jika kalian tahu.

"Bodoamat, gue juga nggak buat salah sama lo!"

"Dasar, punya salah bukannya minta maaf malah bodoamat!"

"Terserah gue!"

"Gue punya 3 syarat, tapi lo harus janji bakal turutin semuanya?!" Arkan tersenyum miring di sambungan telfonnya. Ide-ide brilian mulai muncul dalam kepalanya, ini saatnya membuat raya akan jatuh dalam pelukan seorang manusia tampan se-komplek. Arkan savendra.

"Kebanyakan!" Protes raya keras. Mereka berdua tengah menelfon tetapi wajahnya tatap-tatapan di sebrang sana. Raya yang tengah menatap Arkan di depan balkonnya, begitupun sebaliknya.

"Yaudah, itu sih terserah lo kalau kau di maafin sama gue apa nggak. Asal lo tau Ray, kata-kata lo itu begitu menusuk di rongga hati gue. Sakit sekali kalau di rasa." Arkan berucap hiperbola. Kata-kata yang sebelumnya ingin lelaki itu keluarkan hanya sebuah candaan belaka untuk raya.

"apaan sih, lo ngomong kocak banget." Raya tertawa Arkan senang mendengarnya.

"Yaudah, syarat pertama apa?" Tawanya mereda. Raya kembali mengajukan pertanyaannya.

"Selalu baik sama gue."

"Gue selalu baik sama lo! Nggak pernah marah-marah!" Jawab raya keras di sambungan telfon.

"Nih, nih, ini nih! Sama aja lo lagi marah sama gue!" Ucap Arkan.

"Apa? Ini bukan marah, tapi kesal tau nggak?!"

"Noh, noh, noh! Suaranya kayak gitu, udah bisa gue tebak lo lagi maki-maki gue dalam hati kan?!"

"Ge-er banget! Hati gue kan cuman buat Harry styles seorang."

"Lo kalau udah halu bahaya, Ray." Peringat Arkan. Matanya menyipit di sebrang sana menatap wajah raya.

"Biarin, daripada lo? Nggak ada haluan."

"Ada, haluan gue kan elo?"

"Arkan, nggak jelas!" Seru raya pada Arkan yang masih setia berada di balkon. Wajahnya menatap wajah Arkan dengan penuh emosi.

"Syarat kedua," Arkan menjeda ucapannya sebentar.

"Lo harus turutin kemauan gue selama 1 bulan ini!"

"Dasar keenakan! Terus benefitnya buat gue apa?!"

"Ohh, kalau itu ada di syarat nomor 3!" Lelaki itu girang bukan main. Senyumnya mengembang seiring raya menatap wajahnya di sebrang sana dengan raut keruhnya.

"Lo harus mau jadi pacar gue, dan benefitnya bisa lo buktikan setelah lo terima gue sebagai pacar lo."

***

"Sinting, sinting, sinting!" Raya berteriak kesal di dalam kamar. Arkan selalu menyebalkan, tapi untuk hari ini dan hari-hari berikutnya ke depan akan jauh lebih menyebalkan lagi.

Dan apa tadi katanya? Menjadi pacar Arkan dulu, dan nanti akan mendapat benefitnya?! Urgh, raya tidak suka kalimat Arkan itu. Ia tentu tidak akan menerima tawaran gila lelaki itu padanya.

Lagi-lagi atas dasar memaafkan, memangnya Arkan tidak bisa begitu saja memaafkan raya? Kenapa arkan harus repot-repot memberikan 3 syarat tidak masuk akalnya itu kepada raya.

"Arkan gila." Gumam raya terbengong-bengong di kursi belajarnya.

Oke, raya. Lupakan hari ini, Arkan orang yang nggak jelas. Kalau lo terus mikirin pernyataan dia tadi, lo nggak bakal fokus buat belajar. Batin raya berucap.

MUSIC OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang