16| Kita?

6 1 0
                                    

"Arkan?" beo raya saat berada di hadapannya.

Arkan mendongak, menatap raya yang tengah memegang ransel di pelukannya.

"akhirnya datang."

Dahi raya mengernyit heran mendengarnya, sedetik kemudian ia bertanya pada Arkan.

"Lo nungguin gue?" Tanya gadis itu ragu.

Arkan mengangguk seraya tersenyum manis, "iya,"

"Lo nggak sekolah?" Raya bisa melihat penampilan Arkan yang masih rapih.

"Nggak,"

Lagi-lagi jawaban Arkan mengundang berbagai pertanyaan di dalam fikiran raya.

"Terus, ngapain lo nungguin gue disini?" Matanya mengerjap pelan menatap Arkan.

Arkan tidak menjawabnya melainkan melontarkan sebuah pertanyaan padanya.

"Ray? Balik sama gue ya?"

"Balik sama lo?" Raya malah balik bertanya.

"Iya, balik sama gue."

"Tapi.. gue udah di jemput sama—"

"Sama gue,"

Kehadiran bintang yang tiba-tiba muncul langsung menyentakkan keduanya, terkejut lebih tepatnya dengan kehadiran lelaki itu disini.

"Balik sama gue aja, Ray!" Arkan berseru, tidak ingin raya malah memilih bintang dari pada dirinya yang sudah beberapa jam lamanya menanti raya, hanya untuk mengajak gadis itu pulang bersama.

"silahkan, kalau rayanya mau." Setelah berucap demikian bintang langsung kembali ke dalam mobilnya, menunggu raya memilih pulang bersama dirinya atau Arkan.

Sia-sia, itu yang Arkan rasakan dalam hatinya saat mendengar jawaban dari raya.

"Arkan, sorry.. Gue udah ada janji sama bintang duluan."

Arkan mengangguk mengerti. Apa disini memang kehadirannya tidak terlalu penting di hidup raya, ya? Hingga lelaki itu menyadari bahwa ketika ia melihat raya bersama lelaki lain, selain dirinya. Ada perasaan membara di hati, rasanya raya harus menjadi hak paten yang Arkan miliki.

Namun di satu sisi ia sempat memohon
Bolehkah ia berharap, bahwa suatu saat akan ada kata kita diantara arkan dan raya?

***

"Kok diem?" Bintang mengeluarkan suaranya saat raya sudah lama memasuki mobilnya.

"Mau kemana?" Raya memilih bertanya hal lain dibanding menjawab pertanyaan tidak bermutu bintang untuknya.

"Apartment aku." Jawab bintang masih memfokuskan dirinya pada jalanan di depan.

Raya menoleh menatapnya, ia seperti.. Deja Vu melihat cara lelaki itu menyetir, karena kalau dilihat-dilihat hampir mirip dengan gaya Arkan yang sedang menyetir. Tapi bedanya, bintang lebih fokus pada jalanan di depan sana dibanding dengan ponselnya. Arkan yang selalu memainkan ponsel sambil menyetir sehingga kerap kali raya menegurnya dengan tegas lalu disusul pertengkaran antar keduanya. Namun dengan bintang, berbeda rasanya. Mereka hanya sesekali berbicara penting, dan setelahnya hening kembali menyelimuti.

Kenapa raya jadi membandingkan bintang dengan Arkan?

Readers be like : Yo nda tau, kok tanya saya.

"Kemarin Tante nawarin aku,"

"Apa?" Ia langsung memfokuskan dirinya pada bintang saat lelaki itu membuka suaranya kembali.

MUSIC OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang