28| Tidak baik-baik saja

7 1 0
                                    

"raya.." bisik Arkan padanya. Raut wajahnya frustasi memandang raya yang seperti ini.

"Arkan.. capek."

"Arkan.. kapan selesainya?"

"Arkan.. gue mau jadi diri gue sendiri."

"Arkan.."

Arkan hanya bisa mengigit pipi dalamnya kuat, tidak bisa melihat wajah raya saat ini.

Arkan sakit, raya pun juga begitu.

Mereka tidak baik-baik saja.
L
Walau begitu beberapa menit kemudian Arkan merangkul pundak raya dan memeluknya erat, lebih erat dari biasanya.

"Kalau ada apa-apa tuh cerita sama gue! Gue takut lo.. gila." Lirih Arkan.

Raya merasa geram dengan kalimat terakhir yang Arkan lontarkan padanya, dengan segera ia memukul dada bidang Arkan lumayan kencang hingga ada sedikit bunyi 'deg'.

"Tega banget lo!" Arkan berseru, matanya menyorot tajam pada gadis yang masih berada di dalam pelukannya.

"Ngerusak moment! Gue nggak bakal gila, ya!"

"Siapa tau, lo bilang kayak tadi, gue takutnya lo udah capek hidup trus berujung.."

"Berujung apa?!"

"Berujung... Gila! HAHAHAHA!!"

"ARKAN! SINI LO, SIALAN!"

Raya-nya tertawa, mereka bermain kejar-kejaran di pinggir sungai sembari meledek satu sama lain.

"Jangan pernah sendiri lagi, ada gue yang selalu ada buat lo."

"Dan jangan nyalahin diri lo sendiri juga, karena semua kesalahan sumbernya bukan dari lo aja, Ray. You deserve better.

"And I love you." Gumamnya lirih, hampir tidak bisa di dengar sama sekali.

Tawa yang tadinya raya keluarkan seketika berhenti karena mendengar gumaman kecil Arkan.

"Confess?" Raya hanya bertanya sesuai yang ada di isi pikirannya sekarang.

Arkan mendongak, ternyata raya mendengar gumamannya. Ya sudahlah, memang waktunya sekarang menyatakan semua perasaannya pada raya.

Di pendam pun untuk apa? Arkan terlalu muak dengan hubungan abu-abu yang berujung friendzone ini.

"Maybe, you should know that I really like you so much."

"Liar!" Raya menyangkalnya cepat.

"No.. seriously, raya. I think I like you."

"You think." Bola mata raya berotasi malas.

"Serius, lo nggak liat muka gue sekarang kayak gimana?"

Raya memperhatikan setiap lekukan wajah Arkan yang tampan, gadis itu mengenal Arkan bertahun-tahun, jadi ia paling tahu bagaimana raut wajah seorang Arkan yang sedang bercanda atau tidak.

Dan jawabannya adalah tidak.

Arkan tidak sedang bercanda.

Laki-laki di hadapannya serius dengan perkataannya.

Dan raya mulai merasa ragu, ragu karena perasaan arkan terhadapnya.

"Gue nggak minta lo jadi pacar gue, jadi gue nggak akan—"

"Ya lagian siapa yang mau jadi pacar lo?" Raya menjawab cepat. Oh, atau gadis itu hanya refleks saja dengan perkataannya?

Beberapa detik kemudian dia menutup mulutnya cepat, takut salah bicara. Matanya menatap takut wajah Arkan yang mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan raya tadi.

MUSIC OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang