34| Teman

6 0 0
                                    

Mobil Pajero Sport milik Bintang masuk ke area perumahan elit di salah satu kota ternama di Indonesia. Laki-laki itu langsung turun dari mobil dan masuk ke pekarangan rumah milik Raya.

Ya, setelah lama menghilang akhirnya Bintang memunculkan dirinya lagi di hadapan Raya.

Terbukti saat ketukan pertama muncul seorang gadis yang sudah berpakaian rapih. Sepertinya Raya ingin berolahraga pagi ini.

Terlalu niat, Bintang jauh-jauh dari Semarang hanya untuk memberi hal tak penting untuk Raya.

"Bintang?" Raut wajah Raya tidak terkejut sama sekali saat melihatnya kembali setelah sekian lama.

Aneh, seharusnya Raya terkejut melihat Bintang muncul sepagi ini di rumahnya.

"Ada apa?"

Suaranya saja berubah menjadi datar, entah karena memang Raya tidak suka kehadiran Bintang atau sebenarnya ia tidak menerima tamu sepagi ini.

"Boleh aku ketemu Tante, Ray?" Bintang berhati-hati berucap. Cukup tahu bahwa sebenarnya Raya tidak menginginkan kehadirannya disini.

"Mama udah berangkat subuh tadi, harus flight ke Semarang." Ucapnya.

Shit! Kenapa Bintang tidak mengirimkan pesan dulu pada Andrea bahwa ia ingin bertemu dengannya.

Giliran dirinya cepat-cepat untuk sampai ke Jakarta ternyata Andrea malah berangkat ke kota asalnya.

Jadi kehadirannya ini untuk apa sebenarnya? Bintang tidak ingin bertemu Raya karena tujuannya hanya untuk bertemu dengan Andrea.

"Semarang?"

"Iya, Semarang."

Raya menutup pintunya dari luar rumah, ia juga ingin keluar pagi ini karena sudah berjanjian untuk olahraga bersama dengan Arkan.

"Terus kamu?" Bintang duduk tanpa disuruh di area teras rumah Raya.

Raya menyusulnya untuk duduk di samping Bintang dan mengambil space cukup jauh.

"Sendiri." Tatapan Raya menatap lurus ke depan tanpa ingin mengalihkannya pada Bintang.

Sedangkan Bintang, laki-laki itu sepertinya merasa bersalah melihat Raya dari jarak sedekat ini.

"Raya," Bintang memanggilnya.

Baru dipanggil namanya gadis itu dengan cepat menoleh dan menatapnya. Menunggu apa yang sebenarnya membuat Bintang sepagi ini bertamu ke rumahnya.

"Kamu udah cukup terkenal di social Media. Kamu tahu kan kalau sampai Tante Andrea tahu-" Belum tuntas Bintang berbicara namun Raya bangkit dari tempat duduknya.

"Kalau cuman mau bahas tentang hal yang nggak harus kamu tahu, mending nggak usah kesini." Tuntas Raya cepat. Nada yang di keluarkannya cukup membuat Bintang kicap.

"Aku tahu aku nggak ada hubungannya sama sekali dalam hidup kamu, Ray! Aku cuman mau kamu selesaikan apa yang harus di selesaikan dalam hidup kamu!"

"Kamu nggak pernah mau dengar perkataan orang karena kamu tahu kalau kata-kata yang mereka kasih ke kamu pasti nggak berguna!"

"Apa kamu pernah mikir? Seberat dan sekeras apa Tante Andrea bisa didik kamu sampai bisa sepintar ini? Apa kamu pernah tahu perasaan Tante Andrea yang capek didik anak yang keras kepala dan mau semuanya serba sendiri ini?"

Bintang tidak sadar rentetan perkataanmya menyakiti hati Raya dengan sangat dalam.

Apa yang seharusnya orang ketahui dalam hidupnya, sih?

Raya harus mengikuti kemauan mereka, dengan begitu ia akan hidup bahagia atas pilihan orang lain yang dipilihnya. Jangankan mamanya, bahkan papanya yang selalu support kegiatan anaknya saja tidak pernah ingin menanyakan bagaimana perkembangan Raya dari segi fisik dan mental.

Mamanya memang berjuang banyak dalam hidupnya, Raya sadar akan hal itu. Wanita karier yang mamanya inginkan sejak berusia 17 tahun akhirnya tercapai.

Dengan sangat ambisius untuk mengejar mimpinya, Andrea berani untuk mendidik Raya sama seperti didikan neneknya dulu.

Andai Raya tahu sebenarnya apa yang mamanya saat ini lakukan untuknya, untuk masa depan hidupnya.

"Bintang. Jangan terlalu mencampuri urusan aku, kamu nggak tahu apa-apa." Raya meredam emosinya dengan perasaan sakit. Ia tidak ingin m enatap Bintang, malah badannya yang membelakangi Bintang saat berbicara.

"Raya, aku beneran serius sama—" Bintang tidak merasa bersalah dengan perkataan yang baru saja ia keluarkan ternyata.

"Kalau cuman mau sok tahu tentang hidupku, mending dari tadi aku nggak usah ladenin orang yang datang bertamu sepagi ini."


***

"Hana, gue boleh ke Apart lo?"

"Yakali nggak boleh! Sini aja, ada Ria sama Yori disini tau!"

Seketika Raya tersenyum bahagia, ini kali pertama mereka bisa kumpul dengan komplit.

"Gue otw bentar lagi, suruh Ria sama Yori jangan dulu pulang ya!" Raut wajahnya senang sekali, ia sampai harus membayangkan bagaimana Ria tertawa berjerit saat bertemunya nanti.

"Gue sama Yori nggak akan pulang! Kita 1 Minggu nginap di Apartnya Hana, Ray!"

Terdengar suara cempreng milik Yori di sambungkan telepon. Ah, si cerewet itu! Kapan lagi Raya bisa mendengar suara yang menjengkelkannya!

Setidaknya menghabiskan waktu full dengan kawan lamanya bisa membuat semua masalah Raya tersisihkan sebentar.

Raya butuh mereka.

Memakan waktu yang lumayan panjang untuk bisa sampai ke daerah Apartment Hana. Temannya semasa SMP adalah teman yang paling Raya kenang selalu.

Ya, selalu.

Sudah seperti keluarga saja, Raya selalu berbagi cerita tentang dirinya pada mereka. Orang lain di sekitarnya mana tahu rasanya punya teman seperti keluarga. Orang lain menganggapnya hanya terus 'sendiri'.  Tentu saja Raya juga punya teman di SMA, tapi tidak sedekat teman lamanya saat masih di bangku sekolah menengah pertama.

Pintu diketuk beberapa kali baru terdengar suara cempreng dan teriakan serta larian dari semua temannya.

"RAYA!!!"

"RAYA KANGEN!!"

Suara dari temannya tidak pernah berubah sedikitpun. Raya selalu merindukan nadanya yang khas dan keras itu.

Mungkin suara terbaik dalam hidupnya adalah suara dari teman yang tidak pernah menghakimi kehidupannya.

"I MISS YOU TOO!!"

Raya memeluk seluruh temannya dengan raut wajah yang sangat bahagia.

Kapan lagi ia bisa sebebas ini? Kapan lagi ia bisa menikmati hidup dengan terus penuh canda tawa tanpa memikirkan nantinya akan menjadi apa?

This is how she wants to live.

And don't think about of time that will stop for now.

She's happy with her life today, I hope it will be fine for the next day she comes.

***

MUSIC OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang