"Gue laper!"
Raya terus merengek pada Arkan, tangannya tidak berhenti menarik-narik baju belakang lelaki itu.
"Sabar dikit, sayang."
Raya yang mendengarnya mencibir kesal. Huh, sayang katanya? Sayang kok nggak di kasih makan dari tadi!
"Arkannn!!" Gadis itu greget dengan jawaban Arkan yang sebentar-sebentar terus.
"Iya iya! Kita cari makan. Bro, gue pamit ya, jangan lupa tf!"
Raya sudah paling malas jika Arkan minta di temani untuk menemui client lelaki itu.
"Desain yang kemarin nggak cocok, Ray." Arkan memberitahunya ketika sudah di dalam mobil.
"Lain kali minta pendapat orang dulu. Kalau udah nggak cocok gini, lo nya bakal rugi."
Sembari memutar stirnya ke sisi kiri, Arkan menjawab. "Ya mana gue tau kalau ternyata pada nggak suka sama desainnya."
"Padahal jual dulu aja sih, jangan dulu di ganti. Pasti ada beberapa orang yang suka." Opini raya.
"Gue nya nggak srek ah!"
Raya menoleh pada Arkan cepat, "ini lah pentingnya untuk percaya diri, kawan!"
"Kalau lo nggak pede sama desain yang lo buat, gimana kedepannya coba?"
"Dibilang nggak cocok langsung ganti desain mulu." Raya terus mengoceh sampai Arkan tersenyum dibuatnya. Gadis itu salah satu Arkan bangkit semangat untuk terus meningkatkan rasa percaya dirinya.
"Lo bawel!" Tawa serak itu mengudara, telapak tangan besarnya mengusap seluruh wajah cantik gadis di sebelahnya.
Umpatan kesal ia dapat saat tangannya sudah kembali memegang stir.
"Arkan gue nggak suka ya kayak gitu!"
"Apa?!" Balas Arkan tertawa.
"Tangan lo bau rokok! Ngaku sama gue kalau lo ternyata perokok aktif?!"
Raya dari awal memang tidak suka dengan perokok, ia punya masalah sendiri dengan seseorang yang perokok aktif. Contohnya seperti Arkan ini.
"Emang kenapa sih ngerokok? lo repot banget kayaknya. Duit juga duit gue."
"Ya tau! Tapi kalau paru-paru lo dekil gimana? Gue nggak mau harus ngurus temen yang penyakitan!"
"Ya nanti kalaupun gue penyakitan kan yang urus istri gue!"
"Siapa istri lo? Ada yang mau sama lo emang?"
Mata Arkan melirik genit Raya, senyum smirk andalannya di pamerkan.
"Lo mau jadi istri gue nggak, Ray?"
***
"Bisa nggak makannya jangan belepotan? Kayak bocah aja!"
"gwue lwaper bwanget."
Arkan berdecak mendengar jawaban Raya, sedikit menyesal karenanya Raya menunda jam makan siangnya. Gadis itu tipe anak yang sering makan siang. Dibandingkan dirinya yang selalu skip setiap jam makan.
"10 menit lagi pulang ya. Gue nggak mau kena semprot Tante Andrea."
"Tumben punya etika anterin anaknya pulang sebelum jam 9?"
"Heh! Enak aja lo ngomong!" Arkan berseru kesal padanya, begini-begini juga dia masih memiliki attitude untuk mengantar anak orang lain pulang sebelum jam yang sudah di tentukan orang tuanya, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSIC OF MY LIFE
Short StoryRaya tidak pernah merasa dirinya sehidup ini, rasanya semua beban yang menjadi tanggungannya terbuang begitu saja. Musik bukan hanya sekedar lagu yang di dengar dalam situasi tertentu saja. Tapi musik membangun dan membuat suasana perasaan manusia m...