7

8 0 0
                                    

"Silakan Mrs. Wesley, Dokter Anda sudah ada di dalam, mari saya antar." Petugas tersebut mengantarkan kami ke ruangan dokter.

Kami berdua memiliki identitas palsu. Ceritanya, aku dan Evgen adalah sepasang kekasih. Panggil saja kami Mr dan Mrs. Wesley. Ide ini kami dapatkan dari Jenderal Gior. Aku juga tidak ingin sebenarnya, namun profesional sangat diperlukan.

Evgen meneliti sekitar, ia seperti menemukan keanehan di setiap sudut CCTV. Aku yang mengamatinya, hanya bertanya melalui isyarat mata.

Evgen memberitahuku melalui isyarat tangannya, bahwa CCTV tersebut mati.

Aneh, pikirku.

Tempat ini sangat luas, namun untuk apa jika semua CCTV dimatikan? Hanya menggunakan CCTV palsu. Apakah ada yang tersembunyi?

"Silakan Mrs, kalau begitu saya permisi dulu," ucap petugas, lalu pergi meninggalkan kami.

"Thank you," ucapku.

Tempat ini tidak terlalu mencurigakan, didesain sedemikian rupa untuk terlihat seperti rumah sakit biasa. Namun, satu hal yang sedari tadi aku bingungkan. Pintunya, pintunya sangat aneh. Seperti pintu yang hanya bisa diakses oleh dokter. Tidak bisa dibuka begitu saja.

"Hallo Mr and Mrs. Wesley. How are you doing?" Dokter Lucas namanya. Ia tampak berumur 30 tahunan. Berkaca mata tebal. Bukan terlihat seperti psikiater, namun lebih terlihat seperti pembohong.

Rambutnya sengaja diputihkan. Postur tubuhnya terlihat sehat, namun dibuat-buat, seolah-olah terlihat berusia 60 tahunan. Aku mengamatinya dengan berhati-hati. Sudah jelas, bahwa Dokter Lucas ini juga sangat teliti. Teliti dalam membohongi. Namun, kami tidak bisa dibohongi begitu saja.

Aku seperti melihat pembohong, yang membohongi para pembohong.

"We are good," ucap Evgen membalas.

"That's cool, i wanna ask you, what happen with you, Mrs?" tanya Dokter Lucas sedikit menyeringai.

"Saya memiliki gangguan tidur selama ini. Saya mengalami mimpi buruk yang terasa amat nyata. Sering terbangun di malam hari dengan ketakutan, dan sulit untuk tertidur lagi."

Dokter Lucas mulai meneliti penyakitku. Menulis beberapa kata pada secarik kertas.

"Sejak kapan Anda mengalaminya?" tanya dokter tersebut.

"Sejak berusia 17 tahun."

"Anda mengidap gejala parasomnia. Namun, sebelum itu saya akan memberikan kertas, di mana Anda bisa menuliskan gejala-gejala apa saja yang Anda alami selama ini." Ia memberikanku sebuah kertas berisi angket, tentang deretan gejala kesehatan mental, yang nanti akan aku isi dengan mencentangnya.

"Baik, Dokter." Evgen memperhatikan bagaimana caraku menceklis beberapa jawaban yang ada di kertas. Terlihat seperti anak sekolah yang sedang mengisi jawaban ujian.

Evgen terlihat tertawa di sana. Entahlah apa yang ia tertawakan, seperti melihat drama lelucon yang lucu.

"Already, this is the result." Aku memberikan secarik kertas tersebut kepada Dokter Lucas.

"Thank you Mr. Wesley, i'm sorry, saya harus berbicara dengan istri Anda berdua. Karena ini menyangkut terapinya." ucap Dokter Lucas yang membuat Evgen terlihat bingung.

Evgen terlihat lucu jika seperti itu.

"What do you mean? I must go? But she is my wife," ucapnya lugu.

Aku tidak mengerti, apakah Evgen hanya berakting atau memang bodoh. Aku juga sedikit risih, ketika ia memanggilku dengan sebutan istrinya.

"Yeah, you can back, after i finished talk with your wife." Dokter Lucas menyuruh Evgen untuk keluar.

Aku yang santai, hanya mengisyaratkan kepada Evgen untuk terlihat seperti orang biasa, serta langsung menyelidiki tempat ini dari luar.

"All right, okey i will go, bye sayang." Evgen pergi begitu saja, meninggalkanku dengan rasa ingin mual, ketika dipanggil sayang olehnya.

Ia terlalu jauh dalam berakting, kesalku.

"Baik, Mrs. Wesley, saya akan memberikan beberapa pertanyaan kepada Anda, untuk mengetahui seberapa dalam masalah Anda."

Aku melihat sekeliling ruangan ini. Terlihat kosong, namun misterius.

"Baik, Dokter." Aku tersenyum menyeringai.

"Apa keluhan Anda selama ini hanya sebatas tidur, tidak ada yang lain?" tanyanya.

"Tidak Dokter, hanya sebatas mimpi buruk, tidak ada yang lain. Namun, karena saya sangat muak dengan mimpi buruk tersebut, saya pernah ingin bunuh diri." Aku memberikannya bukti tangan yang sedang diperban. Tangan yang tidak sengaja terkena pecahan kaca.

Aku sengaja memasukkan tangan ini, agar terlihat seperti depresi yang nyata.

Kalau dipikir-pikir, aku lebih suka membunuh orang, dibandingkan bunuh diri. I'm not psycho. Namun, sometimes aku ingin sekali menghabisi orang-orang yang hanya bisa menyakiti orang lain.

"Jangan pernah berpikir untuk membunuh dirimu," ucapnya dengan nada tulus yang dibuat-buat.

Aku juga tidak suka bunuh diri, pikirku.

"Baiklah, saya akan memeriksa terlebih dahulu apa yang terjadi pada Anda."

Dokter Lucas mulai menuliskan sesuatu.

"Anda mengalami parasomnia jenis nightmare, nightmare merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan mimpi buruk yang terasa amat nyata. Penderita nightmare sering terbangun di malam hari dengan ketakutan, karena mimpi buruk yang dialaminya. Biasanya setelah terbangun, penderita akan sulit untuk tidur lagi." Dokter Lucas menjelaskan secara detail.

Aku curiga, bahwa ia memang psikiater sungguhan, namun kelebihannya dipakai pada tempat yang salah.

Aku hanya terlihat bersemangat, mendengarkan apa yang diucapkan oleh Dokter Lucas.

"Saya akan memberikan resep obat kepada Anda, namun setelah meminum obat tersebut, Anda bisa kembali ke rumah sakit ini. Agar saya mengetahui perubahan apa yang terjadi. Jika semakin parah, Anda terpaksa dirawat di sini sampai benar-benar pulih." Dokter Lucas memberikan penjelasan kepadaku. Hal ini merupakan kesempatan yang bagus untuk menyelidiki tempat ini.

"Baik Dokter, saya permisi dulu, terima kasih."

"Baik, Anda akan mendapatkan obatnya di resepsionist."

"Terima kasih." Aku menuju pintu dengan  bingung. Melihat sensor sidik jari di sana. Itu berarti hanya Dokter Lucas yang bisa membuka sidik jari tersebut.

"Maaf, saya lupa untuk membukanya," ucap Dokter Lucas ramah.

"Mm Dokter, saya lupa mengambil tas saya," ucapku, yang memang sengaja meninggalkan tas tersebut di sofa ruangan ini.

"Baiklah, saya juga akan keluar untuk memeriksa pasien lain." Dokter Lucas terlihat keluar dan pergi meninggalkanku begitu saja.

Tidak lupa, aku mengambil sensor sidik jari Dokter Lucas menggunakan sensor kamera digitalku. Benda ini akan langsung mengambil sidik jari, tanpa perlu repot-repot untuk menyentuhnya. Bekerja dalam satu detik dalam pengambilan gambar, dan langsung tersimpan jelas di dalam kamera digitalku.

"Mr. Wesley, what are you doing?" Aku melihat Evgen yang sedang berfoto selfie, menggunakan kamera handphonenya.

"Aku sengaja melakukannya, agar tidak terlihat jelas bahwa sedang melakukan penelitian."

"Tapi, itu malah terlihat jelas." Aku menatapnya dengan tatapan aneh. "Aku akan pergi ke resepsionist, you must follow me," ucapku memerintah.

"Why?" tanyanya bingung.

"Why? Ya, karena agar kita tidak terlihat terlalu mencolok jika pergi sendiri-sendiri." Aku mengatakannya dengan kesal. Ia seperti anak yang harus dijelaskan semuanya terlebih dahulu.

"You want to always be with me?" ucapnya pede.

"Check your brain." Aku tidak memedulikan Evgen lagi, dan langsung pergi begitu saja.

Karakter Evgen yang tidak jelas, membuatku ingin menembakkan peluru ke dalam otaknya.













Clandestine ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang