3

11 0 0
                                    

"Halton, this is so cool." Aku sedang berlatih menembak menggunakan long gun, seperti sniper. Memang berat bagiku, namun hal ini sangat menyenangkan.

"Yeah, i bought it yesterday." Halton mengajariku bagaimana menggunakan gun tersebut.

"I like this," senyumku tipis.

"How about your case? When you terjun langsung ke lapangan?" bingung Halton.

"I think, we must be fast about practice, because this case must be completed."

"One week?"

"I think so." Aku masih fokus dengan papan shoot dan mengerahkan kemampuanku ke sana.

DOR

"Little bit." Sasaranku tidak terlalu tepat, karena harus menyesuaikan bagaimana caranya menggunakan new gun, aku juga belum pernah memakai pistol jenis ini.

"That's already cool, you can see me." Halton mengajariku bagaimana cara menembak yang benar. Ia terlihat sangat fokus.

"Kau tidak hanya harus fokus menggunakan this gun, ketepatan jarak dan waktu sangat diperlukan. Sekalinya bergerak, peluru akan melesat. Waktu yang diperlukan tidak banyak, hanya 0,5 seccon. Selain itu, aku akan mengajari beberapa trik simple, namun akan berguna." Jika sedang mengajar, Halton layaknya guru yang sangat cerdas dan profesional.

Aku mulai mempraktikkan trik yang diajarkan oleh Halton.

"Trik ini dinamakan zig-zag shoot. Saat musuh kau berada pada jarak lebih dari 40 meter, dan terdapat gangguan di depannya, kau bisa memiringkan peluru tersebut, tanpa harus memiringkan pistolnya. Hal ini dilakukan agar kau tidak salah sasaran."

Halton mulai menggunakan skill and triknya. Aku mengikutinya dengan fokus.

DOR

"Ahh," kesalku.

"Not bad, try again." Halton masih menunjukkan bagaimana caranya.

Aku suka dengan hal baru dan membuatku tertantang. Jika begitu, aku juga harus belajar sesering mungkin, every single day. Seprofesional apa pun kamu, jika tidak berlatih, itu semua akan sia-sia. Aku memiliki prinsip, jadilah pembelajar yang selalu ingin belajar di mana pun dan kapan pun. Namun, jangan jadi pelatih jika hanya melatih, namun tidak berlatih.

DOR

"That's better." Aku mencoba lagi.

"Nice, this is already night, you must sleep, jangan memaksa. Terkadang, karakter ambisius kau membuatku sakit kepala, pikirkan kesehatan kau terlebih dahulu. Apalagi kasus yang kau tangani akan segera hadir."

"Yes, Sir Halton."

"Don't call me like that!"

"Up to me, all right, i will go, thanks Sir Halton." Aku langsung berlari, agar Halton tidak memarahiku dengan panggilannya.

Begitu juga denganku, tidak suka dipanggil dengan Shooter Girl.

Setelah membersihkan tubuh, aku beranjak ke tempat tidur. Teman sekamarku menatap sinis, aku tidak mengerti maksud tatapannya. Namun, aku hanya menatapnya dingin dan bersiap tidur.

"Hey, Shooter Girl, kau tidak puas dengan satu posisi, ya?" ucap mereka.

Panggilan Shooter Girl memang sudah terkenal di sekelilingku, jadi aku sering sekali mendengarnya walaupun tidak menyukainya.

Clandestine ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang