Uhuk, uhuk.
"Tempat apa ini." Aku menatap sekeliling, seperti di tepi danau. Terlihat sekali kesunyian di dalam sini.
"Ternyata kau sudah bangun." Suara itu membuatku teringat akan seseorang.
Aku memegang pundak yang telah berceceran darah. Terlihat darah segar yang masih keluar. Penglihatanku sedikit samar. Kesulitan untuk menatap sosok yang tertutup masker.
"Kau kira, aku tidak tahu perbuatan kau selama ini! Kau mengusikku. Membuatku ingin menyakiti kau sebelum membunuh!" Ia berkata kejam.
"Kill me if you want." Aku berkata samar. Berusaha terbangun, namun tidak bisa.
"Not now, i wanna know you before."
Aku masih berusaha bangkit, menyelaraskan keseimbangan. Namun, terus terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi.
"Don't force, that's make you sick," sinisnya.
"Shut up," lemahku.
"Actually, who are you? Aku tidak pernah mendapat musuh sekeren kau," ucapnya memujiku.
"I know, i'm cool," senyumku tipis.
"I'm seriously!"
"Me too."
"Are you agent? Or mafia?"
"I'm cool human." Aku berusaha santai.
"Kau sangat senang bermain-main ternyata."
Aku mengangguk lemah.
Ia terlihat mengeluarkan pisau tajamnya. Membuatku sedikit mual. Darah dari pundak membuatku lemah.
"Actually, aku kasihan dengan kau."
"Up to you."
"Huh, bagian mana yang harus kuhancurkan terlebih dahulu?" Ia memegang daguku.
"Hempaskan tangan kotor kau!"
"Sepertinya, mulut kau harus dibungkam."
Aku baru teringat, bahwa masih memakai bros Magnolia dari Evgen. Ia menyuruhku menekan tombol kecil, jika terdapat bahaya.
Klik.
"Kieva, where are you!" Spy earphonesku ternyata berfungsi dengan menekan bros. Suara Evgen terdengar keras.
Aku tidak ingin berbicara, takut-takut sosok tersebut mengambil spy earphones yang kupakai.
Sosok tersebut pergi ke sebuah ruangan, yang kukira adalah laboratorium itu.
Ternyata, ini danau buatan di dalam ruangan."Evgen." Aku berkata dengan lemah. Energiku perlahan mulai habis.
"Kieva! You're still alive?" Suara Halton terdengar jelas dari sini.
"Hmm, i'm still alive, don't worry" lemahku.
"What happened with your brain? You still chill!" kesal Evgen.
"Kau yang bilang, bahwa aku harus tetap santai," senyumku, sambil menutup mata dan menarik nafas.
"Evgen, thank you to be my partner and Halton thank you to be my brother. You are the best!" Aku berusaha tersenyum.
"DON'T TELL LIKE THAT!" Halton terdengar menangis.
"It's okey, i will go from this place."
"Shut up, Kieva. Don't think about it." Evgen terdengar frustasi.
"Huh, kau salah paham-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine ( Sudah Terbit )
Mystery / ThrillerApa harus jadi penjahat agar bisa dihargai? Titik tengah kuhancurkan dengan satu peluru. Aku menembakkan peluru kedua di tempat yang berbeda. Almond eyesnya menatap tajam. DOR "Two points." Lagi-lagi, aku menghantamkan peluru kedua dengan tepat. "G...