Bandung, Indonesia.
Kami memasuki kawasan hutan. Mengingatkanku pada kenangan buruk. Aku merasa seperti kembali, jantungku berdetak kencang. Mengingat kenangan buruk dari tempat ini.
"Kalian hati-hati, di sini memiliki keamanan dari luar. Jangan sampai mencurigakan," ucap Evgen dari kotak penghubung suara.
"Baik."
"What do you mean?" Aku menatap Evgen bingung.
"Kau lihat pohonnya, di sana terdapat kamera tersembunyi."
Kami bertiga melihat pohon tersebut, namun, tidak terlihat.
"Kau sangat teliti," ucap Nura.
"Aku sering melihatnya, bahkan saat di Swiss."
Ya, Evgen memang programmer profesional. Ia juga pernah membuat camera manipulasi, sama seperti yang berada di pohon sekarang.
"Ternyata, Jenderal tak salah pilih," sinis Halton.
"Kau meremehkanku?"
"Sudahlah, kau fokus menyetir saja. Jangan seperti anak kecil di sini," ucapku ketus.
Jantungku masih berdebar. Mengingat saat ibuku terbunuh, sampai diriku yang hampir mati.
"Kau kenapa, Kieva? Wajahmu terlihat pucat," ucap Nura yang menyadarinya.
Aku menggelengkan kepala cepat. Berusaha untuk tenang.
Evgen yang mengetahuinya, menepuk pundakku. "I know that's hard for you. But, we must completed this case."
Evgen memberikanku senyuman hangatnya.
Nura yang melihatnya, hanya melayangkan kepalanya ke arah yang berlawanan.
"What? Apa yang terjadi?" tanya Halton penasaran.
"Sorry Halton, aku tak pernah memberitahukan kisah ini kepadamu," ucapku dingin.
"What do you mean?"
"Sudahlah, jangan membuatnya tertekan."
Aku memang belum pernah memberi tahu Halton, tentang aku yang hampir dibunuh oleh paman.
"Okey." Halton sepertinya mengerti dan diam saja.
"Radius 50 meter." Evgen memberitahu kepada kami semua, untuk berjaga jarak antara satu mobil dan mobil lainnya. Serta menempatkan mobil dalam radius 50 meter dari tempatku. Lebih tepatnya, dari tempat masa laluku.
"Are you ready, guys?" tanya Halton.
"Yeah, we are ready."
"Kau dapat memberitahu kami melalui spy earphones ketika terdapat masalah di dalam sana. Serta tekan tombolnya dua kali, jika dalam status waspada," ucapku kepada Nura.
"Yeah, kau juga harus membawa ini." Halton memberikan sebuah alat setrum untuk Nura, hanya untuk berjaga-jaga saja.
"Thanks, Kak."
Kami mengangguk, Nura merupakan orang pertama yang akan memanipulasi target kami. Tenang saja, ia memakai topeng wajah manusia lain, sehingga wajah aslinya tak akan terlihat.
Aku, Evgen, dan Halton mengamati.
"Aku berharap ia baik-baik saja," cemas Halton.
"Tenang, ia gadis pintar."
Aku mempersiapkan Desert Eagle Mark XIX dalam saku. Bersiap untuk keluar dengan mengendap, memasuki tempat tersebut dengan hati-hati. Tempat ini hanyalah rumah biasa pada umumnya. Terlihat sama seperti dahulu, namun sekarang terlihat lebih usang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine ( Sudah Terbit )
Misterio / SuspensoApa harus jadi penjahat agar bisa dihargai? Titik tengah kuhancurkan dengan satu peluru. Aku menembakkan peluru kedua di tempat yang berbeda. Almond eyesnya menatap tajam. DOR "Two points." Lagi-lagi, aku menghantamkan peluru kedua dengan tepat. "G...